Sabtu, 06 Juni 2009

MAKALAH BIOLOGI TENTANGINSEMINASI PADA SAPI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Ditinjau dari banyaknya
pengimporan ternak unggul
yang terjadi di negara kita.
Hal tersebut dipicu dari
kurangnya tenaga ahli dalam
bidang tersebut, dan juga
kurangnya lapangan kerja
yang ada. Dengan adanya
Balai Inseminasi Buatan (BIB)
ini berarti membantu negara
meringankan dalam hal
pengimporan ternak unggul.
Disamping itu juga Balai
Inseminasi Buatan (BIB) juga
memproduksi semen beku,
benih unggul, ternak unggul.
Selain itu juga Balai ini
memberikan pendapatan
untuk negara.
Oleh karena itu, penulis
mencoba meneliti Balai
Inseminasi Buatan (BIB) ini
agar penulis bisa mengetahui
dengan pasti cara-cara
memproduksi sapi-sapi yang
unggul.
1.2 Rumusan dan Pembatasan
Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud
Inseminasi Buatan ?
2. Bagaimana cara
memproduksi semen beku ?
3. Apa saja jenis sapi yang ada
di Balai Inseminasi Buatan ?
1.2.2 Pembatasan Masalah
Dalam pembuatan karya tulis
ini, penulis membatasi
penulisan pada :
1. Inseminasi Buatan
2. Cara memproduksi semen
beku
3. Jenis-jenis sapi
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melaksanakan
penelitian yaitu :
1. Agar lebih memahami cara
reproduksi sapi di Balai
Inseminasi Buatan (BIB)
2. Agar menambah wawasan
dan memperbanyak ilmu
3. Memenuhi tugas lintas mata
pelajaran sekolah
1.4 Metode Penelitian
Metode penelitian untuk
mengumpulkan data-data
dalam rangka penulisan karya
tulis ini dengan cara sebagai
berikut :
1. Metode observasi, yaitu
proses pengumpulan data
melalui kegiatan melihat,
memantau dan menganalisa
secara langsung sehingga
akan lebih jelas objek yang
diamati.
2. Metode tertulis
wawancara / interview, yaitu
cara pengumpulan data
melalui obrolan atau tanya
jawab serta bertatap muka
secara langsung.
3. Metode tertulis, yaitu
dengan menggunakan sumber-
sumber dari berbagai buku
sebagai panduan karya tulis
tersebut.
Melalui sumber-sumber
tersebut penulis berharap
agar dapat memperoleh
informasi dan data secara
jelas walaupun tidak seakurat
mungkin.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Singkat
Balai Inseminasi Buatan (BIB)
didirikan pada tanggal 3 April
1976 oleh Prof. Dr. Ir. Toyib
Hadiwijaya. Balai Inseminasi
Buatan (BIB) merupakan balai
pertama di Indonesia yang
memproduksi semen beku
ternak besar seperti sapi
perah dan sapi potong. Tetapi
tidak hanya itu saja balai ini
juga memproduksi inseminasi
buatan pada sapi, tidak hanya
pada sapi saja yang ada di
balai ini tetapi ada juga
kambing dan kerbau.
Balai Inseminasi Buatan (BIB)
telah memproduksi semen
beku lebih dari 2.000.000 dosis.
Sebagai balai pertama yang
didirikan di Indonesia. Balai
Inseminasi Buatan (BIB) yang
ada di Lembang yang luas
lahannya sekitar 10 hektar
yaitu 6 hektar untuk
perumahan dan 4 hektar
untuk perkebunan.
Selain Balai Inseminasi yang
ada di Lembang ada juga Balai
Inseminasi Buatan (BIB) yang
ada di Singosari, tetapi Balai
Inseminasi Buatan (BIB) di
Lembang merupakan balai
tertua di Indonesia.
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Balai Inseminasi Buatan
2.2.1 Tugas Pokok BIB
Melaksanakan produksi dan
pemasaran semen beku
ternak unggul serta
pengembangan inseminasi
buatan.
2.2.2 Fungsi BIB
1. Pemeliharaan ternak
unggul
2. Pengujian keturunan dan
felilisasi pejantan unggul
3. Produksi dan
penyimpangaan semen beku
4. Pencatatan dan
pemanfaatan semen beku
serta pengawasan mutu
semen
5. Pengembangan teknik
produksi semen beku benih
unggul
6. Pemberian saran teknik
produksi semen beku benih
unggul
7. Pemberian pelayanan
teknik kegiatan pemeliharaan
ternak dan semen beku
8. Pemberian informasi dan
dokumentasi hasil kegiatan
Inseminasi Buatan
9. Distribusi dan pemasaran
semen beku unggul
10. Pengujian kesehatan dan
diagnosa penyakit ternak
11. Urusan tata usaha dan
rumah tangga balai.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Inseminasi Buatan
Teknologi modern pada zaman
sekarang telah mampu
mengatasi masalah
kemandulan (bagi manusia)
dan menghasilkan bibit-bibit
unggul (bagi hewan yang
dapat menguntungkan
manusia), khususnya dalam
bidang bioteknologi. Hal
tersebut dapat dilakukan
diantaranya dengan melalui
inseminasi buatan.
Dari hasil kemajuan
bioteknologi tersbut, sekarang
telah tersedia inseminasi
buatan, fertilisasi atau
pembuatan in vitro dan rahim
kontrak. Kemajuan
bioteknologi tersebut apabila
diterapkan pada dunia hewan,
maka akan mendatangkan
manfaat dan keuntungan bagi
manusia. Namun, jika
kemajuan bioteknologi
diaplikasikan pada manusia,
maka akan menghasilkan
dampak yang positif dan
dampak yang negatif. Dampak
posotof dapat diambil dari
orang-orang yang telah
menikah, tetapi tidak bisa
mempunyai anak, maka agar
keinginan untuk mempunyai
anak dapat terwujud, maka
dapat dilakukan dengan
melalui bayi tabung atau
rahim kontrak. Sedangkan
dampak negatifnya yaitu
dapat menimbulkan
kekacauan dalam sistem
keturunan manusia.
Maka sejak tahun 1956 dewan
gereja di Roma telah
mengutuk kegiatan tersebut
dengan alasan bahwa
inseminasi buatan dapat
memisahkan tindakan
prokreasi (kasih sayang
terhadap anak, dan anak
adalah karunia Tuhan yang
harus dijunjung tinggi) dan
persatuan cinta. Alasan
lainnya yaitu kegiatan
inseminasi melibatkan
tindakan masturbasi yang
dibutuhkan untuk
mengeluarkan sperma.
Sampai sekarang mayoritas
para teolog moral masih
berpegang pada sikap
mengutuk terhadap kegiatan
inseminasi buatan yang
diterapkan pada manusia.
Bagaimanapun juga pewaris
sifat genetis yang terjadi pada
anak melibatkan pihak ketiga
bagi pasangan dalam
perkawinan. Hal tersebut
akan menimbulkan “celaan
biologis” serta menyangkut
psikologis anak itu sendiri
dalam lingkungan sosialnya.
Kenyataannya sekarang,
banyak para ahli psikologi
yang masih berusaha keras
untuk mewujudkan atau
mengaplikasikan inseminasi
buatan pada manusia. Namun,
bagi pasangan suami istri yang
akan melaksanakan
inseminasi buatan dapat
dilakukan atas dasar
keputusan bersama guna
mewujudkan pernikahan yang
harmonis dan bahagia.
3.2 Cara Mereproduksi Semen
Beku
Reproduksi semen beku hanya
dapat dilakukan di Balai
Inseminasi Buatan (BIB).
Tahapan-tahapan dalam
memproduksi semen beku
diantaranya yaitu:
1. Mempersiapkan sapi
pejantan yang akan
diinseminasi yang umurnya 15
– 18 bulan, tingginya 123 cm
dan beratnya minimal 350 kg.
2. Persiapan vagina buatan
yang suhunya mencapai 420C,
vagina buatan ini harus licin,
karena itu gunakan vaseline
agar licin seperti vagina yang
asli
3. Penampungan semen sapi
pejantan, sapi pejantan dan
spai betina disatukan
kemudian sapi-sapi itu akan
melakukan fisin (pemanasan
sebelum kawin), bila penis
jantan telah kelihatan merah,
tegang dan kencang, maka
penis langsung dimasukan ke
vagina buatan.
4. Kemudian sperma dalam
vagina buatan dibawa ke
laboratorium untuk diperiksa.
 Bila sperma berwarna hijau,
ada kotoran yang terdorong
 Bila sperma berwarna
merah, segar, venis teriritasi
 Bila sperma berwarna
cokelat, venis ada yang luka
 Bila sperma berwarna krem
susu bening, maka itulah
sperma yang bagus
5. Penentuan konsentrasi
semen segar
6. Proses pengenceran sperma
7. Proses filing dan sealing,
memasukan sperma ke dalam
ministrow isi I strow 0,25 CC
8. Proses pembekuan
9. After throwing dan water
intubator test
3.3 Jenis-Jenis Sapi
Sapi merupakan salah satu
jenis hewan mamalia, yang
berkembang biak dengan cara
melahirkan. Pada dasarnya
reproduksi mamalia sama
seperti reproduksi pada
manusia, terjadi secara
seksual melalui proses
fertilisasi.
Di Indonesia ada banyak jenis
sapi. Ada sapi yang
merupakan sapi lokal dan ada
sapi keturunan.
3.3.1 Sapi Bali
Sapi Bali merupakan sapi lokal
dengan penampilan produksi
yang cukup tinggi.
Penyebarannya telah
menyebar luas di seluruh
Indonesia, meskipun masih
tetap terkonsentrasi di pulau
Bali sampai saat ini kemurnian
genetis sapi Bali masih terjaga
karena ada undang-undang
yang mengatur pembatasan
masuknya sapi jenis lain ke
pulau Bali.
Asal usul sapi Bali adalah
Banteng yang telah
mengalami penjinakan selama
bertahun-tahun. Proses
domestikasi (penjinakan) yang
cukup lama diduga penyebab
sapi Bali lebih kecil
dibandingkan dengan Banteng.
Kemampuan reproduksi sapi
Bali merupakan yang terbaik
diantara sapi-sapi lokal. Hal
ini disebabkan sapi Bali bisa
beranak setiap tahun. Sapi
Bali mudah beradaptasi
dengan lingkungan baru,
sehingga sering disebut ternak
perintis.
3.3.2 Sapi Ongole
Sapi Ongole merupakan
keturunan sapi Zebu dari
India. Berwarna dominan putih
dengan warna hitam di
beberapa bagian tubuh,
bergelambir di bawah leher
dan berpunuk. Sifatnya yang
mudah beradaptasi dengan
lingkungan setempat
menyebabkan sapi ini mampu
tumbuh secara murni di pulau
Sumba, sehingga disebut sapi
Sumba Ongole (SO).
Persilangan antara sapi Jawa
asli (madura) dengan sapi
Ongole secara grading up
menghasilkan sapi yang
disebut sapi peranakan
Ongole (PO).
3.3.3 Sapi Fries Holstein (FH)
Sapi yang dipelihara dengan
tujuan untuk mengahsilkan
susu ini diintroduksi dari
Belanda. Warnanya belang
hitam dan putih dengan ciri
khusus segitiga pada bagian
dahi. Sapi yang tidak
berpunduk ini memiliki
pertumbuhan yang cukup
tinggi, sehingga sapi-sapi
jantannya sering dipelihara
untuk digemukkan dan
dijadikan sapi potong. Di
beberapa daerah juga
dilakukan persilangan antara
sapi Jawa asli dengan sapi FH
dengan pola grading up dan
keturunannya lazim disebut
sapi PFH.
3.3.4 Sapi Brahman
Sapi Brahman berasal dari
India yang merupakan
keturunan dari sapi Zebu. Di
Amerika sapi ini
dikembangkan cukup pesat
karena pola pemeliharaan dan
sistem perkawinan yang
terkontrol, sehingga
penampilan beberapa
parameter produksinya
melebihi penampilan produksi
di negara asalnya. Sapi
Brahman mampu beradaptasi
dengan lingkungan yang baru
dan tahan gigitan caplak.
Pertumbuhan sapi Brahman
sangat cepat. Hal ini yang
menyebabkan sapi ini menjadi
primadona sapi potong untuk
negara-negara tropis.
3.3.5 Sapi Madura
Sapi Madura merupakan hasil
persilangan antara Bos
Sandoicus dan Bos Indicus
yang tumbuh dan berkembang
di Madura. Sapi yang
berpunuk ini dikenal dengan
sapi jawa asli dengan warna
kuning hingga merah bata.
Terkadang terdapat warna
putih pada moncong, ekor dan
kaki bawah. Warna hitam
terdapat pada telinga dan
bulu ekor. Penyebaran sapi
Madura telah mengalami erosi
genetis, sehingga penampilan
produksi yang diukur dari
pertambahan berat.
Jenis-jenis sapi di Balai
Inseminasi Buatan (BIB)
Di Balai Inseminasi Buatan ada
7 jenis sapi, yaitu :
1. Sapi hitam di panggung
simental
2. Cokelat semua li mosin
3. Hitam putih Vresen
Holenstain (VH)
4. Hitam Angus
5. Krem jenis Brahman Denole
6. Kopi susu jerse
7. Ongole krem pipih pantat
Tidak hanya sapi yang
diproduksi di Balai Inseminasi
Buatan, tetapi juga
memproduksi :
 Kerbau burah (bule item)
bonga
 Kambing dan domba
 Kuda (sekarang tidak
dikembangkan lagi)
Makanan sapi yang ada di BIB
diantaranya rumput gajah,
rumput Afrika, dan konsentrat
(dedak, jagung, tepung, ikan,
darah mineral dan tulang).
Sapi di BIB tidak boleh terlalu
gemuk apabila akan
diinseminasi karena genetik
sapi harus murni. Selain itu,
untuk makanan sapi harus
ditambahkan protein sebanyak
24%.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Karya tulis dalam tugas
sekolah lintas mata pelajaran
ini sangat menambah
pengetahuan dan pengalaman
bagi penulis, khususnya di
bidang Inseminasi Buatan pada
sapi. Dengan adanya kegiatan
penelitian pada Inseminasi
Buatan pada sapi ini dapat
memahami cara reproduksi
sapi. Menambah wawasan
ilmu pengetahuan , dan juga
memenuhi tugas lintas mata
pelajaran di sekolah.
Untuk itu dalam hal ini penulis
menyusun karya tulis ini
sebagai tolak ukur negara kita
dalam hal Inseminasi Buatan
pada sapi yang dilakukan di
Lembang, Bandung. In isangat
berpengaruh untuk
pemasukan kas negara atau
keuangan negara. Selain itu
juga untuk memenuhi bibit
ternak sapi unggul yang selalu
mengimpor dari negara lain.
Selain hal tersebut juga dapat
memajukan Indonesia,
mensejahterakan warga
Indonesia khususnya di bidang
peternakan, Inseminasi pada
sapi.
4.2 Saran
Sebelumnya penulis minta
maaf kepada khalayak yang
bersangkutan yakni Balai
Inseminasi Buatan (BIB).
Penulis sangat yakin jikalau
BIB ini maju maka apa yang
dibutuhkan negara kita dalam
hal pembibitan ternak sapi
unggul, pembuatan semen
beku ini dapat berbuah hasil
yang diinginkan yaitu
memperoleh keuntungan.
Kelancaran yang dilakukan
selama beberapa tahun yaitu
dari tahun 1976 sampai
sekarang ini adalah karena
berkat kerja keras, usaha
atau upaya, saling kerja sama
yang dilakukan oleh para
karyawan kompak, disiplin
dan pantang menyerah dalam
menghadapi hambatan dan
rintangan, sehingga
membuahkan hasil yang
memuaskan.
Selain itu dengan apa yang
dikaji, digali dan dipelajari apa
yang didapat di BIB ini, penulis
sangat berharap jikalau
penulis berhasil dalam
pendidikannya maka akan
dengan berat hati, BIB
bersedia menerima sebagai
karyawan di BIB tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Supriyadi, Edi, dkk. Sigap
Biologi 2B. Bandung : CV.
Karya Iptek
2. Kusumaatmaja. Muhamad.
Kiat Mengatasi Permasalahan
Praktis.
3. Akhyar, Moh Salman, 2003.
Biologi Untuk SMA Kelas 1.
Bandung : Grafindo Media
Pratama.
4. Agustini, Dewi. 2002.
Bioteknologi. Bandung : PPG
Tertulis.
5. BALAI INSEMINASI BUATAN.
Lembang, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar