Selasa, 04 Agustus 2009

MAKALAH AGAMA ISLAMTENTANG ALAT-ALAT DALAMPENDIDIKAN ISLAM

ALAT-ALAT DALAM
PENDIDIKAN ISLAM
1. Pengertian Metode Dan
Alat Pendidikan Islam
Metode berasal dari bahasa
latin “meta” yang berarti
melalui idan “hodos” yang
berarti jalan atau ke atau
cara ke. Dalam bahasa arab
metode disebut “Tariqah”
artinya jalan, cara, sitem atau
ketertiban dalam
mengerjakan sesuatu.
Sedangkan menurut istilah
ialah suatu sistem atau cara
yang mengtur suatu cita-cita
Sedangkan pendidikan Islam
yaitu bimbingan secara sadar
dari pendidik (orang dewasa)
kepada anak yang masih
dalam proses
pertumbuhannya berdasarkan
norma-norma Islami agar
berbentuk kepribadian
menjadi kepribadian muslim.
Selanjutnya yang disebut
metode pendidikan Islam disini
adalah jalan, atau cara yang
dapat ditempuh untuk
menyampaikan bahan atau
materi pendidikan Islam
kepada anak didik agar
terwujud kepribadian muslim.
Alat pendidikan Islam yaitu
segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam
dengan demikian maka alat ini
mencakup apa saja yang
dapat digunakan termasuk di
dalamnya metode pendidikan
Islam.
Metode dan alat pendidikan
Islam yaitu cara dan segala
apa saja yang dapat
digunakan untuk menuntun
atau membimbing anak dalam
masa pertumbuhannya agar
kelak menjadi manusia
berkepribadian muslim yang
diridai oleh Allah. Oleh
karena itu metode dan alat
pendidikan ini harus searah
dengan Al-Qur'an dan As-
Sunah atau dengan kata lain
tidak boleh bertentangan
dengan Al-Qur'an dan A-
Sunah.
2. Pentingnya Metode Dan
Alat Pendidikan Islam
Metode dan alat pendidikan
Islam mempunyai peranan
penting sebab merupakan
jembatan yang
menghubungkan pendidik
dengan anak didik menuju
kepada tujuan pendidikan
Islam yang terbentuknya
kepribadian muslim.
Berhasil atau tidaknya
pendidikan Islam ini
dipengaruhi oleh seluruh
faktor yang mendukung
pelaksanaan pendidikan Islam
ini. Apabila timbul
permasalahan di dalam
Pendidikan Islam, maka kita
harus dapat
mengklasifikasikan masalah
yang kita hadapi itu ke dalam
faktor-faktor yang ada.
Apabila seluruh faktor telah
dipandang baik terkecuali
faktor metode alat ini, maka
kitapun harus pandai
memperinci dan
mengklasifikasikan ke dalam
klasifikasi masalah metode
pendidikan yang lebih kecil
dan terperinci lagi. Misalnya
dalam segi apa dari masalah
metode dan/atau alat apa?
Memang masalah metode ini
sangat penting, karena itulah
Rasulullah mengajarkan
kemampuan dan
perkembangan anak didik.
Rasulullah SAW bersabda:
ُنْحَن
ْنَأاَنْرِمُأِءاَيِبْنَألْاَرِشاَعَم
َلَزْنَأ َساَّنلا ْمُهَلِزاَنَم
ْمُهَمِّلَكُنَو ىَلَع
ْمِهِلْوُقُعِرْدَق. )ثيدحلا )
Artinya:
“Kami para Nabi,
diperintahkan untuk
menempatkan seseorang pada
posisinya, berbicara kepada
mereka sesuai dengan
kemampuan akalnya.”
(Al-Hadits)
Dari Hadits di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa
pendidikan dalam
menyampaikan materi dan
bahan pendidikan Islam
kepada anak didik harus
benar-benar disesuikan
dengan keadaan dan
kemampuan anak didik. Kita
tidak boleh mementingkan
materi atau bahan dengan
mengorbankan anak didik.
Sebaliknya, kita harus
mengusahakan dengan jalan
menyusun materi tersebut
sedemikian rupa sesuai
dengan taraf kemampuan
anak, tetapi dengan cara
serta gaya yang menarik.
3. Jenis-Jenis Metode Dan Alat
Pendidikan Islam
Apabila umat Islam mau
memperlajari pelaksanaan
pendidikan Islam sejak jaman
silam sampai sekarang
ternyata para pendidik itu
telah mempergunakan
metode pendidikan Islam yang
bermacam-macam, walaupun
diakui metode yang digunakan
ada kekurangannya.
Pada dasarnya Islam tidak
menggariskan secara jelas
mengenai metode pendidikan
Islam ini, hal ini diserahkan
kepada kaum muslimin untuk
memilih metode mana yang
cocok dan yang tepat untuk
digunakan.
Islam menjelaskan bahwa
ajaran dalam kitab suci ada
dua macam yaitu yang sudah
jelas nashnya dan belum jelas
apa yang dimaksdu nash
tersebut. Terhadap nash yang
sudah jelas, maka umat Islam
tinggal melaksanakannya.
Sedangkan yang belum jelas
maksudnya, manusia
diperintahkan untuk mengkaji,
meneliti dan berusaha untuk
memecahkannya. Berkenaan
dengan masalah itu Rasulullah
SAW. Bersabda” Jika ada
urusan agamamu,
serahkanlah ia kepadaku. Jika
ada urusan keduniaanmu,
maka kamu lebih mengetahui
akan urusan duniamu itu.”
Berbagai macam ilmu sperti
antropologi, psikologi, botani,
ilmu kimia, kedokteran,
teknologi, pendidikan dan lain
sebagainya, adalah
merupakan scientific yang
dimiliki dan dikembangkan
manusia. Kesemuanya menjadi
wewenang manusia untuk
mendalami, mengembangkan
bahkan menemukan hal-hal
baru yang selama ini belum
ada tetapi yang perlu diingat
agar pertemuan baru tersebut
tidak boleh bertentangan
dengan sumber pokok ajaran
Islam yaitu Al-Qur'an dan
Hadits Rasul.
Prinsip-prinsip lain yang dapat
dijadikan dasar dalam
pengembangan atau
penggalian kesejahteraan
hidup manusia di dunia yaitu
sabda Rasul:
اَرِّفَنُتَالَواَرِّسَعُتَالَواَرِّسَي
اَطَتَو َفِلَتْخَتَالَواَعَو .
Artinya:
“Mudahkanlah, janganlah
engkau persulit, berilah
kabar-kabar yang
menggembirakan dan jangan
sekali-kali engkau
memberikan kabar yang
menyusahkan sehingga
mereka lari menjauhkan diri
darimu, saling taatlah kamu
dan jangan berselisih yang
dapat merenggangkan kamu.”
(Al-Hadits)
Dari Hadits ini dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam
menyelenggarakan kegiatan
untuk kesejahteraan hidup
manusia termasuk di
dalamnya penyelenggaraan
(metode) pendidikan Islam
mendasarkan kepada prinsip:
a. Memudahkan dan tidak
mempersulit
b. Menggembirakan dan tidak
menyusahkan
c. Dalam memutuskan sesuatu
hendaknya selalu memiliki
kesatuan pandangan dan tidak
berselisih paham yang dapat
membawa pertentangan
bahkan pertengkaran
Dalam suatu Hadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Ahmad Abu
Daud, Tirmizi dan lain-lain dan
Muaz disebutkan bahwa
Rasulullah SAW menyambut
gembira terhadap sikap
sahabatnya (Muaz) sewaktu
beliau memanggil untuk diutus
sebagai qadli ke Yaman.
Rasulullah bersabda: “Kalau
tidak kamu dapati baik dalam
kitabullah maupun sunah
Rasul?”
Muaz menjawab “Saya akan
berijtihad (berusaha) dengan
pikiran saya”. maka
Rasulullah menepuk dada
(karena girang) sambil
berkata “Alhamdulillah,
Tuhan telah memberi petunjuk
utusan Tuhan kepada apa
yang ridhoi Rasulullah).”
Dalam Al-Qur'an surat Al-
Hasyr ayat 2 dikatakan:
ِىلوُأآَياْوُرِبَتْعاَف
ِراَصْبَألْا )رشحلا : 2 )
Artinya:
“Maka ambilah itibar
(pelajaran) wahai orang –
orang yang mempunyai
pandangan.”
Islam menganjurkan kepada
umatnya agar mempunyai
pandangan luas. Melihat dan
menerima pendapat atau ilmu
dari siapapun asalkan ilmu
tersebut mendatangkan
keuntungan dan kemanfaatan
bagi kehidupan manusia dan
ilmu tersebut tidak
bertentangan dengan ajaran
Islam.
Rasulullah SAW bersabda:
ِبُلْطُا َمْلِعلا ْوَلَو
ِنْيِّصلاِب
Artinya:
“Tuntutlah ilmu sampai ke
negeri Cina”
Kita semuanya mengetahui
bahwa negara RRC, mayoritas
adalah komunis walaupun
diakui pula bahwa di daerah
itu terdapat warga negara
yang beragama Islam
berjumlah + 80.000.000 jiwa
dari jumlah seuruhnya yang
berjumlah 800 juta jiwa. Tetapi
dari Hadits ini dapat diambil
kesimpulan bahwa Islam
selalu menuntut umatnya
untuk menuntut ilmu tanpa
harus dibatasinya oleh agama,
daerah dan subjek ilmu yang
dipelajari.
Dari kegiatan dan usaha yang
dilakukan oleh umat Islam
selama ini terutama di bidang
pendidikan Islam ternyata
mereka telah melaksanakan
berbagai kegiatan antara lain:
a. Mendidik Dengan Cara
Memberikan Kebebasan
Kepada Anak Didik Sesuai
Dengan Kebutuhan
Tindakan ini dilakukan berkat
adanya sabda Nabi
Muhammad SAW:
ْنِماَم َّالِاٍدْوُلْوَم ُدَلْوُي
ىَلَع ِةَرْطِفلا .... )هاور ملسم )
Artinya:
“Tidak seorangpun yang
dilahirkan kecuali menurut
fitrahnya.”
(HR Muslim)
Pemberian kebebasan itu
tentunya mutlak (tidak
terbatas) melainkan dalam
batas-batas tertentu sesuai
dengan kebutuhan, sebab
anak adalah masih dalam
proses pertumbuhan dan
belum memiliki kepribadian
yang kuat, ia belum dapat
memilih sendiri terhadap
masalah yang dihadapi,
karena ini memerlukan
petunjuk guna memilih
alternatif dari beberapa
alaternatif yang ada.
Rasulullah SAW, bersabda:
َّيِبَّصلااوُرُم ِةَالَّصلاِب
َذِإ َغَلَبا َعْبَس َنْيِنِس
َغَلَباَذِإَو َرَشَع َنْيِنـِس
ُهْوُبِرْضاَف اَهْيَلَع
Artinya:
“Suruhlah anak-anakmu
bersembahyang apabila ia
telah berumur tujuh tahun dan
apabila ia sudah berumur
sepuluh tahun ia
meninggalkan sembahyang itu
maka pukul ia.”
(HR. Tirmizi)
Dari Hadits tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa
orang tua (pendidik) harus
dapat bersikap tegas sesuai
dengan kebutuhan, yaitu
bilamana kebebasan yang
diberikan itu disalahgunakan
seperti ia berbuat semaunya
sendiri, sampai-sampai ia
meninggalkan salat, maka
pendidik harus berusaha keras
untuk meluruskan perbuatan
salat itu, jika diperlukan ia
diperbolehkan memukul
anaknya.
Cara mendidik demikian
disebut:
ُةَقْيِرَط ِّدلا ِةَّيِطاَرْقُم
ِةَّيِفْيِعَّضلا
Artinya:
“Metode pendidikan
demokrasi yang luwes.”
Metode pendidikan ini
menuntut kepada pendidik
sekali waktu membiarkan
anak didiknya untuk
berkembang sesuai dengan
fitrahnya, sekali waktu
menguasai, mengawasi dan
membatasi anak agar tidak
terjerumus kepada perbuatan
salah dan sekali waktu pula
berada di tengah-tengah anak
didik agar dapat memacu,
menimbulkan semangat
beramal, berlomba-lomba
dalam mencari kebajikan.
b. Mendidik Anak Dengan
Pendekatan Perasaan Dan
Akal Pikiran
Setiap orang cinta dan sayang
kepada anak keturunanya dan
berusaha dengan segala
kemampuannya untuk
mendidik anaknya agar kelak
menjadi orang yang baik dan
berguna.
Karena itulah maka para Nabi
dari zaman ke zaman selalu
berdoa agar mereka
dikaruniai anak yang saleh
dan dapat melanjutkan
perjuangannya.
Nabi Ibrahim As. Berdoa:
ِّبَر ْبَه ْيِل َنِم
َنْيِحِلاَّصلا )تافاصلا : 100 )
Artinya:
“Ya Tuhanku! Anugrahkanlah
kepadaku (seorang anak)
yang termasuk orang-orang
yang saleh.”
(QS. As-Saffat: 100)
Menurut ajaran Islam, anak
adalah amanah Tuhan kepada
ibu bapak. Setiap amanah
haruslah dijaga dan
dipelihara, dan setiap
pemeliharaan mengandung
unsur kewajiban dan tanggung
jawab terhadap pemeliharaan
yang telah dilakukannya.
Hakikat dan fungsi amanah
tentang pemeliharaan anak
itu mengandung arti dan nilai
yang lebih jauh lebih luas
daripada amanah-amanah
yang lainnya. Sebab di
dalamnya terjalin dan melekat
secara langsung kepentingan
manusia, baik dilihat dari segi
biologis maupun dari segi
sosiologis.
Setiap orang tua, terbawa
oleh pertalian darah dan
turunan (biologis)
dipertautkan oleh satu ikatan
atau (unsur) yang paling erat
dengan anaknya, yang tidak
terdapat pada hubungan-
hubungan yang lain. Hubungan
itu disebut naluri (instink)
Tiap-tiap orang tua
mempunyai naluri cinta dan
kasih kepada anaknya. Cinta
dan kasih itu adalah
sedemikian rupa sehingga
setiap orang tua dengan rela
mengorbankan segala apa
yang ada pada mereka untuk
kepentingan anaknya.
Dilihat dari sudut
sosiologisnya, orang tua
berusaha supaya anaknya
menjadi orang baik dalam
masyarakat, dapat memberi
manfaat untuk dirinya sendiri
dan mendatangkan manfaat
kepada orang lain
Untuk menuntun anak agar
tumbuh dan berkembang
sebagaimana tersebut di atas,
maka pendekatan yang
dilakukan ialah dengan jalur
akal emosi/perasaan.
Demikian pula pendidikan
terhadap anak, baik dalam
pendidikan formal, informal
maupun non formal
pendekatan yang lebih
mengena dan lebih tepat yaitu
secara akal dan perasaan.
Metode pendidikan demikian
itu di dalam bahasa arab
disebut:
ُةَقْيِرَط ِةَّيِمْلِعلْا
ِةَّيِرْوُعُّشلا
Artinya:
Metode pendekatan yang
mencakup akal. Dan perasaan
secara sekaligus
Metode pendidikan ini
menekankan segi pikiran yang
tajam dan perasaan yang
halus.
c. Mendidik Anaka Secara
Informal
Islam memerintahkan kepada
umatnya untuk mendidik
anaknya agar kelak menjadi
manusia yang saleh, taqwa
kepada Allah dan hidup
bahagia di dunia dan akhirat.
Rasulullah bersabda:
ْمُكَدَالْوَأاْوُمِزْلَا
ْمُهَبَدَأاْوُنِسْحَأَو
Artinya:
“Perhatikanlah anak-anak
kamu dan bentuklah budi
pekertinya sebaik-baiknya.”
Allah berfirman:
َنْيِذًّلااَهُّيَأآَي
ْمُكَسُفْنَأآْوُقاْوُنَمآ
ْمُكِلْهَأَو
ُساَّنلااَهُدْوُقَّواًراَن
ُةَراَجِحلْاَو... )ميرحتلا: 6 )
Artinya:
“Hai orang-orang yang
beriman : Peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu……”
(OS. Attahrim: 6)
Pendidikan di dalam keluarga
umumnya dilakukan secar
informal yaitu pendidikan
yang telah menggunakan
perencanaan, kurikulum, jam
pelajaran dan lain-lain, tetapi
kesemuanya dilakukan dengan
santai tanpa dibatasi oleh
tempat maupun waktu, namun
diharapkan keberhasilan
pendidikan sesuai dengan
yang dicita-citakan. Pada saat-
saat tertentu metode ini
sangat baik digunakan.
d. Mendidik Anak Secara
Formal
Sejak permulaan
perkembangan Islam, umat
Islam telah
menyelenggarakan pendidikan
formal. Rasulullah sendiri
seringkali mengajarkan wahyu
yang diterimanya dari Allah
(lewat malaikat Jibril) kepada
para sahabat di rumah Arqam
ibnu Arqam.
Pada waktu perang Badar ada
beberapa orang musuh (kaum
Quraisy) yang tertawan oleh
kaum muslimin. Di antara
tawanan itu banyak yang
pandai membaca dan menulis.
Nabi Muhammad SAW
memerintahkan kepada
tawanan yang pandai tulis
baca untuk menebus dirinya
dengan mengajarkan tulis
baca kepada 10 orang anak-
anak Madinah. Setelah anak-
anak itu pandai membaca dan
menulis, mereka dibebaskan
sebagai tawanan dan kembali
ke negerinya. Sesudah itu
umat Islam mengambangkan
pendidikan formal dalam
berbagai tingkat untuk
memenuhi kebutuhan
pendidikan anak-anak kaum
muslimin. Dengan pendidikan
formal ini membawa
keuntungan yang sangat
besar, sebab pendidikan
menjadi lebih baik, sebab
sasaran, materi yang
diberikan dan tujuan yang
hendak dicapai jelas. Dewasa
ini pendidikan sudah semakin
berkembang dan meluas baik
dilaksanakn dengan sistem
madrasah (klasikal) seperti
madrasah. Madarasah Diniyah
atau non klasikal (non
madrasah) seperti pesantren.
Dan lain sebaginya.
Ustadz Muhammad Said
Ramadhan Al-Buwythi dalam
bukunya yang berjudul Al-
Manhajut tarbawi farid Fil
quran, menyatakan bahwa
ada 3 macam asas dasar yang
dipakai Al-Qur'an untuk
menamkan pendidikan, yaitu:
1. Mahkamah aqliyah,
mengetuk akal pikiran untuk
memecahkan segala sesuatu.
Di dalam tingkat ini Al-Qur'an
menyadarkan setiap akal
manusia untuk memikirkan
asal usul dirinya, mulai dari
awal kejadiannya, kemudian
perkembangannya baik fisik
maupunn akal dan ilmunya
ataupun mental spriritual.
Sesudah itu dibawanya ke
alam cakrawala yang luas
terbentang ini, yang semuanya
dengan menggunakan kata-
kata yang dapat diikuti oleh
orang-orang awam dan dapat
dijadikan bahan penyelidikan
secara ilmiah oleh para
sarjana
Berhakim kepada akal dan
ilmu, dengan menggunakan
akal itu disebut dalam Al-
Qur'an sampai 29 kali, pikiran
18x, ingatan (zikir) sampai
267x, pemikiran yang
mendalam (fih) 20x dan ilmu
sampai 800 x (termasuk
khusus kata-kata ilmu 105x),
sehingga berjumlah: 1.154 x,
menurut manusia berhukum
kepada akal dan ilmunya.
2. Al-Qisas Wat Tarikh,
menggunakan cerita-cerita
dan pengetahuan sejarah.
Dengan mengemukakan
berbagai cerita/peristiwa, dan
membuka lembaran-lembaran
sejarah di masa lampau,
Tuhan mengajak manusia
supaya bercermin kepada
fakta dan data di masa dahulu
itu untuk melihat dirinya,
berbagai cerita yang disebut
oleh Al-Qur'an menghidupkan
sejarah-sejarah lama untuk
memberanikan hat manusia
untuk jaman yang dihadapnya
dan masa-masa depan
terbentang untuk diisi dengan
pendidikan kepada anak-anak/
pemuda-pemuda. Menemph
jalan ini, yaitu cerita dan
sejarah, lebih mudah
meresapkan kepada anak
mereka.
3. Al-Isarah Al Widaniyah
memberikan perangsang
kepada perasaan-perasaan.
Membangkitkan rangsangan
perasaan –perasaan, adalah
jalan yang terpendek untuk
menanamkan suatu karakter
kepada anak-anak/pemuda-
pemuda. Dan perasaan-
perasaan itu terbagi kepada:
a) Peraaan pendorong, yaitu
rasa gembira, harapan harat
yang benar dan
seumpamanya;
b) Peraaan penahan, yaitu
rasa takut (berbuat
kejahatan), rasa sedih
(berbuat kedzaliman) dan
seumpamanya dan
c) Perasdaan kekaguman,
yaitu rasa hormat dan kagum,
rasa cinta, rasa bakti dan
pengabdian, dan lain
sebagainya
Memberikan perangsang
terhadap perasaan-perasaan
ini menurut tempat dan
waktunya yang tepat,
menimbulkan kesan yang
mendalam kepada anak-anak/
pemuda-pemuda yang kita
didik. Sebab itu sebagai
Pendidik Tertinggi maka
Tuhan menyebutkan dalam
Surat Al-Fatah ayat 8 bahwa
Nabi Muhammad adalah
memiliki sifat utama, yaitu:
a) Syahidan (penggerak
perasaan-perasaan)
b) Mubasysiran (pembaa
berita gembira), dan
c) Naziran (pembawa
peringatan untuk menahan
dari kejahatan)
Menurut Muhammad Qutb di
dalam bukunya Minhajut
tarbiyah islamiyah
menyatakan bahwa teknik
atau metode pendidikan Islam
itu ada 8 diataranya
1. Pendidkan melalui
keteladanan
2. Pendidkan melalui nasihat
3. Pendidkan melalui hukuman
4. Pendidkan melalui cerita
5. Pendidkan melalui
kebiasaan
6. Pendidkan melalui kekuatan
7. Pendidkan melalui
kekosongan
8. Pendidkan melalui cerita
cerita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar