Sabtu, 04 Juli 2009

MAKALAH ILMU PENDIDIKANTENTANG ANALISA FILSAFATDAN MASALAHKEPENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses
penyesuian diri secara timbal
balik antara manusia dengan
alam, dengan sesama manusia
atau juga pengembangan dan
penyempurnaan secara
teratur dari semua potensi
moral, intelektual, dan
jasmaniah manusia oleh dan
untuk kepentingan pribadi
dirinya dan masyarakat yang
ditujukan untuk kepentingan
tersebut dalam hubungannya
dengan Allah Yang Maha
Pencipta sebagai tujuan akhir.
Ahmad D. Marimba
mengatakan bahwa,
“Pendidikan adalah bimbingan
secara sadar oleh si pendidik
terhadap si terdidik dalam hal
perkembangan jasmani dan
rohani menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
Dalam tujuan Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa
pendidikan ditujukan untuk
menghasilkan manusia yang
berkualitas yang
dideskripsikan dengan jelas
dalam UU No. 2 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) dan Garis-garis
Besar Haluan Negara (GBHN)
1993, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh,
cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, beretos kerja,
profesional, bertanggung
jawab, dan produktif serta
sehat jasmani dan rohani,
berjiwa patriotik, cinta tanah
air, mempunyai semangat
kebangsaan, kesetiakawanan
sosial, kesadaran pada sejarah
bangsa, menghargai jasa
pahlawan, dan berorientasi
pada masa depan.
Pendidikan tidak hanya untuk
kepentingan individu atau
pribadi, tetapi juga untuk
kepentingan masyarakat. Hal
ini sesuai dengan tujuan
pendidikan yang tercantum
dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN)
dan Peraturan Pemerintah
(PP) No. 29 Tahun 1990. Selain
pendidikan dipusatkan untuk
membina kepribadian
manusia, pendidikan juga
diperuntukkan guna
pembinaan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan Pendidikan
Pendidikan dalam arti umum
mencakup segala usaha dan
perbuatan dari generasi tua
untuk mengalihkan
pengalamannya,
pengetahuannya,
kecakapannya serta
keterampilannya kepada
generasi muda untuk
memungkinkannya melakukan
fungsi hidupnya dalam
pergaulan bersama dengan
sebaik-baiknya.
Filsafat dalam pendidikan
(filsafat pendidikan)
digunakan untuk memecahkan
problem hidup dan kehidupan
manusia sepanjang
perkembangannya dan
digunakan untuk memecahkan
problematika pendidikan masa
kini.
Beberapa masalah pendidikan
yang memerlukan filsafat,
yaitu :
1. Masalah pertama dan yang
mendasar ialah tentang
hakikat pendidikan.
Mengapa pendidikan itu harus
ada pada manusia. Adalah
merupakan hakikat hidup dan
kehidupan.
Apakah hakikat manusia itu
dan bagaimana hubungan
antara pendidikan dengan
hidup dan kehidupan manusia?
2. Apakah pendidikan itu
berguna untuk membina
kepribadian manusia?
Apakah potensi hereditas yang
menentukan kepribadian
manusia?
Apakah ada faktor yang dari
luar dan lingkungan, tetapi
tidak berkembang dengan
baik?
3. Apakah sebenarnya tujuan
pendidikan itu?
Apakah pendidikan itu untuk
individu atau untuk
kepentingan masyarakat?
Apakah pembinaan itu untuk
dan demi kehidupan riil dan
material di dunia ataukah
untuk kehidupan di akhirat
kelak?
4. Siapakah hakikatnya yang
bertanggung jawab atas
pendidikan?
Bagaimana hubungan
tanggung jawab antara
keluarga, masyarakat, dan
sekolah terhadap pendidikan?
5. Apakah hakikat kepribadian
manusia itu?
Manakah yang lebih untuk
dididik; akal, perasaan, atau
kemauannya, pendidikan
jasmani atau mentalnya,
pendidikan skill ataukah
intelektualnya atau
kesemuanya itu?
6. Apakah hakikat masyarakat
dan bagaimana kedudukan
individu dalam masyarakat?
Apakah individu itu
independen, ataukah
dependen dalam masyarakat?
7. Apakah isi kurikulum yang
relevan dengan pendidikan
yang ideal?
Apakah kurikulum itu
mengutamakan pembinaan
kepribadian?
8. Bagaimana metoda
pendidikan yang efektif untuk
mencapai tujuan pendidikan
yang ideal?
Bagaimana kepemimpinannya
dan pengaturan aspek-aspek
sosial paedagogis lainnya?
9. Bagaimana asas
penyelenggaraan pendidikan
yang baik, apakah sentralisasi,
desentralisasi, ataukah
otonomi, apakah oleh Negara,
ataukah swasta?
Permasalahan-permasalahan
tersebut dapat dijawab
dengan analisa filsafat
sebagai berikut :
1. Pendidikan mutlak harus
ada pada manusia, karena
pendidikan merupakan
hakikat hidup dan kehidupan.
Manusia pada hakikatnya
adalah makhluk Allah yang
dibekali dengan berbagai
kelebihan, di antaranya
kemampuan berfikir,
kemampuan berperasaan,
kemampuan mencari
kebenaran, dan kemampuan
lainnya. Kemampuan-
kemampuan tersebut tidak
akan berkembang apabila
manusia tidak mendapatkan
pendidikan. Allah SWT dengan
jelas memerintahkan kita
untuk “IQRO” dalam surat Al-
Alaq yang merupakan
kalamullah pertama pada
Rosulullah SAW. Iqro di sini
tidak bisa diartikan secara
sempit sebagai “bacalah”,
tetapi dalam arti luas agar
manusia menggunakan dan
mengembangkan kemampuan-
kemampuan yang telah Allah
SWT berikan sebagai khalifah
fil ardl. Sehingga pendidikan
merupakan sarana untuk
melaksanakan dan
perwujudan tugas manusia
sebagai utusan Allah di bumi
ini.
Pendidikan adalah proses
penyesuian diri secara timbal
balik antara manusia dengan
alam, dengan sesama manusia
atau juga pengembangan dan
penyempurnaan secara
teratur dari semua potensi
moral, intelektual, dan
jasmaniah manusia oleh dan
untuk kepentingan pribadi
dirinya dan masyarakat yang
ditujukan untuk kepentingan
tersebut dalam hubungannya
dengan Sang Maha Pencipta
sebagai tujuan akhir.
2. Pendidikan berguna untuk
membina kepribadian
manusia. Dengan pendidikan
maka terbentuklah pribadi
yang baik sehingga di dalam
pergaulan dengan manusia
lain, individu dapat hidup
dengan tenang. Pendidikan
membantu agar tiap individu
mampu menjadi anggota
kesatuan sosial manusia tanpa
kehilangan pribadinya masing-
masing. Sejak dahulu,
disepakati bahwa dalam
pribadi individu tumbuh atas
dua kekuatan yaitu : kekuatan
dari dalam (kemampuan-
kemampuan dasar), Ki Hajar
Dewantara menyebutnya
dengan istilah “faktor dasar”
dan kekuatan dari luar (faktor
lingkungan), Ki Hajar
Dewantara menyebutnya
dengan istilah “faktor ajar”.
Teori konvergensi yang
berpendapat bahwa
kemampuan dasar dan faktor
dari luar saling memberi
pengaruh, kedua kekuatan itu
sebenarnya berpadu menjadi
satu. Si pribadi terpengaruh
lingkungan, dan lingkungan
pun diubah oleh si pribadi.
Faktor-faktor intern (dari
dalam) berkembang dan hasil
perkembangannya digunakan
untuk mengembangkan
pribadi di lingkungan. Factor
dari luar dan lingkungan
kadang tidak berkembang
dengan baik, misalnya ketika
pribadi terpengaruh oleh hal-
hal negatif yang timbul dari
luar dirinya.
3. Pendidikan adalah proses
penyesuian diri secara timbal
balik antara manusia dengan
alam, dengan sesama manusia
atau juga pengembangan dan
penyempurnaan secara
teratur dari semua potensi
moral, intelektual, dan
jasmaniah manusia oleh dan
untuk kepentingan pribadi
dirinya dan masyarakat yang
ditujukan untuk kepentingan
tersebut dalam hubungannya
dengan Sang Maha Pencipta
sebagai tujuan akhir.
Secara sederhana Ahmad D.
Marimba mengatakan bahwa,
“Pendidikan adalah bimbingan
secara sadar oleh si pendidik
terhadap si terdidik dalam hal
perkembangan jasmani dan
rohani menuju terbentuknya
kepribadian yang
utama.Tujuan Pendidikan
Nasional adalah menghasilkan
manusia yang berkualitas
yang dideskripsikan dengan
jelas dalam UU No 2 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
dan GBHN 1993, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri,
maju, tangguh, cerdas,
kreatif, terampil, berdisiplin,
beretos kerja, profesional,
bertanggung jawab, dan
produktif serta sehat jasmani
dan rohani, berjiwa patriotik,
cinta tanah air, mempunyai
semangat kebangsaan,
kesetiakawanan sosial,
kesadaran pada sejarah
bangsa, menghargai jasa
pahlawan, dan berorientasi
pada masa depan.
Pendidikan tidak hanya untuk
kepentingan individu atau
pribadi, tetapi juga untuk
kepentingan masyarakat. Hal
ini sesuai dengan tujuan
pendidikan yang tercantum
dalam UUSPN dan PP No 29
Tahun 1990. selain pendidikan
dipusatkan untuk membina
kepribadian manusia,
pendidikan juga diperuntukkan
guna pembinaan masyarakat.
Berikut adalah
penjelasannya :
a. Pengembangan kehidupan
sebagai pribadi sekurang-
kurangnya mencakup upaya
untuk: 1) memperkuat dasar
keimanan dan ketakwaan, 2)
membiasakan untuk
berprilaku yang baik, 3)
memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar, 4)
memelihara kesehatan
jasmani dan rohani, 5)
memberikan kemampuan
untuk belajar, dan
membentuk kepribadian yang
mantap dan mandiri.
b. Pengembangan kehidupan
sebagai anggota
masyarakat :1) memperkuat
kesadaran hidup beragama
dalam masyarakat, 2)
menumbuhkan rasa tanggung
jawab dalam lingkungan
hidup, 3) memberikan
pengetahuan dan
keterampilan dasar yang
diperlukan untuk berperan
serta dalam kehidupan
bermasyarakat.
c. Pengembangan kehidupan
sebagai warga Negara
mencakup upaya untuk : 1)
mengembangkan perhatian
dan pengetahuan hak dan
kewajiban sebagai warga
Negara RI, 2) menanamkan
rasa ikut bertanggung jawab
terhadap kemajuan bangsa
dan Negara, 3) memberikan
pengetahuan dan
keterampilan dasar yang
diperlukan untuk berperan
serta dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
d. Pengembangan kehidupan
sebagai umat manusia
mencakup upaya untuk : 1)
meningkatkan harga diri
sebagai bangsa yang merdeka
dan berdaulat, 2)
meningkatkan kesadaran
tentang HAM, 3) memberikan
pengertian tentang ketertiban
dunia, 4) meningkatkan
kesadaran tentang pentingnya
persahabatan antar bangsa, 5)
mempersiapkan peserta didik
untuk menguasai isi
kurikulum.
Pembinaan tersebut pada
dasarnya dipersiapkan untuk
kehidupan riil dan material di
dunia serta kehidupan di
akhirat kelak.
4. Pada hakikatnya pendidikan
menjadi tanggung jawab
bersama, yakni keluarga,
masyarakat, dan sekolah/
lembaga pendidikan. Keluarga
sebagai lembaga pertama dan
utama pendidikan,
masyarakat sebagai tempat
berkembangnya pendidikan,
dan sekolah sebagai lembaga
formal dalam pendidikan.
Pendidikan keluarga sebagai
peletak dasar pembentukan
kepribadian anak. Keluarga
yang menghadirkan anak ke
dunia, secara kodrat bertugas
mendidik anak. Kebiasaan-
kebiasaan yang ada di
keluarga akan sangat
membekas dalam diri individu
setelah individu makin tumbuh
berkembang. Selanjutnya
pengaruh dari sekolah dan
masyarakat yang akan
tertanam dalam diri anak.
5. Kata kepribadian berasal
dari kata personality (bahasa
Inggris) yang berasal dari kata
persona (bahasa Latin yang
berarti kedok/ topeng) yang
maksudnya menggambarkan
perilaku, watak/ pribadi
seseorang. Hal itu dilakukan
oleh karena terdapat ciri-ciri
yang khas yang dimiliki oleh
seseorang tersebut baik
dalam arti kepribadian yang
baik ataupun yang kurang
baik.
Kepribadian adalah suatu
totalitas psikophisis yang
kompleks dari individu
sehingga nampak di dalam
tingkah lakunya yang unik.
Hal-hal yang ada pada diri
individu atau pribadi manusia
pada dasarnya harus
mendapatkan pendidikan,
yakni akal, perasaan,
kemauan, pendidikan jasmani
atau mental, kemampuan
atau keterampilan, serta
intelektualnya. Semua hal
tersebut dididik guna
mencapai kepribadian yang
baik.
6. Masyarakat merupakan
tempat kedua bagi individu
dalam berinteraksi. Karena
keluarga terdapat dan
berkumpul dalam suatu
masyarakat. Secara sadar
atau tidak keadaan
masyarakat cukup memberi
pengaruh kepada kepribadian
seseorang. Kedudukan
individu dalam masyarakat
merupakan kondisi atau
situasi yang tidak dapat
dihindari karena individu juga
merupakan makhluk social
yang pasti membutuhkan
manusia lain dalam hidupnya.
Artinya, individu itu dependen
dalam masyarakat.
7. Kurikulum yang relevan
dengan pendidikan yang ideal
adalah kurikulum yang sesuai
dengan perkembangan dan
tuntutan jaman. Kurikulum
menekankan pada aspek
kognitif, afektif, dan
pertumbuhan yang normal.
Pembinaan kepribadian
merupakan kajian utama
kurikulum. Materi program
berupa kegiatan yang
dirancang untuk
meningkatkan self-esteem,
motivasi berprestasi,
kemampuan pemecahan
masalah perumusan tujuan,
perencanaan, efektifitas,
hubungan antar pribadi,
keterampilan berkomunikasi,
keefektifan lintas budaya, dan
perilaku yang bertanggung
jawab.
8. Metode pendidikan sangat
berpengaruh terhadap
tercapainya tujuan pendidikan
yang ideal. Metode yang tepat
jika mengandung nilai-nilai
intrinsik dan ekstrinsik yang
sejalan dengan mata
pelajaran dan secara
fungsional dapat dipakai untuk
merealisasikan nilai-nilai ideal
yang terkandung dalam tujuan
pendidikan Islam. Guru
sebagai pendidik mempunyai
tanggung jawab untuk
memilih, menggunakan dan
memberikan metode yang
efektif dalam mencapai tujuan
pendidikan yang tercantum
dalam kurikulum.
Kepemimpinan dan
pengaturan aspek-aspek
paedagogis harus dilakukan
para pelaku pendidikan guna
memperlancar proses
tercapainya tujuan pendidikan
yang ideal.
9. Pengertian-pengertian :
a. Sentralisasi, yaitu
wewenang mengenai segala
hal yang berkaitan dengan
pemerintahan diatur oleh
pemerintah pusat.
b. Desentralisasi, yaitu
penyerahan wewenang
pemerintahan dan pemerintah
kepada daerah otonom dalam
kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
c. Otonomi Daerah, yaitu
kewenangan daerah otonom
untuk mengatur dan
mengurus kepentingan
masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan.
Berdasarkan pengamatan
penyusun, asas
penyelenggaraan pendidikan
yang baik yaitu dengan
otonomi, yakni segala sesuatu
yang berhubungan dengan
terselenggaranya proses
pendidikan diatur dan
dilaksanakan oleh daerah
otonom berdasarkan
kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa
dan aspirasi masyarakat,
sehingga kelak para pelaku
pendidikan mampu
mengembangkan segala
kompetensi di daerah tempat
mereka hidup.
BAB III
PENUTUP
Pendidikan adalah proses
penyesuian diri secara timbal
balik antara manusia dengan
alam, dengan sesama manusia
atau juga pengembangan dan
penyempurnaan secara
teratur dari semua potensi
moral, intelektual, dan
jasmaniah manusia oleh dan
untuk kepentingan pribadi
dirinya dan masyarakat yang
ditujukan untuk kepentingan
tersebut dalam hubungannya
dengan Sang Maha Pencipta
sebagai tujuan akhir.
Pendidikan mutlak harus ada
pada manusia, karena
pendidikan merupakan
hakikat hidup dan kehidupan.
Pendidikan berguna untuk
membina kepribadian
manusia. Dengan pendidikan
maka terbentuklah pribadi
yang baik sehingga di dalam
pergaulan dengan manusia
lain, individu dapat hidup
dengan tenang. Pendidikan
membantu agar tiap individu
mampu menjadi anggota
kesatuan sosial manusia tanpa
kehilangan pribadinya masing-
masing.
Pada hakikatnya pendidikan
menjadi tanggung jawab
bersama, yakni keluarga,
masyarakat, dan sekolah/
lembaga pendidikan. Keluarga
sebagai lembaga pertama dan
utama pendidikan,
masyarakat sebagai tempat
berkembangnya pendidikan,
dan sekolah sebagai lembaga
formal dalam pendidikan.
Pendidikan keluarga sebagai
peletak dasar pembentukan
kepribadian anak.
DAFTAR PUSTAKA
Marimba, Ahmad D.,
Pengantar Filsafat Pendidikan.
Cet .IV. Bandung, Al-Maarief,
1980.
Agus Sujanto, Halem Lubis,
Taufik Hadi. Psikologi
Kepribadian. PT Bumi Aksara.
Jakarta, 2004.
I.M. Thoyib, Sugiyanto. Islam
dan Pranata Sosial
Kemasyarakatan. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung, 2002.
Drs.H.Hamdani Ihsan dan
Drs.H.A.Fuad Ihsan. Filsafat
Pendidikan Islam. Pustaka
Setia. Bandung.
Furqon,Ph.D . Konsep dan
Aplikasi Bimbingan Konseling
di Sekolah Dasar. Pustaka
Bani Quraisy. Bandung, 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar