Sabtu, 29 Agustus 2009

MAKALAH AGAMA ISLAMTENTANG PENDIDIKANAGAMA DI LINGKUNGANKELUARGA

MUQODIMAH
Pada kesempatan ini penulis
mencoba membahas tentang
pendidikan agama di
lingkungan keluarga dengan
mengacu dan berorientasi
kepada firman Allah SWT
dalam Al-Qur'an surat Al-
Luqman ayat 12 s/d 19.
Nasihat Luqman kepada anak-
anaknya:
ْدَقَلَو َنمْقُلاَنْيَتا
َةَمِْكَحلا ِهللِْرُكْشاِنَا
ْنَمَو
هِسْفَنِلْرُكْشَياَمَّنِاَفْرُكْشَي
ْنَمَو َرَفَك َّنِاَف َهللا
ٌيِنَغ ٌدْيِمَح. )12(. ْذِاَو َلاَق
ُنمْقُل هِنْبِال َوُهَو هُظِعَي
َّيَنُبي ْكِرْشُتَال ِهللاِب
َّنِا َكْرِّشلا ٌمْلُظَل ٌمْيِظَع.
)13(. َناَسْنِالْااَنْيَّصَوَو
ِهْيَدِلاَوِب ُهْتَلَمَح هُّمُا
ىلَعاًنْهَو ٍنْهَو هُلصِفَّو
ْيِف ِنْيَماَع ِنَا ْرُكْشا ْيِل
َكْيَدِلاَوِلَو َيَلِا
ُرْيِصَملْا. )14(. ْنِاَو َكدَهاَج
ىلَع ْنَا َكِرْشُت ْيِب
َسْيَلاَم َكَل هِب ًملِع
اَيْنُذلاىِفاَمُهْبِحاَصَواَمُهْعِطُتَالَف
ْعِبَّتَّواًفْوُرْعَم َلْيِبَس
ْنَم َباَنَا َّيَلِا َّمُث َّيَلِا
ْمُكُعِجْرَم ْمُكُئِبَنُاَف
ْمُتْنُكاَمِب نْوُلَمْعَت. )15(.
َّيَنُبي ْنِااَهَّنِا ُكَت
َلاَفْثِم ٍةَبَح ْنِّم ٍلَدْرَخ
ْنُكَتَف ْيِف ٍةَرْخَص ْوَا
ِتومَّسلاىِف ىِفْوَا ِضْرَالا
ِتْأَي ُهللااَهِب, َّنِا َهللا
ٌرْيِبَخٌفْيِطَل. )16(.
َّيَنُبي ِمِقَا َةولَصلا ُرُمْأَو
ِفُرْعَملْاِب َهْناَو ِنَع
ِرَكْنُملْا ْرِبْضاَو ىلَع
َكَبَصََاآَم, َّنِا َكِلَذ ْنِم
ٍرُمُالْاِمْزَع. )17(. رِعَصُتَالَو
َكَّدَخ ِساَّنلِل ِشْمَتَالَو
ِضْرَالْاىِف واًحَرَم َّنِا َهللا
ُّبِحُيَال َّلُك ٍلاَتْخُم
ٍرْوُخَف. )18(. ْدِصْقاَو ْيِف
َكِيْشَم ْضُضْغاَو ْنِم
َكِتْوَص َّنِا َرَكْنَا
ِتاَوْصَالْا ُتْوَصَل
ِرْيِمَحلْا. )19 ).
Artinya:
“Dan sesungguhnya telah
kami berikan hikmat kepada
Luqman, yaitu: “bersyukurlah
kepada Allah. Dan barang
siapa yang bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya
sendiri; dan barang siapa yang
tidak bersyukur; maka
sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji.” (12).
Dan (ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya. Di
waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku,
janganlah kamu
mempersekutukan Allah,
sesungguhnya
mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar
kedzaliman yang besar.” (13).
Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik)
kepada kedua orang ibu
bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam
keadaan lemah yang
bertambah dan menyapihnya
dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-
Kulah kembalimu.” (14) Dan
jika keduanya untuk
mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu.
Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. Dan
pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-
Ku, kemudian hanya kepada-
Ku-lah kembalimu, maka
Kuberitakan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan.
(15). Luqman (berkata): “Hai
anakku sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi dan berada dalam
batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah
akan mendatangkannya
(membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha
Halus lagi Maha
Mengetahui.” (16). Hai Anakku
dirikanlah sholat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka)
dari perbuatan yang munkar
dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian
itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah). (17).
Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan
di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan
diri. (18). Dan sederhanalah
kamu dalam berjalan dan
lunakanlah suaramu,
sesungguhnya seburuk-buruk
suara adalah suara keledai.
(19).
PENDIDIKAN AGAMA DI
LINGKUNGAN KELUARGA
A.Arti dan pentingnya
pendidikan agama di
lingkungan keluarga
1.Arti Pendidikan Agama di
Lingkungan Keluarga
Pada prinsipnya pendidikan
agama yang dilaksanakan di
lingkungan sekolah,
masyarakat dan keluarga itu
sama saja, hanya sistem
pendidikan dan pengajarannya
yang berbeda, kalau di
lingkungan sekolah
menggunakan sistem
pendidikan persekolahan yang
segalanya serba formal,
sedang di lingkungan
masyarakat dan keluarga
menggunakan sistem
pendidikan yang ada di
lingkungan keluarga dan
masyarakat.
Pendidikan pada umumnya
terbagi pada dua bagian
besar, yakni pendidikan
sekolah dan pendidikan luar
sekolah. Hal ini berdasar
pada: “Maka proses belajar
itu bagi seseorang dapat terus
berlangsung dan tidak
terbatas pada dunia sekolah
saja. Oleh karena itu proses
belajar bagi seseorang itu
menjadi life long process.1
Dengan dasar di atas, maka
arti pendidikan luar sekolah
adalah sebagai berikut:
Pendidikan luar sekolah
adalah setiap kesempatan di
mana terdapat komunikasi
yang teratur dan terarah di
luar sekolah dan seseorang
memperoleh informasi,
pengetahuan, latihan maupun
bimbingan sesuai dengan usia
dan kebutuhan kehidupan,
dengan tujuan
mengembangkan tingkatan
keterampilan, sikap dan nilai-
nilai yang memungkinkan
baginya menjadi peserta-
peserta yang efisien dan
efektif dalam lingkungan
keluarga pekerjaan bahkan
lingkungan masyarakat dan
negaranya.2
Selanjutnya Philips H. Combs,
mengungkapkan bahwa:
Pendidikan luar sekolah
adalah setiap kegiatan
pendidikan yang terorganisir
yang diselenggarakan di luar
sistem formil. baik tersendiri
maupun merupakan bagian
dari suatu kegiatan yang luas,
yang dimaksudkan untuk
memberikan layanan kepada
sasaran didik tertentu dalam
rangka mencapai tujuan-
tujuan belajar.3
Untuk memperoleh pengertian
yang jelas tentang pendidikan
agama yang dilakukan di
lingkungan keluarga maka
akan penulis kemukakan
pendapat; Drs. H. M. Arifin
M.Ed sebagai berikut:
Bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan hukum-hukum
agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-
ukuran Islam. Dalam uraian
selanjutnya kepribadian yang
memiliki nilai-nilai agama
Islam, memilih dan
memutuskan serta berbuat
berdasarkan nilai-nilai Islam,
dan bertanggung jawab sesuai
dengan nilai-nilai Islam.4
Dengan memperhatikan
serangkaian pendapat-
pendapat tentang pendidikan
luar sekolah dan pendidikan
Agama Islam dapat ditarik
kesimpulan tentang
pendidikan Agama Islam di
lingkungan keluarga sebagai
berikut; interaksi yang teratur
dan diarahkan untuk
membimbing jasmani dan
rohani anak dengan ajaran
Islam, yang berlangsung di
lingkungan keluarga.
Dalam pelaksanaannya, maka
proses pendidikan Agama
Islam di lingkungan keluarga
berlangsung antara orang-
orang dewasa yang
bertanggung jawab atas
terselenggaranya pendidikan
agama, dan anak-anak
sebagai sasaran
pendidikannya.
Sedang ibu dalam kaitannya
dengan pendidikan agama di
lingkungan keluarga, maka
kedudukannya sebagai
pendidik yang utama dan
pertama, dalam
kedudukannya sebagai
pendidik, maka seorang ibu
tidak cukup hanya memanggil
seorang guru agama dari luar
untuk mendidik anaknya di
rumah, dan bukan dalam
pengertian yang demikianlah
yang dimaksud dengan
pendidikan agama di
lingkungan keluarga. Akan
tetapi lebih ditekankan
adanya bimbingan yang
terarah dan berkelanjutan
dari orang-orang dewasa yang
bertanggung jawab di
lingkungan keluarga untuk
membimbing anak.
Bimbingan yang dimaksud bisa
dalam berbagai bentuk dan
interaksi kehidupan sehari-
hari antara anak dengan
orang dewasa, hanya interaksi
tersebut selalu dilandasi
dengan interaksi edukatif ke
arah pendidikan agama,
bahkan kalau mungkin
berusaha menciptakan
suasana kehidupan beragama
di lingkungan keluarga
Sekali lagi bahwa yang
dimaksud dengan pendidikan
agama Islam di lingkungan
keluarga itu merupakan
pemberian sejumlah
pengetahuan keagamaan
dengan berbagai teori
keagamaan, akan lebih
ditekankan pada praktek
hidup sehari-hari di lingkungan
keluarga itu dilandasi dengan
ajaran agama, sehingga
hasilnya pendidikan agama itu
sendiri akan betul-betul
melekat dalam pribadi anak.
2.Pentingnya Pendidikan
Agama di Lingkungan
keluarga
Untuk memperoleh jawaban
apakah penting pendidikan
agama di lingkungan
keluarga? Dan dalam hal
apakah pentingnya pendidikan
agama di lingkungan
keluarga?
Untuk menjawabnya, maka
akan penulis kutip pendapat
Umar Hasyim berikut ini:
….. Sejak kecil anak-anak
seharusnya telah menerima
didikan agama. Sejak anak
dalam kandungan, setelah
lahir hingga dewasa, masih
perlu kita bimbing. Dan
menurut hasil penelitian ilmu
pengetahuan modern
mengatakan bahwa yang
dominan membentuk jiwa
manusia adalah lingkungan,
dan lingkungan pertama yang
dialami oleh sang anak adalah
asuhan Ibu dan ayah.
Disinilah pula pentingnya
mengapa mendidik anak
dimulai sejak dini, karena
perkembangan jiwa anak
telah mulai sejak kecil, sesuai
dengan fitrahnya. Dengan
demikian maka fitrah manusia
itu kita salurkan, kita bimbing
dan kita juruskan kepada jalan
yang seharusnya sesuai
dengan arahnya.5
Dan pendapat Drs. Noor
Syam, berikut ini:
Kelahiran dan kehadiran
seorang anak dalam keluarga
secara ilmiah memberikan
adanya tanggung jawab dari
pihak orang tua. Tanggung
jawab ini didasarkan atas
motivasi cinta kasih, yang
pada hakekatnya juga dijiwai
oleh tanggung jawab moral.
Secara sadar orang tua
mengemban kewajiban untuk
memelihara dan membina
anaknya sampai ia mampu
berdikari sendiri (dewasa)
baik secara fisik, sosial,
ekonomi maupun moral.
Sedikitnya orang tua
meletakan dasar-dasar untuk
mandiri itu.6
Selanjutnya ia mengatakan
bahwa:
Dorongan / motivasi kewajiban
moral, sebagai konsekwensi
kedudukan orang tua
terhadap keturunannya.
Tanggung jawab moral ini
meliputi nilai-nilai religius
spiritual yang dijiwai
Ketuhanan Yang Maha Esa
dan agama masing-masing, di
samping didorong oleh
kesadaran memelihara
martabat dan kehormatan
keluarga.7
Dalam kutipan yang pertama
di atas dikemukakan bahwa
lingkungan keluarga itu amat
dominan dalam memberikan
pengaruh-pengaruh
keagamaan terhadap anak-
anak, sehingga dapat
dikatakan bahwa lingkungan
keluarga dalam kaitannya
dengan pendidikan agama
sangat menentukan baik
keberhasilannya. Sehingga
amat disayangkan kalau
kesempatan yang baik dari
lingkungan pertama yaitu
keluarga itu disia-siakan atau
dilalui anak tanpa pendidikan
agama dari pihak ibu dan
bapak serta orang-orang yang
bertanggung jawab di
sekitarnya.
Dalam kutipan selanjutnya,
yaitu dari Drs. Noor Syam di
sana ditekankan bahwa
pentingnya pendidikan orang
tua terhadap anak di
lingkungan keluarga itu
karena didorong oleh
beberapa kewajiban,
kewajiban moral, kewajiban
sosial dan oleh dorongan cinta
kasih dari seseorang terhadap
keturunannya.
Dalam hubungannya dengan
kelanjutan pendidikan atau
kehidupan anak di masa
mendatang, maka pendidikan
di lingkungan keluarga,
termasuk di dalamnya
pendidikan agama, hal itu
merupakan sebagai tindakan
pemberian bekal-bekal
kemampuan dari orang tua
terhadap anak-anaknya,
dalam menghadapi masa-
masa yang akan dilaluinya.
Dalam hubungannya dengan
pendidikan di sekolah maka
sebagai persiapan untuk
mengikuti pendidikan atau
sebagai pelengkap dari
pendidikan yang berlangsung
di bangku sekolah. Dan dalam
hubungannya dengan
kehidupan bermasyarakat,
maka sebagai upaya untuk
mempersiapkan diri agar anak
dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
B.Dasar Pelaksanaan
Pendidikan Agama di
Lingkungan Keluarga
Secara sepintas pembahasan
tentang dasar pelaksanaan
pendidikan agama di
lingkungan keluarga ini telah
disebutkan di atas, yaitu atas
dasar cinta kasih seseorang
terhadap darah dagingnya
(anak), atas dasar dorongan
sosial dan atas dasar
dorongan moral.
Akan tetapi dorongan yang
lebih mendasar lagi tentang
pendidikan agama di
lingkungan keluarga ini bagi
umat Islam khususnya adalah
karena dorongan syara
(ajaran Islam), yang
mewajibkan bagi orang tua
untuk mendidik anak-anak
mereka, lebih-lebih
pendidikan agama.
Sebagaimana firman Allah
dalam surat At Tahrim, ayat
enam sebagai berikut:
َنْيِذّلااَهُّيأَي اْوُنَمأ
ْمُكَسُفْنَأاْوُق ْمُكْيِلْهَأَو
ُساَّنلااَهُدوُقَّواًراَن
ُةَراَجِحلْاَو ٌةَكِئلَماَهْيَلَع
َالِغ َّالٌداَدِشاٌذ َنْوُصْعَي
َهللا ْمُهَرَمَأآَم َنْوُلَعْفَيَو
َنُرَمْؤُياَم
Artinya:
“Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu,
penjaganya Malaikat-Malaikat
yang keras dan tidak
mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkannya
kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang
diperintahkannya.8
Juga surat An-Nisa, ayat 9
berikut ini:
َسْخَيَو َنْيِذَّلا
ْنِماْوُكَرَتْوَل ْمِهِفْلَخ
ًةَّيِّرُد اوُفاَخاًفاَعِض
ْمِهْيَلَع َهللاْوُقَّتَيْلَف
ًالْوَقاْوُلْوُقَيلْاَو اًدْيِدَش .
Artinya:
“Dan hendaklah mereka takut
kepada Allah, orang-orang
yang seandainya
meninggalkan mereka
keturunan yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap
kesejahteraan mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka
bertaqwa kepada Allah dan
hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang
benar.”9
Dan hadits Rasulullah saw,
sebagai berikut:
ْنِماَم ٍدْوُلْوَم َّالِإ ُدَلْوُي
ىلَع ِةَرْطِفلْا ُهاَوَبَأَف
ِهِناَدِّوَهُي ِهِناَرِّصَنُيْوَأ
ِهِناَّسِجَمُيْوَأ.
Artinya:
“Dari Abu Huraerah
radhiallahu anha,
sesungguhnya Rasulullah saw,
bersabda: “Tiada seorang
anak pun dilahirkan,
melainkan dilahirkan dalam
atas dasar fitrah, maka kedua
orang tuanyalah yang
menjadikan ia Yahudi,
Nasrani, atau Majusi.” (Hadits
Riwayat Bukhory).10
Dari ayat-ayat di atas, yang
diikuti oleh sabda Rasulullah
saw, memberikan isyarat
bahwa ibu dan bapak
mempunyai kewajiban untuk
mendidik anak-anak mereka
baik dalam kaitannya dengan
proses belajar-mengajar yang
sedang dialaminya di
lingkungan sekolah maupun
dalam upaya memberikan
kesiapan untuk menghadapi
pendidikan di sekolah atau
sebagai upaya sosialisasi
terhadap anak-anak, sehingga
masyarakat yang berguna dan
mampu menyesuaikan diri.
Selain hal-hal yang telah
disebutkan di atas, yang dapat
mendorong orang tua agar
mendidik anak-anak di
lingkungan keluarga, ada lagi
satu hal yang perlu
diperhatikan yaitu; mengingat
kondisi anak itu sendiri, baik
secara fisik maupun mental ia
mutlak memberikan
bimbingan dan pengembangan
ke arah yang positif. Kalau
tidak maka dikhawatirkan
fitrah yang tersimpan, yang
merupakan benih-benih
bawaan itu akan terlantar
atau akan menyimpang.
Perlu diingat bahwa pada diri
anak itu terdapat
kecenderungan-
kecenderungan ke arah yang
baik, akan tetapi dilengkapi
dengan kecenderungan ke
arah yang jahat. Maka tugas
pendidik dalam hubungan ini
adalah menghidup-suburkan
kecenderungan ke arah yang
baik. Dan menjinakan
kecenderungan ke arah yang
jahat.
Drs. H. M. Arifin, E. Ed.
Mengatakan bahwa:
Suatu pengaruh pendidikan
yang paling pundamental dan
fungsional dalam pribadi,
bilamana pengaruh tersebut
ditanamkan dalam pribadi
anak yang masih berada pada
awal perkembangannya.
Pengaruh tersebut akan
menjadi benih utama yang
dapat berpengaruh dalam
perkembangannya lebih
lanjut. Oleh karena itu benih-
benih potensial yang mampu
mendorong anak untuk
mengembangkan pribadinya
dalam alternatif pemilihan
lapangan hidup manusia di
masa dewasanya sesuai bakat
dan kemampuan11
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dasar
pelaksanaan pendidikan
agama di lingkungan keluarga
adalah karena didorong oleh
beberapa hal yaitu:
1.Karena dorongan cinta kasih
terhadap keturunan
2.Karena dorongan atau
tanggung jawab sosial
3.Karena dorongan moral
4.Karena dorongan kewajiban
agamis
Dan dorongan agama inilah
yang membuat kedudukan
orang tua lebih besar
tanggung jawabnya dalam
pendidikan karena dorongan
kewajiban ini langsung
diperintahkan Allah.
KESIMPULAN DAN SARAN-
SARAN
Dalam hal ini penulis
menyimpulkan bahwa
pendidikan di lingkungan
keluarga itu penting sekali
artinya dengan berorientasi
kepada firman Allah SWT
dalam surat Al Luqman ayat
12 s/d 19, sebab pendidikan di
lingkungan keluarga itu
adalah pendidikan pertama
dan yang utama, bisa
memberi warna dan corak
kepribadian anak seandainya
orang tua tidak
menyempatkan diri untuk
mendidik anak-anaknya di
keluarga sehingga terabai
begitu saja karena kesibukan
orang tua. Maka hal ini akan
membawa pengaruh yang
tidak baik terhadap
perkembangan dan pendidikan
anak
Demikianlah makalah ini
penulis akhiri mudah-mudahan
bermanfaat khususnya bagi
penulis dan pembaca kritik
dan saran yang membangun
yang sangat diharapkan
penulis dari semua pihak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar