Kamis, 13 Agustus 2009

PENERAPAN PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE BERCERITABERPASANGAN PADA MATAPELAJARAN BAHASAINDONESIA DI KELAS VISEKOLAH DASAR

Ringkasan:
Dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tidak
dapat dipungkiri bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe
bercerita berpasangan yang
dikembangkan dan diterapkan
oleh guru di sekolah dasar
sangat berpengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar
siswa.
Kegiatan pembelajaran yang
masih dilakukan secara
klasikal dengan model yang
banyak diwarnai dengan
ceramah dan bersifat guru
sentris menyebabkan siswa
kurang aktif terlibat dalam
kegiatan pembelajaran. Selain
itu pembelajaran bahasa
Indonesia pada hakekatnya
adalah belajar untuk
meningkatkan kemampuan
siswa dalam berkomunikasi
secara lisan dan tertulis
dengan menggunakan bahasa
Indonesia di segala fungsinya.
Berdasarkan uraian di atas
maka kiranya perlu
diterapkan suatu metode
belajar yang menjadikan siswa
aktif dan menyenangkan
sehingga prestasi belajarnya
meningkat maka dari itu
diadakan penelitian tentang
bagaimana proses belajar
mengajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia dengan
penerapan pembelajaran
kooperatif tipe bercerita
berpasangan dan apakah
melalui pembelajaran
tersebut dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas VI
sekolah dasar.
Metode yang digunakan
adalah metode analisis
deskriptif yaitu metode yang
tidak menguji hipotesis
melainkan hanya
mendeskripsikan informasi
apa adanya sesuai dengan
variabel-variabel yang diteliti.
Dari hasil analisis data dapat
disimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif tipe
bercerita berpasangan dalam
pembelajaran Bahasa
Indonesia ternyata dapat
meningkatkan prestasi belajar
anak.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan
atau latihan bagi peranannya
di masa yang akan datang.
Pada hakekatnya
pembelajaran bahasa,
khususnya bahasa Indonesia
yaitu belajar berkomunikasi
dalam upaya meningkatkan
kemampuan siswa untuk
berkomunikasi secara lisan
dan tertulis serta untuk
mengembangkan kemampuan
menggunakan bahasa
Indonesia dalam segala
fungsinya yaitu sebagai sarana
berpikir atau bernalar.
Di lembaga pendidikan yang
bersifat formal seperti
sekolah, keberhasilan
pendidikan dapat dilihat dari
hasil belajar siswa dalam
prestasi belajarnya. Kualitas
dan keberhasilan belajar siswa
sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan ketepatan
guru memilih dan
menggunakan metode
pengajaran.
Kenyataan di lapangan,
khususnya dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia,
kegiatan pembelajarannya
masih dilakukan secara
klasikal. Pembelajaran lebih
ditekankan pada model yang
banyak diwarnai dengan
ceramah dan bersifat guru
sentris. Hal ini mengakibatkan
siswa kurang terlibat dalam
kegiatan pembelajaran.
Kegiatan siswa hanya duduk,
diam, dengar, catat dan hafal.
Kegiatan ini mengakibatkan
siswa kurang ikut
berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran yang cenderung
menjadikan mereka cepat
bosan dan malas belajar.
Melihat kondisi demikian,
maka perlu adanya alternatif
pembelajaran yang
berorientasi pada bagaimana
siswa belajar menemukan
sendiri informasi,
menghubungkan topik yang
sudah dipelajari dan yang
akan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari, serta
dapat berinteraksi multi arah
baik bersama guru maupun
selama siswa dalam suasana
yang menyenangkan dan
bersahabat. Salah satu
alternatif yang dapat
digunakan sebagaimana yang
disarankan para ahli
pendidikan adalah
pembelajaran kooperatif tipe
bercerita berpasangan.
Pembelajaran kooperatif
merupakan sistem
pembelajaran yang
memberikan kesempatan
pada anak untuk bekerja
sama dengan tugas-tugas
terstruktur (Lie, 1999:12).
Melalui pembelajaran ini siswa
bersama kelompok secara
gotong royong maksudnya
setiap anggota kelompok
saling membantu antara
teman yang satu dengan
teman yang lain dalam
kelompok tersebut sehingga di
dalam kerja sama tersebut
yang cepat harus membantu
yang lemah, oleh karena itu
setiap anggota kelompok
penilaian akhir ditentukan
oleh keberhasilan kelompok.
Kegagalan individu adalah
kegagalan kelompok dan
sebaliknya keberhasilan siswa
individual adalah keberhasilan
kelompok. Sedangkan
bercerita berpasangan
merupakan salah satu tipe
dalam pembelajaran
kooperatif. Yang
membedakan tipe bercerita
berpasangan dengan lainnya
adalah dalam tipe ini guru
memperhatikan skemata atau
latar belakang pengalaman
siswa dan membantu siswa
mengaktifkan skemata ini
agar bahan pelajaran menjadi
lebih bermakna. Dalam
kegiatan ini, siswa dirangsang
untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan
berimajinasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang telah diuraikan di atas
dapat dirumuskan
permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses belajar
mengajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia dengan
penerapan pembelajaran
kooperatif tipe bercerita
berpasangan di kelas VI
Sekolah Dasar?
2. Apakah keuntungan dan
kelemahan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe
bercerita berpasangan pada
mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas VI Sekolah
Dasar?
C. Tujuan Penulisan
Melalui penulisan ini bertujuan
untuk :
1. Mengetahui bagaimana
proses belajar mengajar
Bahasa Indonesia dengan
penerapan pembelajaran
kooperatif tipe bercerita
berpasangan di kelas VI
Sekolah Dasar.
2. Mengetahui keuntungan
dan kelemahan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe
bercerita berpasangan untuk
meningkatkan prestasi belajar
siswa di kelas VI Sekolah
Dasar.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari
hasil penulisan ini adalah :
1. Bagi penulis atau
mahasiswa PGSD, dapat
dijadikan sebagai salah satu
modal pembelajaran yang
nantinya dapat diterapkan
pada saat terjun langsung di
masyarakat.
2. Bagi guru, hasil penelitian
ini dapat dijadikan alternatif
pembelajaran di sekolah guna
meningkatkan prestasi belajar
siswa.
3. Bagi siswa, dapat
memotivasi siswa dalam
beraktifitas atau berpikir
secara optimal dalam metode
kooperatif agar siswa tidak
jenuh dan bosan.
E. Batasan Masalah
Agar dalam pembahasan
penelitian ini tidak
menyimpang dari tujuan yang
telah ditetapkan maka :
1. Penelitian ini hanya
membatasi pada penerapan
pembelajaran kooperatif tipe
bercerita berpasangan.
2. Penelitian ini difokuskan
pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia pokok bahasan
mendengarkan berita.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif
Sistem pembelajaran
kooperatif bisa didefinisikan
sebagai sistem kerja/belajar
kelompok yang terstruktur.
Yang termasuk dalam struktur
ini adalah lima unsur pokok
yaitu saling ketergatungan
positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal,
keahlian bekerja sama dan
proses kelompok. Metode
pembelajaran kooperatif
disebut juga metode
pembelajaran gotong royong.
Ironisnya model pembelajaran
kooperatif belum banyak
diterapkan dalam pendidikan,
walaupun orang Indonesia
sangat membanggakan sifat
gotong royong dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kebanyakan pengajar enggan
menerapkan sistem kerja
sama di dalam kelas karena
beberapa alasan. Alasan yang
utama adalah kekhawatiran
bahwa akan terjadi kekacauan
di kelas dan siswa tidak
belajar jika mereka
ditempatkan dalam grup.
Selain itu, banyak orang
mempunyai kesan negatif
mengenai kegiatan kerja sama
atau belajar dalam kelompok.
Menurut Bannet (1991),
cooperative learning adalah
kerja kelompok, tetapi tidak
semua kerja kelompok
merupakan pembelajaran
kooperatif. Unsur dasar
pembelajaran kooperatif
adalah :
1. Ketergantungan yang positif
2. Akuntabilitas individual
3. Interaksi tatap muka
4. Ketrampilan sosial
5. Prosesing
Roger dan David Johnson
mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa
dianggap pembelajaran
kooperatif. Untuk mencapai
hasil yang maksimal, lima
unsur model pembelajaran
gotong royong harus
diterapkan :
a. Saling ketergantungan
positif
b. Tanggung jawab
perseorangan
c. Tatap muka
d. Komunikasi antar anggota
e. Evaluasi proses kelompok
a. Saling ketergantungan
positif
Keberhasilan kelompok
sangat tergantung pada usaha
setiap anggotanya. Untuk
mencapai kelompok kerja
yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian
rupa, sehingga setiap anggota
kelompok harus
menyelesaikan tugasnya
sendiri agar yang lain bisa
mencapai tujuan mereka.
Penilaian juga dilakukan
dengan cara yang unik. Setiap
siswa mendapat nilainya
sendiri dan nilai kelompok.
Nilai kelompok dibentuk dari
“sumbangan” setiap anggota.
Untuk menjaga keadilan,
setiap anggota
menyumbangkan poin di atas
nilai rata-rata mereka.
Misalnya nilai rata-rata si A
adalah 65 dan kali ini dia
mendapat 72, maka dia akan
menyumbangkan 7 poin untuk
nilai kelompok mereka.
Dengan demikian, setiap siswa
akan bisa mempunyai
kesempatan untuk
memberikan sumbangan.
Beberapa siswa yang kurang
mampu tidak akan merasa
minder terhadap rekan-rekan
mereka karena toh mereka
enggan memberikan
sumbangan. Malahan merasa
terpacu untuk meningkatkan
usaha mereka dan dengan
demikian menaikkan nilai
mereka. Sebaliknya, siswa
yang lebih pandai juga tidak
akan merasa dirugikan karena
rekannya yang kurang mampu
juga telah memberikan bagian
sumbangan mereka.
b. Tanggung jawab
perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian
dibuat menurut prosedur
model pembelajaran
kooperatif, setiap siswa akan
merasa bertanggung jawab
untuk melakukan yang
terbaik. Kunci keberhasilan
metode pembelajaran
kooperatif adalah persiapan
guru dalam penyusunan
tugasnya. Masing-masing
anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung
jawabnya sendiri agar tugas
selanjutnya dalam kelompok
bisa dilaksanakan.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus
diberikan kesempatan untuk
bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini akan
memberikan para pembelajar
untuk membentuk sinergi
yang menguntungkan semua
anggota. Hasil pemikiran
beberapa kepala akan lebih
kaya daripada hasil pemikiran
dari satu kepala saja. Lebih
jauh lagi, hasil kerja sama ini
jauh lebih besar daripada
jumlah hasil masing-masing
kelompok. Para anggota
kelompok perlu diberi
kesempatan untuk saling
mengenal dan menerima satu
sama lain dalam kegiatan
tatap muka dan interaksi
pribadi.
d. Komunikasi antar anggota
Sebelum menugaskan siswa
dalam kelompok, pengajar
perlu mengajarkan cara-cara
berkomunikasi. Keberhasilan
suatu kelompok juga
bergantung pada kesediaan
para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat
mereka.
e. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan
waktu khusus bagi kelompok
untuk mengevaluasi proses
kerja kelompok dan hasil
kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama
dengan lebih efektif. Format
evaluasi bisa bermacam-
macam tergantung pada
tingkat pendidikan siswa.
Tujuan pembelajaran
kooperatif antara lain dapat
meningkatkan prestasi belajar
siswa, meningkatkan motivasi
belajar siswa, menumbuhkan
sikap saling menghormati dan
bekerja sama, menumbuhkan
sikap tanggung jawab,
meningkatkan rasa percaya
diri, dapat belajar
memecahkan masalah dengan
cara yang lebih baik.
Pembelajaran kooperatif
terdapat berbagai teknik/tipe
yang dapat diterapkan antara
lain :
a. Mencari Pasangan (make a
match), dikembangkan oleh
Lorna Curran (1994).
b. Bertukar Pasangan
c. Berpikir – Berpasangan –
Berempat, dikembangkan oleh
Frank Lyman (Think – Pair –
Share) dan Spencer Kagan
Think – Pair – Square).
d. Berkirim Salam dan Soal
e. Kepala Bernomor
(Numbered Heads),
dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1992).
f. Kepala Bernomor
Terstruktur
g. Dua Tinggal Dua Tamu (Two
Stay Two Guests),
dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1992).
h. Keliling Kelas
i. Lingkaran Kecil Lingkaran
Besar
j. Tari Bambu
k. Jigsaw, dikembangkan oleh
Aronsol et al.
l. Bercerita Berpasangan
Menurut Savage (1996:222)
dalam pembelajaran
kooperatif diperlukan
keputusan dari guru untuk
mengambil langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menentukan topik yang
akan digunakan dalam kerja
kelompok.
b. Membuat keputusan
tentang ukuran dan komposisi
kelompok.
c. Menyiapkan segala sesuatu
yang dibutuhkan.
d. Memantau kerja siswa
dalam kelompok.
e. Memberikan saran
penyelesaian masalah yang
cocok.
f. Evaluasi serta memberikan
saran-saran.
Dalam metode pembelajaran
kooperatif siswa juga bisa
belajar dari sesama teman.
Guru lebih berperan sebagai
fasilitator. Tentu saja, ruang
kelas juga perlu ditata
sedemikian rupa, sehingga
menunjang pembelajaran
kooperatif. Tentu saja,
keputusan guru dalam
penataan ruang kelas harus
disesuaikan dengan kondisi
dan situasi ruang kelas dan
sekolah. Beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan
adalah :
a. Ukuran ruang kelas
b. Jumlah siswa
c. Tingkat kedewasaan siswa
d. Toleransi guru dan kelas
sebelah terhadap kegaduhan
dan lalu lalang siswa
e. Toleransi masing-masing
siswa terhadap kegaduhan
dan lalu lalang siswa
f. Pengalaman guru dalam
melaksanakan metode
pembelajaran gotong royong
g. Pengalaman siswa dalam
melaksanakan pembelajaran
gotong royong.
Seperti telah diungkapkan,
tidak semua kerja kelompok
bisa dianggap sama dengan
model pembelajaran
kooperatif. Pengelolaan kelas
model pembelajaran
kooperatif bertujuan untuk
membina pembelajar dalam
mengembangkan niat dan kiat
bekerja sama dan berinteraksi
dengan pembelajar lainnya.
Ada tiga hal penting yang
perlu diperhatikan dalam
pengelolaan kelas model
pembelajaran kooperatif yaitu
pengelompokkan, semangat
kooperatif, dan penetaan
ruang kelas.
B. Pembelajaran Kooperatif
Tipe Bercerita Berpasangan
Teknik mengajar Bercerita
Berpasangan (Paired
Storylelling) dikembangkan
sebagai pendekatan interaktif
antara siswa, pengajar, dan
bahan pelajaran (Lie, 1994).
Teknik ini bisa digunakan
dalam pengajaran membaca,
menulis, mendengarkan,
ataupun bercerita. Teknik ini
menggabungkan kegiatan
membaca, menulis,
mendengarkan dan berbicara.
Bahan pelajaran yang palin
cocok digunakan dalam teknik
ini adalah bahan yang bersifat
naratif dan deskriptif. Namun,
hal ini tidak menutup
kemungkinan dipakainya
bahan-bahan yang lainnya.
Dalam teknik ini, guru
memperhatikan skemata atau
latar belakang pengalaman
siswa dan membantu siswa
mengaktifkan skemata ini
agar bahan pelajaran menjadi
lebih bermakna. Dalam
kegiatan ini, siswa diransang
untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan
kemampuan berimajinasi.
Buah-buah pemikiran mereka
akan dihargai, sehingga siswa
merasa makin terdorong
untuk belajar. Selain itu, siswa
bekerja dengan sesama siswa
dalam suasana gotong royong
dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan
ketrampilan berkomunikasi.
Bercerita berpasangan bisa
digunakan untuk suasana
tingkatan usia anak didik.
Tahap-tahap pembelajaran
kooperatif tipe bercerita
berpasangan antara lain :
1. Pengajar membagi bahan
pelajaran yang akan diberikan
menjadi dua bagian.
2. Sebelum bahan pelajaran
diberikan, pengajar
memberikan pengenalan
mengenai topik yang akan
dibahas dalam bahan
pelajaran untuk hari itu.
Pengajar bisa menuliskan
topik di papan tulis dan
menanyakan apa yang siswa
ketahui mengenai topik
tersebut. Kegiatan
brainstorming ini dimaksudkan
untuk mengaktifkan skemata
siswa agar lebih siap
menghadapi bahan pelajaran
yang baru. Dalam kegiatan ini,
pengajar perlu menekankan
bahwa memberikan tebakan
yang benar bukanlah
tujuannya. Yang lebih penting
adalah kesiapan mereka
dalam mengantisipasi bahan
pelajaran yang akan diberi
hari itu.
3. Siswa dipasangkan.
4. Bagian pertama bahan
diberikan kepada siswa yang
pertama. Sedangkan siswa
yang kedua menerima bagian
yang kedua.
5. Kemudian siswa disuruh
mendengarkan atau membaca
bagian mereka masing-
masing.
6. Sambil membaca/
mendengarkan, siswa disuruh
mencatat dan mendaftar
beberapa kata/frasa kunci
yang ada dalam bagian
masing-masing. Jumlah kata/
frasa bisa disesuaikan dengan
panjang teks bacaan.
7. Setelah selesai membaca,
siswa saling menukar daftar
kata/frasa kunci dengan
pasangan masing-masing.
8. Sambil mengingat-ingat/
memperhatikan bagian yang
telah dibaca/didengarkan
sendiri, masing-masing siswa
berusaha untuk mengarang
bagian lain yang belum
dibaca/didengarkan (atau
yang sudah dibaca/
didengarkan pasangannya)
berdasarkan kata-kata/frasa-
frasa kunci dari pasangannya.
Siswa yang telah membaca/
mendengarkan bagian yang
pertama berusaha untuk
menuliskan apa yang terjadi
selanjutnya. Sedangkan siswa
yang membaca/
mendengarkan bagian yang
kedua menuliskan apa yang
terjadi sebelumnya.
9. Tentu saja, versi karangan
sendiri ini tidak harus sama
dengan bahan yang
sebenarnya. Tujuan kegiatan
ini bukan untuk mendapatkan
jawaban yang benar,
melainkan untuk
meningkatkan partisipasi
siswa dalam kegiatan belajar
dan mengajar. Setelah selesai
menulis, beberapa siswa bisa
diberi kesempatan untuk
membacakan hasil karangan
mereka.
10. Kemudian, pengajar
membagikan bagian cerita
yang belum terbaca kepada
masing-masing siswa. Siswa
membaca bagian tersebut.
11. Kegiatan ini bisa diakhiri
dengan diskusi mengenai topik
dalam bahan pelajaran hari
itu. Diskusi bisa dilaksanakan
antara pasangan atau dengan
seluruh kelas.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
Metode yang digunakan
adalah metode analisis
deskriptif, yaitu metode yang
tidak menguji hipotesis
melainkan hanya
mendeskripsikan informasi
apa adanya sesuai dengan
variabel-variabel yang diteliti.
Penulisan karya ini termasuk
penelitian dengan pendekatan
kualitatif yang datanya
dinyatakan dalam keadaan
sewajarnya atau apa adanya
(naturalistik), tidak diubah
dalam bentuk simbol-simbol
atau bilangan dengan maksud
untuk menemukan kebenaran
dibalik data yang objektif dan
cukup. Penelitian ini lebih
menekankan analisisnya pada
proses penyimpulan deduktif
dan induktif serta pada nalisis
terhadap dinamika hubungan
antar fenomena yang diamati
dengan menggunakan logika
ilmiah. Hal ini bukan berarti
pendekatan kualitatif sama
sekali tidak menggunakan
dukungan data kuantitatif
akan tetapi penekanannya
tidak pada pengujian hipotesis
melainkan pada usaha
menjawab pertanyaan
penelitian melalui cara-cara
berpikir formal dan
argumentatif. Banyak
penelitian kualitatif
merupakan penelitian sampel
kecil.
Data atau informasi yang
diajring penelitian kualitatif
dapat terbentuk gejala yang
sedang berlangsung,
reproduksi ingatan, pendapat
yang bersifat teoritis atau
praktis dan lain-lainnya. Data
tersebut baik berupa kata
atau tindakan, oleh karena itu
analisis isi lebih penting.
Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik
dokumenter. Istilah
dokumenter atau dokumentasi
berasal dari kata dokumen
yang berarti barang-barang
tertulis. Alat pengumpul
datanya disebut form
dokumen atau form
pencatatan dokumen.
Sedangkan sumber datanya
berupa catatan atau
dokumen. Metode
dokumenter dengan demikian
berarti upaya pengumpulan
data dengan menyelidiki
benda-benda tertulis. Benda
tertulis tersebut dapat berupa
catatan resmi seperti buku,
majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, dan
lain-lainnya, atau catatan
tidak resmi, berupa catatan
ekspresif seperti catatan
harian, bibliografi dan lain
sebagainya.
Analisis data kualitatif
menurut Lexy J. Moleong
(1994:196) sebagai berikut:
a. Menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai
sumber.
b. Reduksi data.
c. Menyusun data hasil reduksi
ke dalam satuan-satuan.
d. Melakukan kategorisasi
terhadap satuan-satuan data
sambil membuat kodig.
e. Uji keabsahan data.
f. Penafsiran data dalam
mengubah hasil sementara
menjadi teori substantif
dengan menggunakan
beberapa metode tertentu.
g. Penarikan kesimpulan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil analisis buku-buku
yang berkaitan dengan
penerapan pembelajaran
kooperatif tipe bercerita
berpasangan pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia
kelas VI Sekolah Dasar,
penulis dapat menyusun
rencana pembelajaran yang
sesuai.
Di bawah ini adalah contoh
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang
menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe bercerita
berpasangan pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia
kelas VI Sekolah Dasar
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa
Indonesia
Kelas / semester : VI / I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : 2.
Memberikan informasi dan
tanggapan secara lisan
Kompetensi Dasar : 2.1.
Menyampaikan pesan/
informasi yang diperoleh dari
berbagai media dengan
bahasa yang runtut, baik dan
benar
Indikator : 1. Mencatat pokok-
pokok isi berita televisi atau
radio yang didengarkan.
2. Menuliskan pokok-pokok isi
berita ke dalam satu kalimat
atau lebih.
3. Menyampaikan hasil
karangan yang berasal dari
perbandingan catatan sendiri
dengan catatan teman satu
kelompok.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
• Siswa dapat mencatat
pokok-pokok isi berita televisi
atau radio yang didengarkan.
• Siswa dapat menuliskan
pokok-pokok isi berita ke
dalam satu kalimat atau lebih.
• Siswa dapat menanggapi dan
menyimpulkan isi berita yang
didengar.
• Siswa dapat menyampaikan
hasil karangan mereka.
II. MATERI POKOK
Berita televisi atau radio
III. METODE PEMBELAJARAN
• Metode pembelajaran
kooperatif tipe bercerita
berpasangan
IV. LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Kegiatan Awal
 Menciptakan lingkungan :
salam pembuka dan berdo’a
 Tanya jawab mengenai
berita
 Mengulang sepintas materi
yang lalu yang berhubungan
dengan materi hari ini.
B. Kegiatan Inti
 Guru membagi kelas
menjadi beberapa kelompok
dan setiap kelompok terdiri
dari 2 orang siswa
(berpasangan).
 Sebelum memberikan tugas
kepada siswa, guru
menjelaskan materi dan
langkah pengerjaan tugas.
 Guru membagi berita
menjadi 2 bagian.
 Siswa pertama pada tiap
kelompok mendengarkan
berita bagian pertama, siswa
kedua mendengarkan berita
bagian kedua.
 Siswa mendengarkan bagian
berita mereka masing-masing
kemudian menuliskan pokok-
pokok isi berita mereka.
 Setelah selesai
mendengarkan siswa saling
menukar pokok-pokok isi
berita dengan pasangan
masing-masing.
 Kemudian siswa yang telah
mendengarkan bagian
pertama berusaha untuk
menuliskan apa yang terjadi
selanjutnya. Sedangkan siswa
yang mendengarkan bagian
kedua menuliskan apa yang
terjadi sebelumnya
berdasarkan pokok-pokok isi
berita yang berasal dari
pasangannya.
 Setelah selesai membuat
karangan, guru meminta
sebagian siswa membacakan
hasil karangan mereka.
 Guru membagikan bagian
berita yang belum terbaca
kepada masing-masing siswa.
C. Kegiatan Akhir
 Setiap pasangan berdiskusi
dengan pasangan lain atau
dengan seluruh kelas tentang
berita yang dikerjakan tadi.
 Guru membuat kesimpulan
dari kegiatan pada pertemuan
inti.
 Guru melakukan tes dengan
memberi pertanyaan lisan
kepada siswa.
 Guru memberi tugas rumah
kepada siswa untuk
menuliskan pokok-pokok
berita televisi.
V. ALAT DAN SUMBER
BELAJAR
• Naskah berita radio atau
televisi
• Buku paket Bahasa
Indonesia kelas VI Sekolah
Dasar
• KTSP
• Cinta Bahasa Kita 6, Ganeca
Exact, 2004.
VI. PENILAIAN
• Tes lisan : Tanya jawab
• Penilaian proses : Dilakukan
melalui pengamatan saat
peserta didik melakukan
kegiatan.
• Tes perbuatan : Diskusi
Surabaya, Juni 2007
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru
Keuntungan dan kelemahan
strategi belajar mengajar
menggunakan teknik kerja
kelompok antara lain :
Keuntungan :
a. Dapat memberikan
kesempatan kepada para
siswa untuk menggunakan
ketrampilan bertanya dan
membahas sesuatu masalah.
b. Dapat mengembangkan
bakat kepemimpinan dan
mengajarkan ketrampilan
berdiskusi.
c. Para siswa lebih aktif
tergabung dalam pelajaran
mereka, dan mereka lebih
aktif berpartisipasi dalam
diskusi.
d. Dapat memberi
kesempatan kepada para
siswa untuk mengembangkan
rasa menghargai dan
menghormati pribadi
temannya, menghargai
pendapat orang lain; hal mana
mereka telah saling
membantu kelompok dalam
usahanya mencapai tujuan
bersama.
e. Dapat memungkinkan guru
untuk lebih memperhatikan
siswa sebagai individu serta
kebutuhannya belajar.
Kelemahan :
a. Menuntut pengaturan
tempat duduk yang berbeda-
beda dan gaya mengajar yang
berbeda-beda pula.
b. Keberhasilan strategi kerja
kelompok ini tergantung
kepada kemampuan siswa
memimpin kelompok atau
untuk bekerja sendiri.
B. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil analisis
data yang diperoleh dari
analisis dokumen, penulis
sudah dapat melaksanakan
kegiatan pembelajaran dari
awal sampai akhir untuk
menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe bercerita
berpasangan untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia di
kelas VI Sekolah Dasar.
Pengajaran yang dilakukan
oleh guru adalah memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk berinteraksi dalam
kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan seperti itu
memberikan kesempatn
kepada siswa untuk
berdiskusi, bertanya, maupun
mengeluarkan pendapat,
serta berinteraksi dengan
siswa yang menjadikan siswa
aktif dalam kelas. Dengan
demikian peran guru di dalam
kelas bukan lagi sebagai satu-
satunya sumber belajar tetapi
lebih bersifat sebagai
penggerak atau pembimbing
siswa untuk memperoleh
pengetahuannya sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh
siswa sendiri akan lebih
melekat lebih lama di pikiran
dan menjadikan prestasi
belajar siswa meningkatkan.
Pembelajaran kooperatif tipe
bercerita berpasangan
menggabungkan kegiatan
membaca, menulis,
mendengarkan dan berbicara.
Oleh karena itu pembelajaran
kooperatif tipe bercerita
berpasangan sangat cocok
untuk pembelajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar.
Dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan
pembelajaran kooperatif tipe
bercerita berpasangan
merangsang siswa untuk
mengembangkan kemampuan
berpikir dan kemampuan
berimajinasi. Buah-buah
pemikiran siswa akan
dihargai, sehingga siswa
merasa semakin terdorong
untuk belajar. Selain itu, siswa
bekerja dengan sesama siswa
dalam suasana gotong royong
dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan
ketrampilan berkomunikasi. Di
samping itu situasi kelas
menjadi menyenangkan dan
bersahabat.
Penerapan pembelajaran
kooperatif ini tergolong masih
relatif baru dan belum banyak
diterapkan di kelas-kelas.
Oleh karena itu dalam
menerapkan pembelajaran
kooperatif ini menemukan
berbagai kendala di antaranya
yaitu kesulitan
mengkoordinasikan siswa
kepada situasi yang
dikehendaki tipe bercerita
berpasangan. Siswa-siswa
sebagian besar masih belum
mengerti dan banyak bertanya
tentang apa yang harus
dilakukan, sehingga banyak
menyita waktu dan perhatian
guru. Di samping itu guru juga
harus mengatur tempat duduk
yang berbeda-beda dan gaya
mengajar yang berbeda-beda
pula.
Untuk mengatasi kendala
tersebut yang dilakukan oleh
guru adalah memberikan
pengertian dan penjelasan
berulang mengenai segala
sesuatu yang harus dilakukan
oleh siswa agar sesuai dengan
prosedur yang diinginkan.
Karena yang dihadapi adalah
anak usia SD maka guru
sebaiknya menggunakan
langkah pembelajaran
kooperatif tipe bercerita
berpasangan yang sesuai
dengan keadaan dan
kemampuan siswa.
Kemudian untuk masalah
tempat duduk siswa, guru
dapat mengatur penetaan
bangku yang berbeda-beda
misalnya dengan meja tapal
kuda, meja panjang, penataan
tapal kuda, meja
laboratorium, meja kelompok,
klasikal, bangku individu
dengan meja tulisnya, meja
berbaris.
Pengalaman guru dan siswa
pada pembelajaran kooperatif
juga turut menentukan
keberhasilan dalam
pembelajaran.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan
pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif atau
kerja sama antar kelompok
yang anggota kelompok saling
membantu antar teman yang
satu dengan teman yang lain
dalam kelompok tersebut,
sehingga di dalam kerja
kelompok atau pembelajaran
kooperatif, siswa yang lebih
pandai dapat membantu siswa
yang lemah.
Dengan adanya model
pembelajaran kooperatif tipe
bercerita berpasangan siswa
dapat lebih aktif untuk
mengembangkan kemampuan
berpikir dan kemampuan
berimajinasi. Di samping itu
pembelajaran ini juga
memberikan kesempatan
kepada siswa untuk diskusi,
bertanya, maupun
mengeluarkan pendapat serta
berinteraksi dengan siswa
yang menjadikan siswa aktif
dalam kelas.
Penerapan pembelajaran
kooperatif memiliki kendala di
antaranya kesulitan
mengkoordinasikan siswa
kepada situasi yang
dikehendaki. Dan juga
terdapat kelemahan pada
teknik belajar kelompok
misalnya mengatur penataan
bangku yang berbeda-beda
dan model/gaya mengajar
yang berbeda-beda pula.
B. Saran
Bertitik tolak dari hasil
pembahsan, maka dapat
dikemukan saran-saran yang
kiranya berguna dalam proses
pembelajaran :
a. Mengingat metode
pembelajaran kooperatif tipe
bercerita berpasangan untuk
meningkatkan prestasi
belajar, maka hendaknya guru
menerapkan metode
pembelajaran ini di kelas
sebagai selingan metode-
metode belajar yang sudah
ada.
b. Pembelajaran ini hendaknya
diterapkan secara kontinu
baik untuk mata pelajaran
Bahasa Indonesia maupun
pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2005.
Metode Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Depdiknas. 2006. Kurikulum
SD/MI Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta : Depdiknas.
Lie, Anita. 2002. Cooperative
Learning. Jakarta : Gramedia.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Rofi’uddin, Ahmad, dkk. 1999.
Pendidikan Bahasa Indonesia
di Kelas Tinggi. Jakarta :
Depdikbud.
Rostiyah, N.K. 2001. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Wibowo, Teguh. 2004. Cinta
Bahasa Kita 6. Jakarta :
Ganeca Exact.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar