Kamis, 23 Juli 2009

MAKALAH TARIKH ISLAMTENTANG PERKEMBANGANEKONOMI SOSIAL PADA MASADAULAT ABBASIYAH

PERKEMBANGAN EKONOMI
SOSIAL PADA MASA DAULAT
ABBASIYAH
a. Perdagangan
Perniagaan tetap menjadi
perhatian yang besar, baik
dari penguasa Umawiyah
maupun Abbasiyah lebih
menggondol bangsa Arab
dalam memegang sentral
kekuatan ekonomi negara,
termasuk dalam perdagangan.
Sementara pemerintah
Abbasiyah lebih egaliter dan
equal sifatnya, sehingga
golongan muslim manapun
bisa ikut andil dalam
memegang kendali
perdagangan, tanpa
mengalami kesulitan dalam
hal birokrasi tetapi
bagaimanapun satu hal yang
patut dibanggakan pada
kekuasaan dinasti Abbasiyah
Penyebaran yang efektif dari
agama Islam bukanlah akibat
perlakuan atau espansi militer
kewilayahan-kewilayahan
tertentu, melainkan melalui
kegiatan secara damai oleh
pihak-pihak saudagar muslim
dan oleh misi-misi golongan
sampai di sisi lain. Orang
tertarik memeluk agama
Islam berkat suri tauladan
yang mereka perlihatkan
dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Sumur-sumur dan terminal
tempat peristirahatan para
kapilah dagang yang
Menempuh rute daratan, kian
diperbanyak jumlahnya,
demikian juga menara-menara
pengontrol. Bagi yang
menggunakan rute laut
penguasa Abbasiyah
menambah jumlah armada
lautnya. Kecuali untuk
pengamanan pelabuhan-
pelabuhan dagang juga untuk
mengawal dan mengamankan
kapal-kapal yang mengarungi
lautan dari gangguan para
perampok. Perhatian ini
sangat memberi pengaruh
besar bagi perkembangan
perniagaan muslim yang
berskala lokal maupun
Internasional. Tidak heran jika
masyarakat Eropa pada saat
itu menjuluki para pedagang
muslim dengan “raja-raja dari
timur”
Dari Baghdad dan pusat-pusat
perdagangan Islam lainnya
para pedagang muslim
mengirim barang-barang
melalui samudera ke timur
jauh. Eropa dan Afrika, seperti
hasil-hasil industri perhiasan,
kaca logam, Mutiara dan
rempah-rempah. Mata uang
arab (Daulah Abbasiyah) yang
beberapa dasa warsa terakhir
ini ditemukan para arkeologi
di daerah utara sampai Rusia,
Finlandia, Jerman dan Swedia,
membuktikan bahwa kegiatan
kaum muslimin dari zaman ini
dan zaman berikutnya
meliputi seluruh dunia.
b. Rute Dan Pusat Penting
Perdagangan
Luas wilayah kerajaan yang
tingginya tingkat peradaban
yang dicapai baik dalam
bidang industri maupun
pertanian memaksa diadakan
suatu perdagangan
Internasional yang lebih luas.
Berikut rute-rute penting yang
dilalui para saudagar pada
kegiatan niaga pada masa
dinasti Abbasiyah.
1. Dari barat ke timur via
Mesir, memakai rute ini
Kebanyakan para pedagang
Yahudi yang menjadi mitra
usaha saudagar muslim dan
Irak. Di istahan mereka
mempunyai perkampungan
dagang yang disebut Havi
Yahudi (lorong Yahudi)
2. Dari Eropa ke Timur Via
Antiokh terus ke Baghdad
melalui sungai efrat,
kemudian teluk Persi, Yaman,
India dan China
3. Dari utara Rusia ke timur
melalui laut Kaspia kemudian
ke Marx, Balk, Bukhara,
Samarkhand, Transoxiana, dan
China
4. Jalur darat dari Eropa ke
timur dimulai dari Andalusia,
melalui Jabal Tarik ke
Maroko, Tunisia, Mesir,
Damaskus, Irak (Baghdad,
Basrah, dan Kuffah) lalu ke
Iran, Kirman, India dan
berakhir di China. Para
saudagar muslim yang
berniaga lewat jalur ini
sekarang disebut silk road
(jalur sutra). Disebut demikian
karena salah satu barang
dagangan yang diangkut
berupa sutra.
5. Jalur laut dan Teluk Persi,
Gujarat, Selat Malaka, Jawa,
Laut China ke Kanton (China)
Sebuah karya maha penting
tentang rute-rute dan pusat
perdagangan dan
pemerintahan ditulis pada
masa ini (abad ke 3 H/ 9
masehi) oleh seorang ahli
geografi Abu Al–Qosim bin
Khurdadhbeh dari Persia
dalam buku yang
dinamakannya Al-Musalik wa
al Mamalik, berikut pusat-
pusat penting perdagangan
pada masa dinasti Abbasiyah.
1. Antiokh yang terletak di
pesisir timur laut tengah
pelabuhan yang diperlebar
pada masa khalifah mu’tasim
ini merupakan pusat
perdagangan Syam yang
menjadi transit (perhentian)
para saudagar timur dan
barat.
2. Pelabuhan Iskandaria dan
varma, juga menjadi
penghubung antara pedagang
yang dagang dari Eropa dan
laut merah.
3. Ailot, Qolzam, dan Jeddah,
adalah pusat-pusat
perdagangan laut merah,
Jeddah bahkan setiap tahun
menjadi terminal jamaah haji
yang datang dari pelosok
dunia.
4. Aden pintu gerbang kapal-
kapal yang akan memasuki
laut merah
5. Basrah pintu gerbang kota
Baghdad dan muara sungai
Tigris didatangi oleh pedagang
dari timur dan barat
6. Baghdad merupakan kota
dagang terbesar di Asia,
sebagaimana Iskandaria
sebagai pusat perdagangan di
Afrika, kesemarakan kota ini
tidak saja disebabkan
kedudukannya sebagai ibu
kota daulat Abbasiyah dan
pusat pertemuan jalur-jalur
niaga dari seluruh penjuru.
7. Damaskus menjadi kota
dagang penting karena
dilewati oleh kapilah-kapilah
jamaah haji yang berangkat
dan pulang dari Mekkah.
8. Tushat, kota dagang Mesir
di zaman dinasti Fatimah,
merupakan kota terbersih dan
aman tentram
9. Tes (Maroko) dan lain-lain
Satu kebiasaan bangsa Arab
sebelum Islam dan diteruskan
kaum muslim, yakni
dilangsungkannya pekan-
pekan dagang dan bazaar
raya pada waktu-waktu
tertentu do kota-kota penting
perdagangan.
c. Pertanian
Kegiatan perdagangan tidak
mungkin mencapai kepesatan
yang luar biasa jika tidak
ditopang oleh kegiatan
pertanian dan Perindustrian
yang mapan. Hal ini yang
sangat menjadi perhatian para
penguasa dinasti Abbasiyah.
Pada masa Abbasiyah lah
bidang pertanian mengalami
perkembangan pesat, karena
di samping ibu kota terletak di
daerah sangat subur (diapit
oleh sungai Efrat dan Tigris),
para penguasa memberi
kekebasan kepada penduduk
setempat untuk mengolah
lahan pertanian mereka,
tanpa tekanan-tekanan yang
bersifat diskriminatif
(membeda-bedakan)
Sekolah-sekolah pertanian
dibuka untuk menganalisis
sifat-sifat tanah dan tanaman
yang cocok untuk ditanam di
atas jenis tanah dan iklim
yang beraneka, sebuah karya
penting tentang ilmu
pengolahan tanah dan
tanaman ditulis di Irak oleh
seorang insinyur, Ibn
Washiyyah dalam buku yang
dinamakan kitab Al-Filalah al
Nabatiyyah (291 H/904 M)
yang isinya merupakan hasil
riset dan perpaduan antara
ilmu tradisional dengan
ajaran-ajaran yang termaktub
dalam filsafat-filsafat kuno.
Wilayah Spanyol yang sangat
subur tidak disia-siakan kaum
muslimin. Gandum merupakan
makanan pokok hampir
seluruh kaum muslimin saat
itu diperkebunan sayur-mayur,
tumbuhan polong dan
beraneka ragam makanan
rambat serta rempah-rempah
melimpah ruah. Di wilayah-
wilayah selain sayuran, kaum
muslimin menanam seluruh
jenis buah-buahan yang
terdapat di Mediterania,
sementara di daerah pinggiran
gurun, ditanami pohon kurma
yang menjadi makanan pokok
penduduk miskin saat itu.
Pertanian merupakan sumber
terpenting kerajaan Abbasiyah
dan petani merupakan
mayoritas penduduk yang
mendiami seluruh wilayah
kekuasaan di antara mereka
yang hanya menjadi buruh
tani, praktek pengolahan
tanah pertanian tidak jauh
berbeda dengan praktek masa
khulafaur rasyidin.
d. Industri
Di bidang industri terdapat
pemisah antara sektor
pemerintah dan swasta, tetapi
bagaimana bebasnya pihak
swasta bergerak dalam suatu
industri kerajinan tangan
misalnya ia Tetap di bawah
aturan dan pengawasan
negara. Hampir seluruh
Perindustrian yang berskala
besar ditangani oleh negara,
seperti pabrik senjata,
galangan kapal laut, armada
perdagangan pabrik kertas
dan pabrik barang-barang lux
lainnya. Termasuk brukat
emas untuk pakaian para
khalifah dan hadiah raja-raja.
Demikian juga percetakan
mata uang emas dan perak.
Kerajinan tangan yang di
tangani oleh pihak swasta
sangat banyak dan bervariasi.
Secara umum para produsen
bertindak pula sebagai penjual
barang-barang yang
diproduksinya. Bahkan,
mereka yang bergerak di
bidang tekstil, terhimpun
dalam sebuah unit koperasi
yang disebut bazzaz (produsen
dan penjual kain) yang
pekerjanya penenun, pemintal
dan binatu, kekuatan mereka
yang begitu besar dan sangat
dominan, terutama di kota-
kota besar, melahirkan
kelompok baru dalam
masyarakat, aristokrat kaum
pedagang.
Beberapa bidang industri dan
kerajinan rakyat yang
terkenal pada masa ini antara
lain.
1. Industri gelas dan tembikar
2. Industri tekstil dan tenun
terdapat di Myat, Kabul,
Transoxiana, Maroko Andalus,
Merx dan Mesir mosul sejak
awal terkenal dengan
pembuatan permadani yang
khas, sedangkan kain kepala
dari sutra yang hingga kini
dikenal dengan sebutan
kufiah, Damaskus terkenal
dengan pembuatan kain
Dumas yang disulami dengan
benang emas dan kain-kain
tirai yang dibuat dari pintalan
sutra.
3. Kertas telah lama dikenal
orang di Cina. Ketika
Samarkhand ditaklukkan
kaum muslimin (704 M), di
kota ini terdapat pabrik kertas
tulis yang diproduksinya
sangat halus dan bagus, pada
akhir ke 8 M. Baghdad telah
memiliki pabrik kertas
tersendiri. Dari kaum
muslimin di Spanyol bangsa
Eropa mengenal kertas abad
ke 12 dan 13 M.
4. Industri pertimbangan,
penggalian perak, kuningan,
timah, dan besi terdapat di
daerah Afrika dan Andalus.
5. Penggilingan gula tebu
menyebar di sebelah barat
daya Persia, Basrah, dan
Tusthat, begitu juga
pengolahan minyak jaitun
yang menjadi pelezat
makanan terdapat di Andalus
Maroko dan Mesir.
6. Selain jenis industri yang
tercantum di muka dinasti
Abbasiyah menggalakan
industri pembuatan lilin, sabun
kerajinan kulit, galangan
kapal perang dan lain-lain.
e. Penggunaan Mata Uang
(Sikka)
Sejak masa Rasulullah, mata
uang telah digunakan kaum
muslimin sebagai salah satu
bentuk pembayaran pajak,
tetapi mereka masih
menggunakan mata uang
romawi dan Persia, dinar dan
dirham, Umar bin Khatab
ketika menjabat khalifah
mulai mencetak uang yang
berciri khas Islam tetapi
bentuknya masih seperti mata
uang Kisra (Persia). Di dalam
koin tersebut hanya ditambah
lafadz Alhamdulillah, bahkan
tercantum namanya sendiri
Umar di Mekkah. Abdullah bin
Zubair mencetak uang sendiri
uang dirham bulat dengan
lafadz Abdullah Muhammad
Rasulullah dan Amarallah
biladli wal wafa.
Barulah pada masa dinasti
Abbasiyah tepat pada masa
khalifah Abdul Malik bin
Marwan (65-96) dicetak pada
masa daulat Islam. Mata uang
dicetak dengan bahan perak
(disebut dirham) dan bahan
emas (dinar) bertuliskan la
ilaha illahau wahdah la
syarikalah, atau surat al-
ikhlas dan ayat-ayat tertentu
dari al-Qur'an. Di sisi lain
tertulis tempat dan tahun
percetakan.
Mata uang Islam segera
disebarkan ke wilayah–
wilayah Islam diberbagai
pelosok. Sejak itu mata uang
Persia atau romawi tidak lagi
dipergunakan, khalifah Abdul
Malik sangat ketat dalam
penggunaan mata uang, ia
mengancam dengan hukuman
mati bagi seseorang muslim
yang tidak menggunakan
mata uang Islam sebagai
sarana jual beli
f. Kehidupan Sosial
Para penguasa Abbasiyah
membentuk masyarakat
berdasarkan rasa persamaan.
Pendekatan terhadap kaum
Malawi dilakukan antara lain
dengan mengadopsi sistim
Administrasi dari tradisi
setempat (Persia) mengambil
beberapa pegawai dan
Menteri dari bangsa Persia
dan meletakan ibu kota
kerajaannya, Baghdad di
wilayah yang dikelilingi oleh
bangsa dan agama yang
berlainan seperti bangsa Aria
dan Sumit dan agama Islam,
Kristen, dan Majusi.
Pembagian kelas dalam
masyarakat Daulat Abbasiyah
tidak lagi berdasarkan ras
atau kesukaan, melainkan
berdasarkan jabatan
seseorang seperti menurut
jarzid Zaidan, masyarakat
Abbasiyah terbagi dalam 2
kelompok besar, kelas khusus
dan kelas umum. Kelas khusus
terdiri dari khalifah, keluarga
khalifah (Bani Hasyim) para
pembesar negara (Menteri,
gubernur dan panglima).
Kaum bangsawan non Bani
Hasyim (Quraisy) pada
umumnya. Dan pra petugas
khusus, tentara dan pembantu
Istana. Sedangkan kelas
umum terdiri dari para
seniman, ulama, pujangga
fukoha, saudagar dan
penguasa buruh dan petani.
KESIMPULAN
1. Untuk memajukan usaha
perdagangan nasional maupun
Internasional, para khalifah
Menempuh beberapa usaha
antara lain: memperbanyak
jumlah sumur-sumur dan
tempat peristirahatan para
khalifah dagang yang
Menempuh rute daratan dan
kemudian mendirikan menara-
menara, pengontrol armada
laut dan membentuk pasukan
pengamanan untuk kebutuhan
perdagangan jalur laut.
2. Para saudagar, terutama
yang berniaga melalui jalur
darat dan Asia barat dan
tengah hingga ke daratan Cina
dan India sangat besar jasanya
dalam menyebarkan agama
Islam di wilayah-wilayah yang
dikunjunginya.
3. Kepemilikan tanah pada
masa Abbasiyah umumnya
terbagi ke dalam tanah milik
kaum muslim tanah wakaf
beberapa model praktek
pengolahan tanah antara lain
muzara’ah dan mugharasah.
4. Perindustrian terbagi ke
dalam sektor industri yang
ditangani dan yang oleh pihak
negara dan pihak swasta
5. Pendapatan kas negara
bersumber antara lain dari
zakat jizyah, gharimah usy’r
kharaj dan pajak
perdagangan. Pendapatan
antara lain dibelanjakan untuk
haji pegawai negara, tentara,
pembangunan pertanian dan
industri perlengkapan senjata
perang, ongkos para tahanan,
dan hadiah-hadiah bagi orang
yang dikehendaki para
khalifah.
6. Pada masa dinasti
Abbasiyah, suasana kehidupan
bermasyarakat lebih
berdasarkan persamaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar