Kamis, 16 Juli 2009

MAKALAH ILMU PENDIDIKANTENTANG MODEL - MODELPEMBELAJARAN SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan pembelajaran
tidak terlepas dari berbagai
variabel pokok yang saling
berkaitan yaitu kurikulum,
guru/pendidik, pembelajaran,
peserta. Dimana semua
komponen ini bertujuan untuk
kepentingan peserta.
Berdasarkan hal tersebut
pendidik dituntut harus
mampu menggunakan
berbagai model pembelajaran
agar peserta didik dapat
melakukan kegiatan belajar.
Hal ini dilatar belakangi
bahwa peserta didik bukan
hanya sebagai objek tetapi
juga merupakan subjek dalam
pembelajaran. Peserta didik
harus disiapkan sejak awal
untuk mampu bersosialisasi
dengan lingkungannya
sehingga berbagai jenis model
pembelajaran yang dapat
digunakan oleh pendidik.
Model-model pembelajaran
sosial merupakan pendekatan
pembelajaran yang dapat
digunakan di kelas dengan
melibatkan peserta didik
secara penuh (student center)
sehingga peserta didik
memperoleh pengalaman
dalam menuju kedewasaan,
peserta dapat melatih
kemandirian, peserta didik
dapat belajar dari lingkungan
kehidupannya.
1.2TUJUAN
Makalah ini dirancang untuk
mahasiswa Program S1 PGSD.
Oleh sebab itu dalam
penyajiannya diharapkan
dapat meningkatkan
pemahaman mahasiswa
tentang berbagai konsep
model pembelajaran dan
penerapan model
pembelajaran di kelas.
1.3TOPIK BAHASAN
Untuk meningkatkan
pemahaman berbagai model
pembelajaran, dalam makalah
ini akan dibahas tentang :
a.Model pembelajaran
partisipatif dalam
pembelajaran yang
berwawasan kemasyarakatan.
b.Model pendekatan
pembelajaran kontekstual
dalam pembelajaran yang
berwawasan kemasyarakatan.
c.Model pembelajaran mandiri
dalam pembelajaran yang
berwawasan kemasyarakatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1MODEL PEMBELAJARAN
PARTISIPATIF
A.Konsep Pembelajaran
Partisipatif
Pembelajaran partisipatif pada
intinya dapat diartikan sebagai
upaya pendidik untuk
mengikut sertakan peserta
didik dalam kegiatan
pembelajaran yaitu dalam
tahap perencanaan program,
pelaksanaan program dan
penilaian program.
Partisipasi pada tahap
perencanaan adalah
keterlibatan peserta didik
dalam kegiatan
mengidentifikasi kebutuhan
belajar, permasalahan,
sumber-sumber atau potensi
yang tersedia dan
kemungkinan hambatan
dalam pembelajaran.
Partisipasi dalam tahap
pelaksanaan program
kegiatan pembelajaran adalah
keterlibatan peserta didik
dalam menciptakan iklim yang
kondusif untuk belajar.
Dimana salah satu iklim yang
kondusif untuk kegiatan
belajar adalah pembinaan
hubungan antara peserta
didik, dan antara peserta didik
dengan pendidik sehingga
tercipta hubungan
kemanusiaan yang terbuka,
akrab, terarah, saling
menghargai, saling membantu
dan saling belajar.
Partisipasi dalam tahap
penilaian program
pembelajaran adalah
keterlibatan peserta didik
dalam penilaian pelaksanaan
pembelajaran maupun untuk
penilaian program
pembelajaran. Penilaian
pelaksanaan pembelajaran
mencakup penilaian terhadap
proses, hasil dan dampak
pembelajaran.
B.Ciri-ciri Pembelajaran
Partisipatif
Berdasarkan pada pengertian
pembelajaran partisipatif yaitu
upaya untuk
mengikutsertakan peserta
didik dalam pembelajaran,
maka ciri-ciri dalam kegiatan
pembelajaran partisipatif
adalah :
1.Pendidik menempatkan diri
pada kedudukan tidak serba
mengetahui terhadap semua
bahan ajar.
2.Pendidik memainkan peran
untuk membantu peserta didik
dalam melakukan kegiatan
pembelajaran.
3.Pendidik melakukan motivasi
terhadap peserta didik untuk
berpartisipasi dalam
pembelajaran.
4.Pendidik menempatkan
dirinya sebagai peserta didik.
5.Pendidik bersama peserta
didik saling belajar.
6.Pendidik membantu peserta
didik untuk menciptakan
situasi belajar yang kondusif.
7.Pendidik mengembangkan
kegiatan pembelajaran
kelompok.
8.Pendidik mendorong peserta
didik untuk meningkatkan
semangat berprestasi.
9.Pendidik mendorong peserta
didik untuk berupaya
memecahkan permasalahan
yang dihadapi dalam
kehidupannya.
C.Peran Pendidikan Dalam
Pembelajaran
Peran pendidik dalam
pembelajaran partisipatif lebih
banyak berperan sebagai
pembimbing dan pendorong
bagi peserta didik untuk
melakukan kegiatan
pembelajaran sehingga
mempengaruhi terhadap
intensitas peranan pendidik
dalam pembelajaran.
Pada awal pembelajaran
intensitas peran pendidik
sangat tinggi yaitu untuk
menyajikan berbagai informasi
bahan belajar, memberikan
motivasi serta memberikan
bimbingan kepada peserta
dalam melakukan
pembelajaran, tetapi makin
lama makin menurun
intensitas perannya digantikan
oleh peran yang sangat tinggi
dari peserta didik untuk
berpartisipasi dalam
pembelajaran secara
maksimal.
Langkah-langkah yang harus
ditempuh pendidik dalam
membantu peserta didik untuk
mengembangkan kegiatan
pembelajaran :
1.Membantu peserta didik
dalam menciptakan iklim
belajar
2.Membantu peserta didik
dalam menyusun kelompok
belajar
3.Membantu peserta didik
dalam mendiagnosis
kebutuhan pelajar
4.Membantu peserta didik
dalam menyusun tujuan
belajar
5.Membantu peserta didik
dalam merancang
pengalaman belajar
6.Membantu peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran
7.Membantu peserta didik
dalam penilaian hasil, proses
dan pengaruh kegiatan
pembelajaran.
2.2MODEL PENDEKATAN
PEMBELAJARAN
A.Konsep Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran
kontekstual mendasarkan diri
pada kecenderungan
pemikiran tentang belajar
dilihat dari proses transfer
belajar, lingkungan belajar.
Dilihat dari proses, belajar
tidak hanya sekedar
menghapal. Dari transfer
belajar, siswa belajar dai
mengalami sendiri, bukan
pemberian dari orang lain.
Dan dilihat dari lingkungan
belajar, bahwa belajar efektif
itu dimulai dari lingkungan
belajar yang berpusat pada
siswa.
Pembelajaran kontekstual
(contextual learning)
merupakan upaya pendidik
untuk menghubungkan antara
materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata
peserta didik, dan mendorong
peserta didik melakukan
hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan
masyarakat.
Dalam penerapan
pembelajaran kontekstual
tidak lepas dari landasan
filosofisnya, yaitu aliran
konstruktivisme. Aliran ini
melihat pengalaman langsung
peserta didik (direct
experiences) sebagai kunci
dalam pembelajaran.
B.Perbedaan Pembelajaran
Kontekstual dan Pembelajaran
Konvensional
Karakteristik model
pembelajaran kontekstual
dalam penerapannya di kelas,
antara lain :
1.Siswa secara aktif terlibat
dalam proses pembelajaran
2.Siswa belajar dari teman
melalui kerja kelompok,
diskusi, saling mengoreksi
3.Pembelajaran dihubungkan
dengan kehidupan nyata atau
masalah
4.Perilaku dibangun atas
kesadaran diri.
5.Keterampilan dikembangkan
atas dasar pemahaman
6.Peserta didik tidak
melakukan yang jelek karena
dia sadar hal itu keliru dan
merugikan.
7.Bahasa diajarkan dengan
pendekatan komunikatif,
yakni peserta didik diajak
menggunakan bahasa dalam
konteks nyata.
Karakteristik model
pembelajaran konvensional
dalam penerapannya di kelas,
antara lain :
1.Siswa adalah penerima
informasi
2.Siswa cenderung belajar
secara individual
3.Pembelajaran cenderung
abstrak dan teoritis
4.Perilaku dibangun atas
kebiasaan
5.Keterampilan dikembangkan
atas dasar latihan
6.Peserta didik tidak
melakukan yang jelek karena
dia takut hukuman
7.Bahasa diajarkan dengan
pendekatan struktural
Pembelajaran kontekstual
memiliki perbedaan dengan
pembelajaran konvensional,
tekanan perbedaannya yaitu
pembelajaran kontekstual
lebih bersifat student
centered (berpusat kepada
peserta didik) dengan proses
pembelajarannya berlangsung
alamiah dalam bentuk
kegiatan peserta didik bekajar
dan mengalami. Sedangkan
pembelajaran konvensional
lebih cenderung teacher
centered (berpusat kepada
pendidik), yang dalam proses
pembelajarannya siswa lebih
banyak menerima informasi
bersifat abstrak dan teoritis.
C.Komponen-komponen
Pembelajaran Kontekstual
Peranan pendekatan
pembelajaran kontekstual di
kelas dapat didasarkan pada
tujuh komponen, yaitu :
1.Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan
landasan berfikir
pembelajaran kontekstual,
yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia
didalam dirinya sedikit demi
sedikit, yang hasilnya dapat
diperluas melalui konteks
yang terbatas.
2.Pencairan (inquiry)
Menemukan merupakan inti
dari pembelajaran
kontekstual. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh
siswa merupakan hasil dari
penemuan siswa itu sendiri.
3.Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan awal
dari pengetahuan yang dimiliki
seseorang. Bagi siswa
kegiatan bertanya merupakan
bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran
yang berbasis inquiriy, yaitu
untuk menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang
sudah diketahui, dan
mengarahkan pada aspek
yang belum diketahui.
4.Masyarakat Belajar
(Learning Community)
Konsep learning community
menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain.
Masyarakat belajar bisa
terjadi apabila ada komunikasi
dua arah atau lebih, yaitu
antara siswa dengan siswa
atau antara siswa dengan
pendidik apabila diperlukan
atau komunikasi antara
kelompok.
5.Pemodelan (Modeling)
Model dapat dirancang
dengan melibatkan guru,
siswa atau didatangkan dari
luar sesuai dengan kebutuhan.
Dengan pemodelan, siswa
dapat mengamati berbagai
tindakan yang dilakukan oleh
model tersebut.
6.Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir
tentang sesuatu yang sudah
dipelajari. Realisasi dari
refleksi dalam pembelajaran
dapat berupa:
a)Pernyataan langsung
tentang sesuatu yang sudah
diperoleh siswa
b)Kesan dan pesan/saran
siswa tentang pembelajaran
yang sudah diterimanya
c)Hasil karya
7.Penilaian yang sebenarnya
(authentic assessment)
Assessment merupakan proses
pengumpulan data yang bisa
memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa.
Assessment menekankan pada
proses pembelajaran maka
data yang dikumpulkan harus
diperoleh dari kegiatan nyata
yang dikerjakan pada saat
melakukan proses
pembelajaran.
Karakteristik authentic
assessment, yaitu :
a)Dilaksanakan selama dan
sesudah proses pembelajaran
berlangsung
b)Dapat digunakan untuk
formatif maupun sumatif
c)Yang diukur adalah
keterampilan dan penampilan
bukan mengingat fakta
d)Berkesinambungan
e)Terintegrasi
f)Dapat digunakan sebagai
feed back
2.3MODEL PEMBELAJARAN
MANDIRI
A.Konsep Pembelajaran
Mandiri
Dalam rangka menuju
kedewasaan, seorang anak
harus dilatih untuk belajar
mandiri. Belajar mandiri
merupakan suatu proses,
dimana individu mengalami
inisiatif dengan atau tanpa
bantuan orang lain.
1.Dapat mengurangi
ketergantungan pada oran
lain
2.Dapat menumbuhkan proses
alamiah perkembangan jiwa
3.Dapat menumbuhkan
tanggung jawab pada peserta
didik
Berdasarkan hal tersebut
pendidik bukan sebagai pihak
yang menentukan segala-
galanya dalam pembelajaran,
tetapi lebih berperan sebagai
fasilitator atau sebagai teman
peserta didik dalam
memenuhi kebutuhan belajar
mereka.
B.Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kesiapan
Belajar Mandiri
Banyak faktor yang
mempengaruhi untuk
tumbuhnya belajar mandiri,
yaitu :
1.Terbuka terhadap setiap
kesempatan belajar, belajar
pada dasarnya tidak dibatasi
oleh waktu, tempat dan usia
2.Memiliki konsep diri sebagai
warga belajar yang efektif,
seseorang yang memiliki
konsep diri berarti senantiasa
mempersepsi secara positif
mengenai belajar dan selalu
mengupayakan hasil belajar
yang baik
3.Berinisiatif dan merasa
bebas dalam belajar, inisiatif
merupakan dorongan yang
muncul dari diri seseorang
tanpa dipengaruhi oleh orang
lain, seseorang yang memiliki
inisiatif untuk belajar tidak
perlu dirangsang untuk
belajar.
4.Memiliki kecintaan terhadap
belajar, menjadikan belajar
sebagai bagian dari kehidupan
manusia dimulai dari
timbulnya kesadaran,
keakraban dan kecintaan
terhadap belajar.
5.Kreativitas. Menurut Supardi
(1994), kreativitas merupakan
kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang
baru, baik berupa gagasan
maupun kerja nyata, yang
relatif berbeda dengan apa
yang telah ada sebelumnya.
Ciri perilaku kreatif yang
dimiliki seseorang diantaranya
dinamis, berani, banyak akal,
kerja keras dan bebas. Bagi
seseorang yang kreatif, tidak
akan kuatir atau takut
melakukan sesuatu sepanjang
yang dilakukannya
mengandung makna.
6.Memiliki orientasi ke masa
depan
Seseorang yang memiliki
orientasi ke masa depan akan
memandang bahwa masa
depan bukan suatu yang
mengandung ketidakpastian.
7.Kemampuan menggunakan
keterampilan belajar yang
mendasar dan memecahkan
masalah.
C.Peran Pendidik Dalam
Belajar Mandiri
Dalam pembelajaran mandiri,
tutor berperan sebagai
fasilitator dan teman bagi
peserta didik. Sebagai
fasilitator, pendidik dapat
membantu peserta didik
dalam mengakrabi masalah
yang dihadapi peserta didik,
dan berupaya agar peserta
didik dapat menemukan
alternatif pemecahan masalah
yang dihadapinya.
Peran lain yang harus
dilakukan pendidik adalah
sebagai teman. Pendidik
berusaha menempatkan
dirinya sama dengan peserta
didik sebagai peserta yang
mengharapkan nilai tambah
dalam kehidupannya untuk
mengantisipasi perubahan
yang terjadi, serta
mengaktualisasikan dirinya.
BAB IV
KESIMPULAN
Model-model pembelajaran
sosial merupakan pendekatan
pembelajaran yang dapat
digunakan di kelas dengan
melibatkan peserta didik
secara penuh (student center)
sehingga peserta didik
memperoleh pengalaman
dalam menuju kedewasaan,
peserta dapat melatih
kemandirian peserta didik
dapat belajar dari lingkungan
kehidupannya.
Model-model pembelajaran
sosial ini mencakup : model
pembelajaran partisipatif,
model pendekatan
pembelajaran kontekstual,
dan model pembelajaran
mandiri.
Pembelajaran partisipatif pada
intinya dapat diartikan sebagai
upaya pendidik untuk
mengikutsertakan peserta
didik dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu dalam
tahap : perencanaan program,
pelaksanaan program dan
penilaian program.
Dalam menyiapkan anak
untuk bersosialisasi di
masyarakat, sejak dini anak
harus sudah mengenal
lingkungan kehidupannya.
Model pembelajaran
kontekstual merupakan upaya
pendidik untuk
menghubungkan antara
materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata
peserta didik dan mendorong
peserta didik melakukan
hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam
kehidupan mereka.
Dalam rangka menuju
kedewasaan, seorang anak
harus dilatih untuk belajar
mandiri. Belajar mandiri
merupakan suatu proses,
dimana individu mengambil
inisiatif denganatau tanpa
bantuan orang lain. Dalam
pembelajaran mandiri
menekankan pada keaktifan
peserta didik yang lebih
bersifat student centered
daripada teacher centered
sehingga pendidik lebih
banyak berperan sebagai
fasilitator dan teman
(partner).
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Lanjutan Pertama.
(2003). Pendekatan
Kontekstual (Centered
Teaching and Learning).
Jakarta.
Sudjana, D. (2000). Strategi
Pembelajaran. Bandung :
Falah Production.
Hatimah, I. (2003). Strategi
dan Metode Pembelajaran.
Bandung : Andira.
Knowles, M. (1975). Self
Directed Learning. Chicago :
Follet Publishing Company.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar