Jumat, 31 Juli 2009

PANDUAN PENYUSUNANPENGEMBANGAN KURIKULUMTINGKAT SATUANPENDIDIKAN (KTSP)

Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini
meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi dan
potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik.
Oleh sebab itu kurikulum
disusun oleh satuan
pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian
program pendidikan dengan
kebutuhan dan potensi yang
ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang beragam
mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk
menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Standar
nasional pendidikan terdiri
atas standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan,
pembiayaan dan penilaian
pendidikan. Dua dari
kedelapan standar nasional
pendidikan tersebut, yaitu
Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL)
merupakan acuan utama bagi
satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum.
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 (UU 20/2003) tentang
Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2005 (PP 19/2005)
tentang Standar Nasional
Pendidikan mengamanatkan
kurikulum pada KTSP jenjang
pendidikan dasar dan
menengah disusun oleh satuan
pendidikan dengan mengacu
kepada SI dan SKL serta
berpedoman pada panduan
yang disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Selain dari itu,
penyusunan KTSP juga harus
mengikuti ketentuan lain yang
menyangkut kurikulum dalam
UU 20/2003 dan PP 19/2005.
Panduan yang disusun BSNP
terdiri atas dua bagian.
Pertama, Panduan Umum
yang memuat ketentuan
umum pengembangan
kurikulum yang dapat
diterapkan pada satuan
pendidikan dengan mengacu
pada Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang
terdapat dalam SI dan
SKL.Termasuk dalam
ketentuan umum adalah
penjabaran amanat dalam UU
20/2003 dan ketentuan PP
19/2005 serta prinsip dan
langkah yang harus diacu
dalam pengembangan KTSP.
Kedua, model KTSP sebagai
salah satu contoh hasil akhir
pengembangan KTSP dengan
mengacu pada SI dan SKL
dengan berpedoman pada
Panduan Umum yang
dikembangkan BSNP. Sebagai
model KTSP, tentu tidak dapat
mengakomodasi kebutuhan
seluruh daerah di wilayah
Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dan
hendaknya digunakan sebagai
referensi.
Panduan pengembangan
kurikulum disusun antara lain
agar dapat memberi
kesempatan peserta didik
untuk :
1. belajar untuk beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa,
2. belajar untuk memahami
dan menghayati,
3. belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat
secara efektif,
4. belajar untuk hidup
bersama dan berguna untuk
orang lain, dan
5. belajar untuk membangun
dan menemukan jati diri
melalui proses belajar yang
aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.

Kamis, 30 Juli 2009

MAKALAH ILMU PENDIDIKANTENTANG KOMPLEKSITASTUGAS DAN PERAN PEMIMPINDALAM KEPENDIDIKAN

KOMPLEKSITAS TUGAS DAN
PERAN PEMIMPIN DALAM
KEPENDIDIKAN
A. PENDAHULUAN
Untuk mengetahui bagaimana
kompleksitas tugas dan peran
pemimpin dalam kependidikan
dalam hal ini katakan saja
kepala sekolah, akan berhasil
dalam tugasnya apabila ia
memiliki gaya kepemimpinan
yang efektif yakni
memperhatikan hubungan
antar manusia (Human
Relationship). Pelaksanaan
tugas serta memperhatikan
situasi dan kondisi (sikon)
yang ada. Adapun tentang
gaya kepemimpinannya yang
efektif adalah mampu
memelihara hubungan dengan
baik dengan bawahannya, ia
harus mengenal bawahannya
dengan mengetahui
kepentingan-kepentingannya
yang dapat menimbulkan
motivasi bekerja untuk
memperoleh kepuasan
bekerja.
Di samping itu ia juga
memperhatikan pembagian
dan penyelesaian tugas bagi
setiap anggotanya yang sesuai
dengan jenis pekerjaannya, ia
tidak boleh terlalu
mementingkan hubungan baik
dengan anggotanya sehingga
mengorbankan penyelesaian
tugas secara baik dan tepat
waktu, sebaliknya ia pun tidak
boleh terlalu mengutamakan
kewajiban kerja sehingga
melupakan kepentingan
pribadi bawahannya, dengan
demikian gaya kepemimpinan
yang tepat adalah
memperhitungkan taraf
kematangan anggota
organisasi dengan situasi yang
ada, bila telah terbina
hubungan baik tetapi
kesadaran untuk bekerja dari
para anggota belum memadai,
maka pemimpin harus
berusaha menciptakan
kesadaran kepada
bawahannya untuk
menyelesaikan pekerjaannya
sebaik mungkin.
B. TUGAS DAN TANGGUNG
JAWAB KEPALA SEKOLAH
Kepala sekolah mempunyai
tugas merencanakan,
mengorganisasikan,
mengawasi, dan
mengevaluasi, seluruh
kegiatan pendidikan di
sekolah dengan perincian
sebagai berikut:
a. Mengatur proses belajar
mengajar
1. Program tahun,
semesteran, caturwulan
berdasarkan kalender
pendidikan
2. Jadwal pelajaran tahunan,
per semesteran, per
caturwulanan termasuk
penetapan jenis mata
pelajaran / keterampilan dan
pembagian tugas baru.
3. Program satuan pelajaran
(teori dan praktek)
berdasarkan buku kurikulum
4. Pelaksanaan jadwal satuan
pelajaran (teori dan praktek)
menurut alokasi waktu yang
telah ditentukan berdasarkan
kalender pendidikan.
5. Pelaksanaan ulangan/tes
hasil evaluasi belajar untuk
kenaikan dan EBTA
6. Penyusunan kelompok
murid/siswa berdasarkan
norma kepengurusan
7. Penyusunan nama penilaian
8. Penetapan kenaikan kelas
9. Laporan kemajuan hasil
belajar murid/siswa
10. Penetapan dalam
peningkatan proses belajar
mengajar
b. Mengatur administrasi
kantor
c. Mengatur administrasi
murid/siswa
d. Mengatur administrasi
pegawai
e. Mengatur administrasi
perlengkapan
f. Mengatur administrasi
keuangan
g. Mengatur administrasi
perpustakaan
h. Mengatur pembinaan
kemuridan/kesiswaan
i. Mengatur hubungan dengan
masyarakat
C. JADWAL KERJA KEPALA
SEKOLAH
Agar kegiatan kepala sekolah
dapat mencapai sasaran
secara optimal diperlukan
adanya jadwal kerja kepala
sekolah yang meliputi
kegiatan-kegiatan rutin
harian, mingguan, bulanan,
caturwulanan, semesteran,
dan tahunan.
a. Kegiatan Harian
1. Memeriksa daftar hadir
guru, tenaga teknis
kependidikan dan tenaga tata
usaha
2. Mengatur dan memeriksa
kegiatan 5 K di sekolah
(Keamanan, kebersihan,
ketertiban, keindahan, dan
kekeluargaan)
3. Memeriksa program satuan
pelajaran guru dan persiapan
lainnya yang menunjang
proses belajar mengajar.
4. Menyelesaikan surat-surat,
menerima tamu, dan
menyelenggarakan pekerjaan
kantor
5. Mengatasi hambatan-
hambatan terhadap
berlangsungnya proses belajar
mengajar
6. Mengatasi kasus yang
terjadi pada hari itu
7. Memeriksa segala sesuatu
menjelang sekolah itu usia
b. Kegiatan Mingguan
Di samping kegiatan harian
perlu dilaksanakan pula
kegiatan mingguan sebagai
berikut:
1. Upacara bendera pada hari
Senin dan pada hari-hari
istimewa lainnya
2. Senam pagi pada hari Senin
3. Memeriksa agenda dan
menyelesaikan surat-surat
4. Mengadakan rapat
mingguan (hari Sabtu) guna
membahas jalannya pelajaran
dan kasus yang belum
terselesaikan untuk menjadi
bahan rencana kegiatan
mingguan berikutnya.
5. Memeriksa keuangan
sekolah, antara lain biaya
rutin SPP/DPP
6. Mengatur penyediaan
keperluan perlengkapan
kantor sekolah
c. Kegiatan bulanan
1. Pada awal bulan dilakukan
kegiatan antara lain:
a. Melaksanakan penyelesaian
setoran SPP. Gaji pegawai/
guru, laporan bulanan,
rencana keperluan kantor/
sekolah dan rencana bulanan
b. Melaksanakan pemeriksaan
umum, antara lain:
1. Buku kelas
2. Daftar hadir guru dan
pegawai tata usaha
3. Kumpulan bahan evaluasi
berikut analisisnya
4. Kumpulan program satuan
pelajaran
5. Diagram daya serap murid/
siswa
6. Diagram pencapaian
kurikulum
7. Program perbaikan dan
pengadaan
8. Buku bulanan pelaksanaan
BP
c. Memberikan petunjuk
catatan kepada guru-guru
tentang siswa yang perlu
diperhatikan, kasus yang perlu
diketahui dalam rangkaian
pembinaan kegiatan siswa.
2. Pada akhir bulan dilakukan
kegiatan antara lain:
a. Penutupan buku
b. Pertanggungjawaban
keuangan
c. Evaluasi terhadap
persediaan dan penggunaan
alat dan bahan praktek
d. Kegiatan caturwulan/
semesteran
Setiap caturwulan/semesteran
perlu dilaksanakan kegiatan
antara lain:
1. Menyelenggarakan
perbaikan alat-alat sekolah
(alat kantor, alat praktek,
gedung, pagar sekolah dan
lain-lain bila diperlukan)
2. Menyelenggarakan
pengisian daftar induk siswa/
buku induk siswa
3. Menyelenggarakan
persiapan evaluasi
caturwulan/semesteran
4. Menyelenggarakan evaluasi
caturwulan /semesteran
termasuk kegiatan:
a. Kumpulan nilai (lagger)
b. Ketetapan nilai rapor
c. Catatan tentang siswa yang
perlu mendapat perhatian
khusus
d. Pengisian nilai caturwulan /
semesteran
e. Pembagian rapor
f. Pemberian, pemanggilan
orang tua siswa bila
diperlukan untuk konsultasi
5. Menyelenggarakan evaluasi
BP. OSIS, UKS, dan
ekstrakurikuler lainnya
d. Kegiatan akhir ajaran:
Setiap akhir tahun ajaran
dilaksanakan kegiatan
tertentu dalam rangka
penutupan tahun ajaran
sekaligus melaksanakan
kegiatan persiapan untuk
tahun ajaran yang akan
datang; antara lain:
1. Menyelenggarakan
penutupan buku inventaris dan
keuangan
2. Menyelenggarakan
persiapan kenaikan kelas/
tingkat yang meliputi:
a. Pengisian daftar nilai
(lagger)
b. Penyiapan bahan-bahan
untuk rapat guru
c. Pengisian rapor dan EBTA
d. Upacara akhir tahun ajaran,
kenaikan kelas, pembagian
rapor, penyerahan STTB dan
pelepasan lulusan
3. Menyelenggarakan EBTA
4. Menyelenggarakan evaluasi
pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar tahun ajaran yang
bersangkutan
5. Menyelenggarakan
penyusunan rencana
keuangan tahun yang akan
datang
6. Menyelenggarakan
penyusunan rencana
perbaikan dan pemeliharaan
sekolah dan alat batu
pendidikan
7. Menyelenggarakan
pembuatan laporan akhir
tahun ajaran
8. Melaksanakan kegiatan
penerimaan siswa baru yang
meliputi kegiatan:
a. Penyiapan formulir dan
pengumuman penerimaan
siswa baru
b. Pembentukan panitia
penerimaan dan pendaftaran
c. Penyusunan syarat-syarat
penerimaan dan pendaftaran
e. Kegiatan Awal tahun
ajaran;
Menetapkan rencana kegiatan
sekolah pada tahun ajaran
yang akan datang meliputi:
a. Kebutuhan guru
b. Pembagian tugas mengajar
c. Program satuan pelajaran,
dan jadwal pelajaran
d. Perlengkapan alat-alat dan
bahan pelajaran
e. Rapat guru
D. KESIMPULAN DAN SARAN-
SARAN
Begitu kompleksnya tugas dan
peran pimpinan dalam
kependidikan untuk
tercapainya tujuan yang harus
dicapai memerlukan tanggung
jawab dan sikap yang
konsisten akan atasan yang
berlaku dengan tidak
melupakan unsur kearifan.
Demikianlah penulis akhiri
makalah ini, tak lupa kritik
dan saran yang membangun
demi perbaikan penulis
harapkan dari semua pihak
DAFTAR PUSTAKA
Arthur J, Lewis and Alice Miel:
Supervision for Improved
Instruction. Woodworth
Publishing Company.
California: 1972
Benyamin S, Bloom: taxonomy
of Educational Objective, Hand
Book I. Cognitive Domain,
Longman Inc. N.Y.: 1956
Beeby D. E.: Pendidikan di
Indonesia Penilaian dan
Pedoman Perencanaan, (terj).
LP3ES. Jakarta: 1983
Brown, M.: Effective
Supervision. The Mac Millan
Company. New York: 1960
Carl D. Glickman:
Development Supervision
Alternative Practise for
Helping Teachers, Improve
Instruction: ASCD Alexandria:
1981.
Chamberlain and Kindred: The
Teacher and School
Organization, third Edition,
Prentice Hall Inc. New York:
1959
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat
Jenderal pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Sarana
Pendidikan. Pedoman Umum
Penyelenggaraan Administrasi
Sekolah Menengah Jakarta;
t.t.
Emery F.E (editor):
fundamentals of systems
Analysis, John Wiley & Sons,
Inc. New York: 1981
Goble Norman H,: Perubahan
Peranan Guru, (terj.) Gunung
Agung. Jakarta: 1983
Hory, Wayne K, dkk.,:
Educational Administration
Theory research and
practices, Random House Inc.
New York: 1980
Moh. Rifai, MA,: Administrasi
dan Supervisi pendidikan.
Sekar Djaja. Bandung t.t.
Purwanto, Ngalim dkk.:
Administrasi pendidikan,
Mutiara, Jakarta. 1979
Rochman, Edward C.:
Pedoman Supervisi,
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta: 1980
Sutisna, Oteng: Administrasi
Pendidikan Dasar Teoritis
untuk Praktek Profesional,
Angkasa. Bandung: 1983
William R. Van Dersel.: Prinsip
dan Teknik Supervisi, (terj.)
Bhatara Karya Aksara:
Yogyakarta: 1978

Rabu, 29 Juli 2009

MAKALAH ILMU PENDIDIKANTENTANG HUBUNGANKINERJA KEPALA SEKOLAHDENGAN KEPUASAN KERJAGURU DI SEKOLAH

HUBUNGAN KINERJA KEPALA
SEKOLAH DENGAN KEPUASAN
KERJA GURU DI SEKOLAH
A. PENDAHULUAN
Kepala sekolah sangat
berpengaruh di lingkungan
kerja mereka terutama
terhadap guru dan staf
administrasi. Tugas utama
kepala sekolah adalah
mendorong para guru dan staf
administrasi untuk
mengembangkan kemampuan
mereka untuk menciptakan
iklim sekolah yang kondusif
serta membantu guru tenaga
administrasi murid dan orang
tua murid untuk
mempersatukan kehendak
pikiran dengan tindakan untuk
mencapai tujuan yang
dikehendaki.
B. TUGAS KEPALA SEKOLAH
Kepala sekolah mempunyai
tugas merencanakan,
mengorganisasikan,
mengawasi, dan
mengevaluasi, seluruh
kegiatan pendidikan di
sekolah dengan perincian
sebagai berikut:
a. Mengatur proses belajar
mengajar
1. Program tahun,
semesteran, caturwulan
berdasarkan kalender
pendidikan
2. Jadwal pelajaran tahunan,
per semesteran, per
caturwulanan termasuk
penetapan jenis mata
pelajaran / keterampilan dan
pembagian tugas baru.
3. Program satuan pelajaran
(teori dan praktek)
berdasarkan buku kurikulum
4. Pelaksanaan jadwal satuan
pelajaran (teori dan praktek)
menurut alokasi waktu yang
telah ditentukan berdasarkan
kalender pendidikan.
5. Pelaksanaan ulangan/tes
hasil evaluasi belajar untuk
kenaikan dan EBTA
6. Penyusunan kelompok
murid/siswa berdasarkan
norma kepengurusan
7. Penyusunan nama penilaian
8. Penetapan kenaikan kelas
9. Laporan kemajuan hasil
belajar murid/siswa
10. Penetapan dalam
peningkatan proses belajar
mengajar
b. Mengatur administrasi
kantor
c. Mengatur administrasi
murid/siswa
d. Mengatur administrasi
pegawai
e. Mengatur administrasi
perlengkapan
f. Mengatur administrasi
keuangan
g. Mengatur administrasi
perpustakaan
h. Mengatur pembinaan
kemuridan/kesiswaan
i. Mengatur hubungan dengan
masyarakat
C. JADWAL KERJA KEPALA
SEKOLAH
Agar kegiatan kepala sekolah
dapat mencapai sasaran
secara optimal diperlukan
adanya jadwal kerja kepala
sekolah yang meliputi
kegiatan-kegiatan rutin
harian, mingguan, bulanan,
caturwulanan, semesteran,
dan tahunan.
a. Kegiatan Harian
1. Memeriksa daftar hadir
guru, tenaga teknis
kependidikan dan tenaga tata
usaha
2. Mengatur dan memeriksa
kegiatan 5 K di sekolah
(Keamanan, kebersihan,
ketertiban, keindahan, dan
kekeluargaan)
3. Memeriksa program satuan
pelajaran guru dan persiapan
lainnya yang menunjang
proses belajar mengajar.
4. Menyelesaikan surat-surat,
menerima tamu, dan
menyelenggarakan pekerjaan
kantor
5. Mengatasi hambatan-
hambatan terhadap
berlangsungnya proses belajar
mengajar
6. Mengatasi kasus yang
terjadi pada hari itu
7. Memeriksa segala sesuatu
menjelang sekolah itu usia
b. Kegiatan Mingguan
Di samping kegiatan harian
perlu dilaksanakan pula
kegiatan mingguan sebagai
berikut:
1. Upacara bendera pada hari
Senin dan pada hari-hari
istimewa lainnya
2. Senam pagi pada hari Senin
3. Memeriksa agenda dan
menyelesaikan surat-surat
4. Mengadakan rapat
mingguan (hari Sabtu) guna
membahas jalannya pelajaran
dan kasus yang belum
terselesaikan untuk menjadi
bahan rencana kegiatan
mingguan berikutnya.
5. Memeriksa keuangan
sekolah, antara lain biaya
rutin SPP/DPP
6. Mengatur penyediaan
keperluan perlengkapan
kantor sekolah
c. Kegiatan bulanan
1. Pada awal bulan dilakukan
kegiatan antara lain:
a. Melaksanakan penyelesaian
setoran SPP. Gaji pegawai/
guru, laporan bulanan,
rencana keperluan kantor/
sekolah dan rencana bulanan
b. Melaksanakan pemeriksaan
umum, antara lain:
1. Buku kelas
2. Daftar hadir guru dan
pegawai tata usaha
3. Kumpulan bahan evaluasi
berikut analisisnya
4. Kumpulan program satuan
pelajaran
5. Diagram daya serap murid/
siswa
6. Diagram pencapaian
kurikulum
7. Program perbaikan dan
pengadaan
8. Buku bulanan pelaksanaan
BP
c. Memberikan petunjuk
catatan kepada guru-guru
tentang siswa yang perlu
diperhatikan, kasus yang perlu
diketahui dalam rangkaian
pembinaan kegiatan siswa.
2. Pada akhir bulan dilakukan
kegiatan antara lain:
a. Penutupan buku
b. Pertanggungjawaban
keuangan
c. Evaluasi terhadap
persediaan dan penggunaan
alat dan bahan praktek
d. Kegiatan caturwulan/
semesteran
Setiap caturwulan/semesteran
perlu dilaksanakan kegiatan
antara lain:
1. Menyelenggarakan
perbaikan alat-alat sekolah
(alat kantor, alat praktek,
gedung, pagar sekolah dan
lain-lain bila diperlukan)
2. Menyelenggarakan
pengisian daftar induk siswa/
buku induk siswa
3. Menyelenggarakan
persiapan evaluasi
caturwulan/semesteran
4. Menyelenggarakan evaluasi
caturwulan /semesteran
termasuk kegiatan:
a. Kumpulan nilai (lagger)
b. Ketetapan nilai rapor
c. Catatan tentang siswa yang
perlu mendapat perhatian
khusus
d. Pengisian nilai caturwulan /
semesteran
e. Pembagian rapor
f. Pemberian, pemanggilan
orang tua siswa bila
diperlukan untuk konsultasi
5. Menyelenggarakan evaluasi
BP. OSIS, UKS, dan
ekstrakurikuler lainnya
d. Kegiatan akhir ajaran:
Setiap akhir tahun ajaran
dilaksanakan kegiatan
tertentu dalam rangka
penutupan tahun ajaran
sekaligus melaksanakan
kegiatan persiapan untuk
tahun ajaran yang akan
datang; antara lain:
1. Menyelenggarakan
penutupan buku inventaris dan
keuangan
2. Menyelenggarakan
persiapan kenaikan kelas/
tingkat yang meliputi:
a. Pengisian daftar nilai
(lagger)
b. Penyiapan bahan-bahan
untuk rapat guru
c. Pengisian rapor dan EBTA
d. Upacara akhir tahun ajaran,
kenaikan kelas, pembagian
rapor, penyerahan STTB dan
pelepasan lulusan
3. Menyelenggarakan EBTA
4. Menyelenggarakan evaluasi
pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar tahun ajaran yang
bersangkutan
5. Menyelenggarakan
penyusunan rencana
keuangan tahun yang akan
datang
6. Menyelenggarakan
penyusunan rencana
perbaikan dan pemeliharaan
sekolah dan alat batu
pendidikan
7. Menyelenggarakan
pembuatan laporan akhir
tahun ajaran
8. Melaksanakan kegiatan
penerimaan siswa baru yang
meliputi kegiatan:
a. Penyiapan formulir dan
pengumuman penerimaan
siswa baru
b. Pembentukan panitia
penerimaan dan pendaftaran
c. Penyusunan syarat-syarat
penerimaan dan pendaftaran
e. Kegiatan Awal tahun
ajaran;
Menetapkan rencana kegiatan
sekolah pada tahun ajaran
yang akan datang meliputi:
a. Kebutuhan guru
b. Pembagian tugas mengajar
c. Program satuan pelajaran,
dan jadwal pelajaran
d. Perlengkapan alat-alat dan
bahan pelajaran
e. Rapat guru
D. TUGAS GURU
Agar proses belajar mengajar
berlangsung lancar, guru
harus menciptakan situasi
yang menyenangkan di antara
tugas-tugas guru yang pokok
adalah melaksanakan
pendidikan dan pengajaran di
sekolah berdasarkan
kurikulum yang berlaku dan
membantu kepala sekolah
dalam bidang program-
program lainnya.
E. KESIMPULAN DAN SARAN-
SARAN
Kinerja kepala sekolah yang
konsisten akan aturan yang
berlaku besar sekali
pengaruhnya terhadap
kepuasan kerja guru di
sekolah dengan catatan
interaksi antara kepala
sekolah dan guru saling
menunjang dan mengisi
masing-masing konsisten dan
tanggung jawab atas hak dan
kewajibannya sehingga
tercipta situasi dan kondisi
yang kondusif.
Demikianlah, kritik dan saran
yang membangun yang penulis
harapkan dari semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Beeby D. E.: Pendidikan di
Indonesia Penilaian dan
Pedoman Perencanaan, (terj).
LP3ES. Jakarta: 1983
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat
Jenderal pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Sarana
Pendidikan. Pedoman Umum
Penyelenggaraan Administrasi
Sekolah Menengah Jakarta;
t.t.
Emery F.E (editor):
fundamentals of systems
Analysis, John Wiley & Sons,
Inc. New York: 1981
Goble Norman H,: Perubahan
Peranan Guru, (terj.) Gunung
Agung. Jakarta: 1983
Hory, Wayne K, dkk.,:
Educational Administration
Theory research and
practices, Random House Inc.
New York: 1980
Moh. Rifai, MA,: Administrasi
dan Supervisi pendidikan.
Sekar Djaja. Bandung t.t.
Purwanto, Ngalim dkk.:
Administrasi pendidikan,
Mutiara, Jakarta. 1979
Rochman, Edward C.:
Pedoman Supervisi,
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta: 1980
Sutisna, Oteng: Administrasi
Pendidikan Dasar Teoritis
untuk Praktek Profesional,
Angkasa. Bandung: 1983
William R. Van Dersel.: Prinsip
dan Teknik Supervisi, (terj.)
Bhatara Karya Aksara:
Yogyakarta: 1978

Selasa, 28 Juli 2009

MAKALAH AQIDAH TARIKHHAJI WADA’ DAN AKHIRHAYAT RASUL

HAJI WADA’ DAN AKHIR
HAYAT RASUL
A. Haji Wada’
Pada bulan zulhijjah tahun 10
H, Rasulullah bersama sekitar
100.000 umat islam berkumpul
di padang Arafah untuk
melaksanakan ibadah haji.
Kemudian di sebut haji wada’
atau haji perpisahan Karena
haji tersebut adalah haji
terakhir yang di kerjakan oleh
Rasulullah SAW. Pada haji
wada’ ini, Rasulullah
menyembelih seekor unta
sebagai korban yang di
bagikan kepada umat islam.
 Khutbah Nabi Pada Haji
Wada’
Di Padang Arafah, di
hadapkan sekitar 100.000
umat islam yang
melaksanakan ibadah haji.
Rasulullah menyampaikan
khutbah yang intinya berupa
pesan – pesan beliau kepada
umat islam serta tidak ada
yang dapat membedakan
manusia kecuali hanya
taqwanya.
 Wahyu Terakhir
Pada haji wada’ ini, Allah SWT
menurunkan wahyu – Nya
yang terakhir kepada
Rasulullah, yaitu surat Al –
Maidah ayat 3 :
Artinya :” …pada hari ini telah
Aku sempurnakan untukmu
agamamu dan Aku telah
melengkapkan kenikmatan –
kenikmatan kepadamu dan
telah Aku ridhai islam untuk
menjadi agama bagimu ( Al –
Maidah )
Dengan turunnya ayat ini,
maka wahyu – wahyu Allah
yang di turunkan guna
menjadi tuntunan hidup
manusia telah sempurna.
Wahyu yang terhimpun dalam
kitab suci Al – Qur’an terdiri
dari 30 juz 114 surat dan 6666
ayat.
B. Kisah Wafatnya Nabi
Muhammad SAW
Sekembalinya dari
melaksanakan haji wada’,
Rasulullah SAW
mempersiapkan pasukan yang
akan di kirim ke Syria (Syam)
guna menjaga keamanan dan
keutuhan wilayah dari
serangan pasukan kerajaan
Romawi timur. Pasukan ini di
pimpin oleh Usamah bin Zaid
yang berusia 17 tahun.
Ketika mengatur pengiriman
pasukan tersebut, Rasul jatuh
sakit (demam) sehingga beliau
tidak bisa mengimami shalat
di masjid dan mewakilkannya
kepada Abu Bakar As- Shiddiq.
Setelah sakit beliau
bertambah parah, akhirnya
pada hari Senin tanggal 12
Rabi’ul awwal yahun 11 H
bertepatan dengan 8 Juni 632
M dalam usia 63 tahun.
Kemudian jenazah beliau di
makamkan di kamar beliau di
rumah ‘Aisyah.
Ketika itu, umat islam larut
dalam kesedihan yang sangat
dan tidak percaya atas
kematian Nabi Muhammad
SAW bahkan Umar bin
Khottob mengancam akan
membunuh orang yang
mengatakan bahwa Nabi telah
meninggal. Namun semua itu
dapat di atasi oleh Abu Bakar
yang berpidato di hadapkan
umat islam. Isinya sebagai
berikut : “ Wahai manusia !
barang siapa yang memuja
Muhammad maka Muhammad
telah wafat. Tetapi barang
siapa yang menyembah Allah,
ketahuilah bahwa Allah hidup
selama – lamanya.”
Sewaktu Abu Bakar
mendengar kabar kematian
Nabi, beliau langsung pergi ke
rumah ‘Aisyah untuk melayat
jenazah Nabi. Lalu Abu Bakar
membuka kain penutup muka
beliau lalu di ciuminya seraya
berkata: “Alangkah mulianya
engkau di kala hidupmu dan
alangkah baiknya engkau di
kala hatimu gundah.
Seandainya engkau tidak
melarang aku menangis maka
aku akan mencurahkan air
mata atas kepergianmu.
Rasulullah meninggalkan
wasiat bagi umatnya berupa
dua pedoman hidup yaitu, Al –
Qur’an dan Al – Hadits.

Senin, 27 Juli 2009

MAKALAH PSIKOLOGITENTANG BAHAYA MEROKOK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyusun memilih judul ini
berusaha untuk mengungkap
kasus tentang pelanggaran-
pelanggaran yang ada di
sekolah khususnya untuk para
perokok. Mudah-mudahan
dengan adanya makalah ini
dapat menyadarkan akibat
dan bahaya yang ditimbulkan
dari rokok bagi pembaca
khususnya penulis
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini dibatasi dengan
pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Kenapa anda merokok?
2. Apa dampak dari merokok?
3. Zat apa yang terkandung di
dalam dan yang paling
berbahaya?
4. Upaya apa yang dilakukan
bagi perokok di sekolah?
5. Apa sanksinya?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun untuk:
1. Mengetahui apa itu rokok
2. Mengetahui bahaya dari
merokok
1.4 Metode Penulisan
Metode yang kami ambil
dalam penyusunan makalah
ini yaitu;
1. Observasi pengumpulan
data
2. Wawancara dengan si
pelaku
1.5 Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Merokok Di Lingkungan
Sekolah
2.2 Sanksi
2.3 Upaya mengatasi
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Merokok Di Lingkungan
Sekolah
Rokok adalah campuran
tembakau dengan kandungan
zat yaitu nikotin dan TAR yang
dapat menimbulkan bahaya
bagi tubuh maupun bagi
lingkungan.
Bahaya bagi tubuh yaitu bisa
mengakibatkan kanker, paru-
paru, impotensi dan gangguan
pada janin, sedangkan bahaya
bagi lingkungan dapat
menimbulkan polusi udara
yang ditimbulkan dari asap
rokok yang dihisap.
Sebenarnya yang paling
berbahaya diantara perokok
pasif dan perokok aktif,
perokok pasif lah yang
berbahaya sebab perokok
pasif menghisap asap rokok
yang paling banyak. Rokok
juga selain berbahaya juga
bisa mematikan dan akan
menimbulkan kecanduan
kepada pemakainya.
Merokok bagi orang dewasa
bisa berbahaya apalagi bagi
anak-anak yang masih duduk
di bangku sekolah. Oleh
Karena itu, merokok dilarang
di sekolah maupun di luar
sekolah.
2.2 Sanksi
Merokok di sekolah bukanlah
hal yang baik, oleh sebab itu
siapa yang melakukan
pelanggaran pasti diberi
sanksi / hukuman
Bilamana siswa melakukan
pelanggaran khususnya
merokok jika dia tertangkap
dan ketahuan maka siswa
yang bersangkutan akan
dibawa ke ruang guru atau
ruang BP untuk diberi sanksi.
Sanksi yang diberikan bagi
perokok di sekolah satu kali
dia melakukan maka dia akan
diberi peringatan atau disuruh
untuk merokok di lapangan
dengan rokok di bibir tanpa
tangan sampai rokok tersebut
habis. Akan tetapi peringatan
tersebut tidak bisa
menaklukannya maka orang
tua yang bersangkutan akan
dipanggil ke sekolah bila
masih merokok saja maka
mau tidak mau siswa tersebut
harus meninggalkan dan
keluar dari sekolah.
2.3 Upaya mengatasi
Merokok di sekolah yang
dilakukan siswa kini semakin
banyak, itu dikarenakan siswa
yang satu mengajak siswa
yang lainnya atau dikarenakan
oleh faktor pergaulan. Oleh
karena itu para guru lebih
ketat lagi dalam melakukan
pengawasan dengan
mengelilingi tempat-tempat
yang sering dijadikan tempat
merokok.
Selain itu juga melakukan
peringatan yang lebih tegas
lagi agar para pelanggar
khususnya perokok jera dan
tidak melakukan hal tersebut
lagi baik di sekolah maupun di
luar sekolah.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Merokok itu sangatlah
berbahaya apalagi bagi siswa-
siswa sekolah yang belum
mampu mengatasi dampak
yang akan timbulkan dari
merokok tersebut. Merokok di
sekolah selain tercoreng juga
akan mendapat sanksi yang
memberatkan diri sendiri,
apalagi sampai dikembalikan
kepada orang tua oleh pihak
sekolah.
3.2 Saran
Mari kita jauhi rokok, Karena
dapat mendekatkan kepada
narkoba, sayangilah dirimu
dengan menjaga tubuhmu dan
lingkunganmu

Sabtu, 25 Juli 2009

RESUME TENTANG MEDIAPEMBELAJARAN

PENGGUNAAN MEDIA
Salah satu cirri media
pembelajaran adalah bahwa
media mengandung dan
membawa pesan atau
informasi kepada penerima
yaitu siswa.
Berikut ini akan diuraikan
prinsip-prinsip penggunaan
dan pengembangan media
pembelajaran.
A. MEDIA BERBASIS MANUSIA
Media berbasis manusia
merupakan media tertua yang
di gunakan untuk
mengirimkan dan terkenal
adalah gaya tutorial Socrates.
Sistem ini dapat
menggabungkannya dengan
media visual lain.
Media ini bermanfaat
khususnnya bila tujuan kita
pembelajaran siswa. Misalnya,
media manusia dapat
mengarahkan dan
mepengaruhi proses belajar
melalui ekplorasi terbimbing
dengan menganalisis dari
waktu ke waktu apa yang
terjadi pada lingkungan
belajar.
Media berbasis manusia
mengajukan dua teknik yang
efektif,yaitu rancangan yang
berpusat pada masalah dan
bertanya ala Socrates.
Langkah-langkah rancangan
jenis pembelajaran ini adalah
sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah yang
relevan
2. Mengidentifikasi
pengetahuan dan
keteramfilan yang berkait
untuk memecahkan masalah.
Gunakan buku teks dan
ceramah sebagai sumber
untuk menyajikan
pengetahuan:
3. Ajsrksn mengapa
pengetahuan itu terpenting
dan bagaimana pengetahuan
itu dapat di terapkan untuk
pemecahan masalah:
4. Tuntun eksplorasi siswa.
Sebagai seorang instruktur
untuk pelajaran pemecahan
masalah, perannya adalah:
a. Membiarkan eksplorasi
siswa tak terintangi,
partisipasi aktif, dan bertanya
b. Membantu siswa dalam
menghubungkan pengetahuan
baru dan pengetahuan
terdahulu
c. Membantu siswa nenbentuk
dan menginternalisasi
representasimasalah atau
tugas
d. Membantu siswa
mengidentifikasi persamaan
antara masalah baru dan
pengalaman yang lalu yang
berisikan masalah yang
serupa.Jaga pada awalnya
analogi ini sederhana:
e. Berikan umpan balik
mengenai benar atau salahnya
jalan pikiran dan jalur
pemecahan masalah:
Penekanan teknik bertanya
ala Socrates adalah
penjelasan konsep-konsep dan
gagasan-gagasanmelalui
penggunaan pertayaan-
pertayaan pancingan. Sebagai
suatu teknik pembelajara, ia
harus di pikirkan dan di tatar
dengan baiak. Instruktur yang
menggunakan tekstik ini harus
belajar bagaimana mendengar
dengan hati-hati apa yang di
tanyakan dan di bahas,
Lanagkah-langkah teknik
pembelajaran Socrates adalah
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi pertayaan
hauristik yang meminta siswa
berbagi, menganalisis,
mengevaluasi,dan mensintesis
pekerjaan/tugas mereka,
misalnya;
Bagaimana cara mengubah
sikap negatif personalia di
jurusan kita?
Bagaimana tim pekerjaan
mandiri dimanfaatkan untuk
meningkatkan hasil belajar ?
Mengapa siswa jarang sekali
siswa bercita-cita untuk
berprofesi da bidang
pendidikan/keguruan?
b. Pembelajaran mungkin bisa
di mulai dengan diskusi dalam
kelompok besar sebagai
penambahan ekspolasi.
c. Menentukan apakah siswa
harus belajar/bekerja
bersama-sama dalam
kelompok, perorangan,
seorang demi seorang atau
secara bebas.
B. MEDIA BERBASI CETAKAN
Materi pembalajaran berbasis
cetakan yang paling umum
dikenal adalah buku test,
buku penuntun, jurnal,
majalah dan lembaran bebas.
Tek berbasis cetakan
menentukan enam enam
elemen yang perlu di
perhatikan pada saat
merancang yaitu :
• Konsistensi
• Format
• Organisasi
• Daya Tarik
• Ukuran Huruf
• Ruang (spasi) kosong
Pentunjuk berikut mungkin
dapat membantu menyiapkan
media berbasis teks interaktif.
a. Sajian informasi dalam
jumlah yang selayaknya dapat
di cerna, diproses, dan
dikuasai.
b. Pertimbangan hasil
pengamatan dan analisis
kebutuhan siswa dan siapkan
latihan yang sesuai kebutuhan
tersebut
c. Pertimbangan hasil analisi
respon siswa, bagaimana
menjawab pertanyaan atau
mengerjakan latihan
memberikan kesempatan
untuk latihan tambahan.
C. MEDIA BERBASIS VISUAL
Media berbasis visual
memegang perang yang
sangat penting dalam proses
belajar. Benuk visual bisa
berupa :
a. Gambar Representasi
b. Diagram
c. Peta
d. Grafik
Ada beberapa prinsip umum
yang perlu di ketahui untuk
penggunaan efektif media
berbasis visual sebagai
berikut :
• Usahakan visual itu
sesederhana mungkin dengan
menggunkan gambar garis,
karton, bagan, dan diagram.
• Visual digunakan untuk
menekan informasi saran
sehingga pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan baik.
• Gunakan grafik untuk di
gamabar.
• Konsep-konsep visual itu
secara berdampingan.
• Tekanan kejelasan dalam
ketepatan dalam semua visual
• Hindari vusual yang tak
berimbang
• Visual yang diproyeksikan
harus dapat terbaca.
• Visual khusus diagram,
D. MEDIA BERBASIS AUDIO –
VISUAL
Media visual yang
menggabungkan penggunaan
siara memerlukan pekerjaan
tambahan untuk
memproduksinya.
Berikut adalah beberapa
pentunjuk praktis menulis
naskah narasi.
a. Tulis singkat padat dan
sederhana
b. Tulis seperti menbulis berit,
pendek dan tepat
c. Tulisan tidak harus kalimat
yang lengkap
d. Hindari istilah teknik
e. Tulisan dalam kalimat aktif
f. Usaha setiap kalimat tidak
lebih dari 5 kata.
E. MEDIA BERBASIS
KOMPUTER
Dewasa ini computer memiliki
fungsi yang berbeda-beda
dalam bidang pendidikan dan
latihan. Computer berperan
sebagai manajer dalam proses
pembelajaran yang dikenal
dengan nama computer
Managed Instruction (CMI).
Penggunaan computer sebagai
media pembelajran secara
umum mengikuti proses
intruksional sebagai berikut :
• Meencanakan, mengatur
dan menjadwalkan pelajaran.
• Mengevaluasi siswa
• Mengumpulkan data
mengenai siswa
• Melakukan analisis statistic
mengenai data pembelajaran
• Membuat catatan
perkembangan pembelajaran.
F. PEMENFAATAN
PERPUSTAKAAN SEBAGAI
SUMBER BELAJAR
Dalam dua decade terakhir ini
perpustakaan telah menjadi
bagain yang tidak terpisahkan
dari sekolah. Hamper disetiap
sekolah mulai dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi
terdapat perpustakaan
sekolah

Kamis, 23 Juli 2009

MAKALAH TARIKH ISLAMTENTANG PERKEMBANGANEKONOMI SOSIAL PADA MASADAULAT ABBASIYAH

PERKEMBANGAN EKONOMI
SOSIAL PADA MASA DAULAT
ABBASIYAH
a. Perdagangan
Perniagaan tetap menjadi
perhatian yang besar, baik
dari penguasa Umawiyah
maupun Abbasiyah lebih
menggondol bangsa Arab
dalam memegang sentral
kekuatan ekonomi negara,
termasuk dalam perdagangan.
Sementara pemerintah
Abbasiyah lebih egaliter dan
equal sifatnya, sehingga
golongan muslim manapun
bisa ikut andil dalam
memegang kendali
perdagangan, tanpa
mengalami kesulitan dalam
hal birokrasi tetapi
bagaimanapun satu hal yang
patut dibanggakan pada
kekuasaan dinasti Abbasiyah
Penyebaran yang efektif dari
agama Islam bukanlah akibat
perlakuan atau espansi militer
kewilayahan-kewilayahan
tertentu, melainkan melalui
kegiatan secara damai oleh
pihak-pihak saudagar muslim
dan oleh misi-misi golongan
sampai di sisi lain. Orang
tertarik memeluk agama
Islam berkat suri tauladan
yang mereka perlihatkan
dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Sumur-sumur dan terminal
tempat peristirahatan para
kapilah dagang yang
Menempuh rute daratan, kian
diperbanyak jumlahnya,
demikian juga menara-menara
pengontrol. Bagi yang
menggunakan rute laut
penguasa Abbasiyah
menambah jumlah armada
lautnya. Kecuali untuk
pengamanan pelabuhan-
pelabuhan dagang juga untuk
mengawal dan mengamankan
kapal-kapal yang mengarungi
lautan dari gangguan para
perampok. Perhatian ini
sangat memberi pengaruh
besar bagi perkembangan
perniagaan muslim yang
berskala lokal maupun
Internasional. Tidak heran jika
masyarakat Eropa pada saat
itu menjuluki para pedagang
muslim dengan “raja-raja dari
timur”
Dari Baghdad dan pusat-pusat
perdagangan Islam lainnya
para pedagang muslim
mengirim barang-barang
melalui samudera ke timur
jauh. Eropa dan Afrika, seperti
hasil-hasil industri perhiasan,
kaca logam, Mutiara dan
rempah-rempah. Mata uang
arab (Daulah Abbasiyah) yang
beberapa dasa warsa terakhir
ini ditemukan para arkeologi
di daerah utara sampai Rusia,
Finlandia, Jerman dan Swedia,
membuktikan bahwa kegiatan
kaum muslimin dari zaman ini
dan zaman berikutnya
meliputi seluruh dunia.
b. Rute Dan Pusat Penting
Perdagangan
Luas wilayah kerajaan yang
tingginya tingkat peradaban
yang dicapai baik dalam
bidang industri maupun
pertanian memaksa diadakan
suatu perdagangan
Internasional yang lebih luas.
Berikut rute-rute penting yang
dilalui para saudagar pada
kegiatan niaga pada masa
dinasti Abbasiyah.
1. Dari barat ke timur via
Mesir, memakai rute ini
Kebanyakan para pedagang
Yahudi yang menjadi mitra
usaha saudagar muslim dan
Irak. Di istahan mereka
mempunyai perkampungan
dagang yang disebut Havi
Yahudi (lorong Yahudi)
2. Dari Eropa ke Timur Via
Antiokh terus ke Baghdad
melalui sungai efrat,
kemudian teluk Persi, Yaman,
India dan China
3. Dari utara Rusia ke timur
melalui laut Kaspia kemudian
ke Marx, Balk, Bukhara,
Samarkhand, Transoxiana, dan
China
4. Jalur darat dari Eropa ke
timur dimulai dari Andalusia,
melalui Jabal Tarik ke
Maroko, Tunisia, Mesir,
Damaskus, Irak (Baghdad,
Basrah, dan Kuffah) lalu ke
Iran, Kirman, India dan
berakhir di China. Para
saudagar muslim yang
berniaga lewat jalur ini
sekarang disebut silk road
(jalur sutra). Disebut demikian
karena salah satu barang
dagangan yang diangkut
berupa sutra.
5. Jalur laut dan Teluk Persi,
Gujarat, Selat Malaka, Jawa,
Laut China ke Kanton (China)
Sebuah karya maha penting
tentang rute-rute dan pusat
perdagangan dan
pemerintahan ditulis pada
masa ini (abad ke 3 H/ 9
masehi) oleh seorang ahli
geografi Abu Al–Qosim bin
Khurdadhbeh dari Persia
dalam buku yang
dinamakannya Al-Musalik wa
al Mamalik, berikut pusat-
pusat penting perdagangan
pada masa dinasti Abbasiyah.
1. Antiokh yang terletak di
pesisir timur laut tengah
pelabuhan yang diperlebar
pada masa khalifah mu’tasim
ini merupakan pusat
perdagangan Syam yang
menjadi transit (perhentian)
para saudagar timur dan
barat.
2. Pelabuhan Iskandaria dan
varma, juga menjadi
penghubung antara pedagang
yang dagang dari Eropa dan
laut merah.
3. Ailot, Qolzam, dan Jeddah,
adalah pusat-pusat
perdagangan laut merah,
Jeddah bahkan setiap tahun
menjadi terminal jamaah haji
yang datang dari pelosok
dunia.
4. Aden pintu gerbang kapal-
kapal yang akan memasuki
laut merah
5. Basrah pintu gerbang kota
Baghdad dan muara sungai
Tigris didatangi oleh pedagang
dari timur dan barat
6. Baghdad merupakan kota
dagang terbesar di Asia,
sebagaimana Iskandaria
sebagai pusat perdagangan di
Afrika, kesemarakan kota ini
tidak saja disebabkan
kedudukannya sebagai ibu
kota daulat Abbasiyah dan
pusat pertemuan jalur-jalur
niaga dari seluruh penjuru.
7. Damaskus menjadi kota
dagang penting karena
dilewati oleh kapilah-kapilah
jamaah haji yang berangkat
dan pulang dari Mekkah.
8. Tushat, kota dagang Mesir
di zaman dinasti Fatimah,
merupakan kota terbersih dan
aman tentram
9. Tes (Maroko) dan lain-lain
Satu kebiasaan bangsa Arab
sebelum Islam dan diteruskan
kaum muslim, yakni
dilangsungkannya pekan-
pekan dagang dan bazaar
raya pada waktu-waktu
tertentu do kota-kota penting
perdagangan.
c. Pertanian
Kegiatan perdagangan tidak
mungkin mencapai kepesatan
yang luar biasa jika tidak
ditopang oleh kegiatan
pertanian dan Perindustrian
yang mapan. Hal ini yang
sangat menjadi perhatian para
penguasa dinasti Abbasiyah.
Pada masa Abbasiyah lah
bidang pertanian mengalami
perkembangan pesat, karena
di samping ibu kota terletak di
daerah sangat subur (diapit
oleh sungai Efrat dan Tigris),
para penguasa memberi
kekebasan kepada penduduk
setempat untuk mengolah
lahan pertanian mereka,
tanpa tekanan-tekanan yang
bersifat diskriminatif
(membeda-bedakan)
Sekolah-sekolah pertanian
dibuka untuk menganalisis
sifat-sifat tanah dan tanaman
yang cocok untuk ditanam di
atas jenis tanah dan iklim
yang beraneka, sebuah karya
penting tentang ilmu
pengolahan tanah dan
tanaman ditulis di Irak oleh
seorang insinyur, Ibn
Washiyyah dalam buku yang
dinamakan kitab Al-Filalah al
Nabatiyyah (291 H/904 M)
yang isinya merupakan hasil
riset dan perpaduan antara
ilmu tradisional dengan
ajaran-ajaran yang termaktub
dalam filsafat-filsafat kuno.
Wilayah Spanyol yang sangat
subur tidak disia-siakan kaum
muslimin. Gandum merupakan
makanan pokok hampir
seluruh kaum muslimin saat
itu diperkebunan sayur-mayur,
tumbuhan polong dan
beraneka ragam makanan
rambat serta rempah-rempah
melimpah ruah. Di wilayah-
wilayah selain sayuran, kaum
muslimin menanam seluruh
jenis buah-buahan yang
terdapat di Mediterania,
sementara di daerah pinggiran
gurun, ditanami pohon kurma
yang menjadi makanan pokok
penduduk miskin saat itu.
Pertanian merupakan sumber
terpenting kerajaan Abbasiyah
dan petani merupakan
mayoritas penduduk yang
mendiami seluruh wilayah
kekuasaan di antara mereka
yang hanya menjadi buruh
tani, praktek pengolahan
tanah pertanian tidak jauh
berbeda dengan praktek masa
khulafaur rasyidin.
d. Industri
Di bidang industri terdapat
pemisah antara sektor
pemerintah dan swasta, tetapi
bagaimana bebasnya pihak
swasta bergerak dalam suatu
industri kerajinan tangan
misalnya ia Tetap di bawah
aturan dan pengawasan
negara. Hampir seluruh
Perindustrian yang berskala
besar ditangani oleh negara,
seperti pabrik senjata,
galangan kapal laut, armada
perdagangan pabrik kertas
dan pabrik barang-barang lux
lainnya. Termasuk brukat
emas untuk pakaian para
khalifah dan hadiah raja-raja.
Demikian juga percetakan
mata uang emas dan perak.
Kerajinan tangan yang di
tangani oleh pihak swasta
sangat banyak dan bervariasi.
Secara umum para produsen
bertindak pula sebagai penjual
barang-barang yang
diproduksinya. Bahkan,
mereka yang bergerak di
bidang tekstil, terhimpun
dalam sebuah unit koperasi
yang disebut bazzaz (produsen
dan penjual kain) yang
pekerjanya penenun, pemintal
dan binatu, kekuatan mereka
yang begitu besar dan sangat
dominan, terutama di kota-
kota besar, melahirkan
kelompok baru dalam
masyarakat, aristokrat kaum
pedagang.
Beberapa bidang industri dan
kerajinan rakyat yang
terkenal pada masa ini antara
lain.
1. Industri gelas dan tembikar
2. Industri tekstil dan tenun
terdapat di Myat, Kabul,
Transoxiana, Maroko Andalus,
Merx dan Mesir mosul sejak
awal terkenal dengan
pembuatan permadani yang
khas, sedangkan kain kepala
dari sutra yang hingga kini
dikenal dengan sebutan
kufiah, Damaskus terkenal
dengan pembuatan kain
Dumas yang disulami dengan
benang emas dan kain-kain
tirai yang dibuat dari pintalan
sutra.
3. Kertas telah lama dikenal
orang di Cina. Ketika
Samarkhand ditaklukkan
kaum muslimin (704 M), di
kota ini terdapat pabrik kertas
tulis yang diproduksinya
sangat halus dan bagus, pada
akhir ke 8 M. Baghdad telah
memiliki pabrik kertas
tersendiri. Dari kaum
muslimin di Spanyol bangsa
Eropa mengenal kertas abad
ke 12 dan 13 M.
4. Industri pertimbangan,
penggalian perak, kuningan,
timah, dan besi terdapat di
daerah Afrika dan Andalus.
5. Penggilingan gula tebu
menyebar di sebelah barat
daya Persia, Basrah, dan
Tusthat, begitu juga
pengolahan minyak jaitun
yang menjadi pelezat
makanan terdapat di Andalus
Maroko dan Mesir.
6. Selain jenis industri yang
tercantum di muka dinasti
Abbasiyah menggalakan
industri pembuatan lilin, sabun
kerajinan kulit, galangan
kapal perang dan lain-lain.
e. Penggunaan Mata Uang
(Sikka)
Sejak masa Rasulullah, mata
uang telah digunakan kaum
muslimin sebagai salah satu
bentuk pembayaran pajak,
tetapi mereka masih
menggunakan mata uang
romawi dan Persia, dinar dan
dirham, Umar bin Khatab
ketika menjabat khalifah
mulai mencetak uang yang
berciri khas Islam tetapi
bentuknya masih seperti mata
uang Kisra (Persia). Di dalam
koin tersebut hanya ditambah
lafadz Alhamdulillah, bahkan
tercantum namanya sendiri
Umar di Mekkah. Abdullah bin
Zubair mencetak uang sendiri
uang dirham bulat dengan
lafadz Abdullah Muhammad
Rasulullah dan Amarallah
biladli wal wafa.
Barulah pada masa dinasti
Abbasiyah tepat pada masa
khalifah Abdul Malik bin
Marwan (65-96) dicetak pada
masa daulat Islam. Mata uang
dicetak dengan bahan perak
(disebut dirham) dan bahan
emas (dinar) bertuliskan la
ilaha illahau wahdah la
syarikalah, atau surat al-
ikhlas dan ayat-ayat tertentu
dari al-Qur'an. Di sisi lain
tertulis tempat dan tahun
percetakan.
Mata uang Islam segera
disebarkan ke wilayah–
wilayah Islam diberbagai
pelosok. Sejak itu mata uang
Persia atau romawi tidak lagi
dipergunakan, khalifah Abdul
Malik sangat ketat dalam
penggunaan mata uang, ia
mengancam dengan hukuman
mati bagi seseorang muslim
yang tidak menggunakan
mata uang Islam sebagai
sarana jual beli
f. Kehidupan Sosial
Para penguasa Abbasiyah
membentuk masyarakat
berdasarkan rasa persamaan.
Pendekatan terhadap kaum
Malawi dilakukan antara lain
dengan mengadopsi sistim
Administrasi dari tradisi
setempat (Persia) mengambil
beberapa pegawai dan
Menteri dari bangsa Persia
dan meletakan ibu kota
kerajaannya, Baghdad di
wilayah yang dikelilingi oleh
bangsa dan agama yang
berlainan seperti bangsa Aria
dan Sumit dan agama Islam,
Kristen, dan Majusi.
Pembagian kelas dalam
masyarakat Daulat Abbasiyah
tidak lagi berdasarkan ras
atau kesukaan, melainkan
berdasarkan jabatan
seseorang seperti menurut
jarzid Zaidan, masyarakat
Abbasiyah terbagi dalam 2
kelompok besar, kelas khusus
dan kelas umum. Kelas khusus
terdiri dari khalifah, keluarga
khalifah (Bani Hasyim) para
pembesar negara (Menteri,
gubernur dan panglima).
Kaum bangsawan non Bani
Hasyim (Quraisy) pada
umumnya. Dan pra petugas
khusus, tentara dan pembantu
Istana. Sedangkan kelas
umum terdiri dari para
seniman, ulama, pujangga
fukoha, saudagar dan
penguasa buruh dan petani.
KESIMPULAN
1. Untuk memajukan usaha
perdagangan nasional maupun
Internasional, para khalifah
Menempuh beberapa usaha
antara lain: memperbanyak
jumlah sumur-sumur dan
tempat peristirahatan para
khalifah dagang yang
Menempuh rute daratan dan
kemudian mendirikan menara-
menara, pengontrol armada
laut dan membentuk pasukan
pengamanan untuk kebutuhan
perdagangan jalur laut.
2. Para saudagar, terutama
yang berniaga melalui jalur
darat dan Asia barat dan
tengah hingga ke daratan Cina
dan India sangat besar jasanya
dalam menyebarkan agama
Islam di wilayah-wilayah yang
dikunjunginya.
3. Kepemilikan tanah pada
masa Abbasiyah umumnya
terbagi ke dalam tanah milik
kaum muslim tanah wakaf
beberapa model praktek
pengolahan tanah antara lain
muzara’ah dan mugharasah.
4. Perindustrian terbagi ke
dalam sektor industri yang
ditangani dan yang oleh pihak
negara dan pihak swasta
5. Pendapatan kas negara
bersumber antara lain dari
zakat jizyah, gharimah usy’r
kharaj dan pajak
perdagangan. Pendapatan
antara lain dibelanjakan untuk
haji pegawai negara, tentara,
pembangunan pertanian dan
industri perlengkapan senjata
perang, ongkos para tahanan,
dan hadiah-hadiah bagi orang
yang dikehendaki para
khalifah.
6. Pada masa dinasti
Abbasiyah, suasana kehidupan
bermasyarakat lebih
berdasarkan persamaan

Selasa, 21 Juli 2009

MAKALAH ILMU PENDIDIKANTENTANG SISTEM PENDIDIKANLUAR SEKOLAH

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
UNESCO dengan komisi Edgar
faure telah berhasil
meletakan asas pendidikan
yang fundamental dan berlaku
untuk penyelenggaraan
pendidikan, yakni asas
pendidikan seumur hidup / Ife
long edu cation. Sebagai
dampak timbulnya asas
pendidikan ini, maka
dikenallah berbagai bentuk
penyelenggaraan pendidikan
dan yang diarahkan bagi
pendidikan anak, remaja,
orang dewasa maupun orang
tua baik mereka yang belum
bekerja maupun mereka yang
telah bekerja.
Penyelenggaraan pendidikan
demikian pasti berbeda satu
sama lain dan pada umumnya
dikenal berbeda system
pendidikan yang digunakan,
yakni sistem pendidikan
sekolah disatu pihak dan
system pendidikan luar
sekolah di lain pihak.
Sebagaimana asas pendidikan
seumur hidup, sistem
pendidikan luar sekolah telah
lama dikenal dan digunakan
dalam penyelenggaraan
pendidikan baik di negara
maju maupun negara yang
sedang berkembang
1.2 Permasalahan
Dengan meninjau ciri-ciri dan
klasifikasi pendidikan luar
sekolah, maka sasaran
pendidikan luar sekolah, tidak
mudah ditetapkan seperti
pendidikan sekolah. Oleh
karena itu, beberapa
permasalahan dalam makalah
ini diantaranya adalah.
1 Apa saja sasaran pendidikan
luar sekolah untuk pemuda?
2 Apa saja sasaran pendidikan
luar sekolah untuk orang
dewasa?
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah
ini yaitu sebagai berikut:
1 Untuk mengetahui sasaran
pendidikan luar sekolah
kepada para pemuda.
2 Untuk mengetahui sasaran
pendidikan luar sekolah
kepada orang dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Alasan-alasan Timbulnya
Sistem Pendidikan Luar
Sekolah
Secara terperinci dapat
diungkapkan bahwa alasan-
alasan timbulnya pendidikan
luar sekolah adalah:
1 Alasan dari Segi Faktual-
Historis
a. Kesejarahan
Pada umumnya sementara
orang beranggapan bahwa
bila memperbincangkan
masalah pendidikan maka
arientasinya ke dunia sekolah
dan menghubungkan guru
dengan murid.
Mereka kurang menyadari
bahwa sebelum seseorang
anak menjadi murid, anak-
anak telah memperoleh
pendidikan yang telah
diberikan oleh keluarganya
terutama ayah dan ibunya
Anak-anak bayak belajar di
rumah dari ibunya atau orang
tuanya di mana dan kapan
saja serta menyangkut
berbagai hal yang mereka
perlukan di dalam
petumbuhannya ke arah
sempurna
Hal ini seperti diungkapkan
oleh Drs. SWARNO bahwa: “Di
dalam keluargalah anak
pertama-tama menerima
pendidikan, dan pendidikan
yang diperoleh dalam
keluarga ini merupakan
pendidikan yang terpenting
atau utama terhadap
perkembangan pribadi anak”.
Jadi jelas, anggapan
sementara orang seperti
tersebut di atas merupakan
pengingkaran terhadap
kenyataan yang ada
Di samping itu, sudah
selayaknya orang tua
mempunyai tanggung jawab
moral terhadap pendidikan
anak-anaknya agar mereka
kelak menjadi orang desa
yang tidak tercela
b. Kebutuhan Pendidikan
Kesadaran akan kebutuhan
pendidikan dari masyarakat
semakin meluas seiring
dengan munculnya Negara-
negara yang baru merdeka
dengan segala kekurangannya
akibat penjajahan di masa
lampau yang berlangsung
berpuluh-puluh tahun atau
bahkan beratus-ratus tahun
Sisi lain yang berpengaruh
akan kesadaran kebutuhan
pendidikan ini adalah
kemajuan ilmu dan teknologi,
perkembangan ekonomi,
perkembangan politik, yang
melanda hampir di semua
belahan dunia
Realitas lain adalah makin
dibutuhkannya berbagai
macam keahlian dalam
menyongsong kehidupan yang
semakin kompleks dan penuh
tuntutan, maka wajar
masyarakat menghendaki
berbagai penyelenggaraan
pendidikan dengan program-
program keahlian
Hal ini berimplikasi pada
system dan bentuk-bentuk
pendidikan yang dilaksanakan
seterusnya dikenal adanya
system pendidikan sekolah
dan system pendidikan luar
sekolah serta ada bentuk
pendidikan formal, pendidikan
informal dan pendidikan non
formal
c. Keterbatasan Sistem
Persekolahan
Di sisi lain system
persekolahan, mengharuskan
siswa berada dalam bentuk
menyeluruh dan kahlian yang
sejenis sehingga mereka
terasing dari pengetahuan dan
keahlian lain
Kekurang / kelemahan sistem
persekolahan inilah yang
memungkinkan kegiatan
pendidikan luar sekolah
menerobosnya sehingga
terungkaplah pengetahuan
dan keahlian yang selama ini
dirasakan sebagai
kekurangan.
d. Potensi Sumber Belajar
Di masyarakat teryata
tersebar berbagai sumber
belajar yang tidak terbilang
banyaknya dan sumber belajar
demikian dapat bersifat
makhluk hidup maupun benda-
benda mati
Orang-oang yang ahli, orang-
orang yang pintar, orang-
orang yang terampil penuh
pengalaman merupakan
sumber belajar yang bersifat
manusiawi sedangkan
kepustakaan desa, Koran,
Majalah, Kaset, Film, dan
bengkel kerja yang ada,
merupakan sumber belajar
yang bisa memperoleh ilham
untuk menemukan kebutuhan
yang berguna bagi seseorang.
Sumber-sumber belajar
tersebut, memberi lapangan
bagi penyelenggaraan
pendidikan luar sekolah baik
berupa kursus dan latihan
yang selama ini belum mereka
dapatkan dan alami
e. Keterlantaran Pendidikan
Luar Sekolah
Pada mulanya orang telah
menyelenggarakan berbagai
kegiatan pendidikan yang
pada hakikatnya
menggunakan system di luar
dunia sekolah dan
dilaksanakan bersamaan
denga pendidikan sekolah
biasa, namun kegiatan-
kegiatan banyak yang telah
ditinggalkan orang
1 Masseducation pendidikan
yang memberikan kecakapan
2 Adult Enducation
a. Pendidikan Lanjutan
b. Pendidikan Pembaruan
c. Pendidikan Kader
Organisasi
d. Pendidikan Populer
3 Fundamental Education
 Kecakapan berfikir dan
bergaul dan berumah tangga
 Kecakapan kerajinan dan
kesenian
 Kecakapan kejujuran
 Pengetahuan tentang
Lingkungan alam
 Pendidikan jiwa, akhlak dan
kesehatan
4 Pendidikan Masyarakat
 Kursus dan Latihan
 Kumpulan Belajar
 Kelas Bebas
 Pama dan Pami
 Sekolah Keliling
5 Pendidikan kemasyarakatan
dapat dicontohkan Balai
Pengetahuan Rakyat
6 Extention Education
 Amerika Serikat dengan
nama Defartemen of
Continuation Education,
University Extention
Departement
 Inggris dengan nama
Departemen of Extra Mural
Studies
2 Alasan dari segi Analisa-
Perspektif
a. Palestarian Indentitas
Bangsa
Perubahan-perubahan yang
bermakna ditekankan pada
adanya isi perubahan yang
berhubunhan dengan identitas
bangsa yakni penerusan
kebudayaan nasional dari satu
generasi ke generasi
selanjutnya
Tujuan perubahan ini
menyangkut keselarasan dan
keseniam perkembangan
bangsa yang bersangkutan di
tengah-tengah kemajuan
zaman sekarang ini sehingga
bangsa tersebut dapat hidup
dan berperan aktif di dunia
Perubahan secara sistemtis
dimaksudkan bahwa
perubahan tersebut melalui
langkah-langkah dan saluran-
saluran sehingga perubahan
dapat diarahkan dan
dipertanggung jawabkan
tercapainya tujuan yang
diinginkan
b. Kecenderungan Belajar
Individual-Madiri
Kecenderungan belajar
seseorang tidak bisa dihalangi
oleh siapapun dan keinginan
untuk belajar ini dapat timbul
kapan saja dengan tidak
memendang Jenis Kelamin,
Usia, Latar belakang
pendidikan, tempat tinggal
dan kecenderungan ini juga
diperkuat oleh kemajuan ilmu
dan teknologi seperti: Radio,
Televisi, Mass media cetak
dan kemudahan komunikasi
antar daerah. Tersebarnya
ahli pengetahuan yang lebih
propesional semakin dapat
memenuhi keinginan belajar
mendiri.
3 Alasan dari Segi Formal-
Kebijakan
a. Undang-undang Dasar 1945
1 Pembukaan UUD 1945
menyebutkan
Melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan social.
2 Batang tubuh UUD 1945
menyebutkan pula:
Pasal 31, ayat (1) : Tiap-tiap
warga negara berhak
mendapatkan pengajaran”.
Pasal 31, ayat (2) : Pemerintah
mengusahakan dan
menyelengarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang
diatur dengan undang-
undang”.
b. Garis-garis Besar Haluan
Negara
1 Pendidikan berlangsung
seumur hidup dan
dilaksanakan di dalam
lingkungan rumah tangga,
sekolah, dan masyarakat
2 Pendidikan juga menjangkau
program-program luar
sekolah yaitu pendidikan yang
bersifat kemasyarakatan,
termasuk kepramukaan,
latihan-latihan keterampilan
dan pemberantasan buta
huruf dengan mendaya
gunakan sarana dan
prasarana yang ada
c. Pelita Ketiga
PLS merupakan salah satu
subsistem dari satu sistem
pendidikan nasional, yang
turut membentuk manusia
seutuhnya dan membina
pelaksanaan konsep
pendidikan seumur hidup.
Kedua subsistem pendidikan
sekolah dan luar sekolah,
yang saling menunjang dan
saling melengkapi
2.2 Definisi Pendidikan Luar
Sekolah
Penbahasan tentang
pendidikan luar sekolah
memang merupakan hal yang
menarik, karena:
1 Pendidikan luar sekolah
merupakan sistem baru dalam
dunia pendidikan yang bentuk
dan pelaksanaanya berbeda
dengan system sekolah yang
sudah ada
2 Dalam pendidikan luar
sekolah terdapat hal-hal yang
sama-sama pentingnya bila
dibandingkan dengan
pendidikan luar sekolah,
seperti: bentuk pendidikan,
tujuannya, sasarannya,
pelaksanaannya dan
sebagainya.
3 Jadi dengan pendidikan luar
sekolah telah terkandung
semua unsure yang
disyaratkan oleh sesuatu
sistem seperti anak didik,
pendidik, waktu, materi dan
tujuan. Dengan sistem
pendidikan luar sekolah
berarti adanya suatu pola
tertentu untuk melakukan
pekerjaan / fungsi yakni
mendidik, pekerjaan / fungsi
mana berbeda dengan
pekerjaan / fungsi system
pendidikan formal.
4 Mengajar bagaimana
caranya belajar
5 Peranan guru makin sebagai
partner anak didik dalam hal
belajar
6 Ada jalinan hubungan antara
sekolah dengan masyarakat
dan agar anak-anak tidak
terasing dari masyarakat
7 Sekolah harus merupakan
system nyang terbuka, bagi
anak-anak. Dalam
hubungannya dengan
penerapan asas pendidikan
seumur hidup “ sistem
pendidikan di sekolah disebut
multi ezit etry system ”. Sebab
dalam asas pendidikan seumur
hidup ini semua orang dapat
saja disebutkan sebagai anak
didik. Sehingga pendidikan
sekolah dan pendidikan luar
sekolah dapat dipandang
sebagai makro maupun mikro
dalam hubungannya dengan
sistem pendidikan.
2.3 Ciri-ciri Pendidikan Luar
Sekolah
1. The diverse types of out-of
school education are designed
to accomplish many purposes
2. The boundary is a skifting
one between what many be
considered as formal
education and these many
complementary types of
education.
3. Tanggung jawab
penyelenggaraan lembaga
pendidikan luar sekoalah di
bagi oleh pengawasan umum /
masyarakat, pengawasan
pribadi atau kombinasi
keduanya.
4. Beberapa lembaga
pedidikan luar sekolah
disiplinkan secara ketat
tehadap waktu pengajaran,
teknologi modern,
kelengkapan dan buku-buku
bacaan
5. Guru-guru mungkin dilatih
secara khusus untuk tugas
tertentu atau hanya
mempunyai kualifikasi
professional di mana tidak
termasuk identitas guru
6. Penekanan pada
penyebaran program teori dan
praktek secara relatif dari
pada pendidikan luar sekolah
7. Tidak seperti pendidikan
formal, tingkat sistem
pendidikan luar sekolah
terbatas yang diberikan
kredensial.
2.4 Sasaran Pendidikan Luar
Sekolah
Adapun sasaran pendidikan
luar sekolah dapat dibagi
menjadi 2 sasaran pokok
yaitu:
1 Pendidikan Luar Sekolah
untuk Pemuda
a. Sebab-sebab timbulnya
1) Banyak anak-anak usia
sekolah tidak memperoleh
pendidikan sekolah yang
cukup
2) Mereka memperoleh
pendidikan yang tradisional
3) Mereka memperoleh
latihan kecakapan khusus
melalui pola-pola pergaulan
4) Mereka dituntut
mempelajari norma-norma
dan tanggung jawab sebagai
sangsi dari masyarakat.
b. Kelompok-kelompok
kegiatan pendidikan luar
sekolah antara lain
1) Klub Pemuda
2) Klub-klub Pemuda tani
3) Kelompok Pergaulan
2 Pendidikan Luar Sekolah
untuk orang Dewasa
Pendidikan ini timbul oleh
karena:
a. Orang-orang dewasa
tertarik terhadap profesi
kerja.
b. Orang dewasa tertarik
terhadap keahlian.
Dalam rangka memperoleh
pendidikan di atas dapat
ditempuh melalui:
1) Khursus-khursus Pendek
2) In Service-training
3) Surat-menyurat
Sesuai dengan rancangan
Peraturan Pemerintah maka
sasaran pendidikan luar
sekolah dapat meliputi:
 Ditinjau dari Segi Sasaran
Pelayan, berupa:
1) Usia Pra-Sekolah (0-6 tahun)
Fungsi lembaga ini
mempersiapkan anak-anak
menjelang mereka pergi
sekolah (Pendidikan Formal)
sehingga mereka telah
terbiasa untuk hidup dalam
situasi yang berbeda dengan
lingkungan keluarga.
2) Usia Pendidikan Dasar (7-12
tahun)
Usia ini dilaksanakan dengan
penyelenggaraan program
kejar paket A dan
kepramukaan yang
diselenggarakan secara
sesame dan terpadu
3) Usia Pendidikan Menengah
(13-18 tahun)
Penyelenggaraan pendidikan
luar sekolah untuk usia
semacam ini diarahkan untuk
pengganti pendidikan, sebagai
pelenggkap dan penambah
program pendidikan bagi
mereka
4) Usia Pendidikan Tinggi
(19-24 ntahun)
Pendidikan luar sekolah
menyiapakan mereka untuk
siap bekerja melalui
pemberian berbagai
keterampilan sehingga
mereka menjadi tenaga yang
produktif, siap kerja dan siap
untuk usaha mandiri
 Ditinjau dari Jenis Kelamin
Program ini secara tugas
diarahkan pada kaum wanita
oleh karena jumlah mereka
yang besar dan partisipasinya
kurang dalam rangka
produktivitas dan eferiensi
kerja maka pendidikan luar
sekolah membanntu mereka
melalui program-program
PKK, Program KB dan lain-
lainnya
 Berdasarkan Lingkungan
Sosial Budaya
Sasaran pendidikan luar
sekolah dapat berupa:
1) Masyarakat Pendesaan
Masyarakat ini meliputi
sebagian besar masyarakat
Indunesia dan program
diarahkan pada program-
program mata pencarian dan
projgran pendayagunaan
sumber-sumber alam
2) Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan yang
cepat terkena perkembangan
ilmu dan teknologi, sehingga
masyarakat perlu
memperoleh tambahan
tersebut melalui pemberian
informasi dan khursus-khursus
kilat
3) Masyarakat Terpencil
Untuk itu masyarakat
terpencil ini perlu ditolong
melalui pendidikan luar
sekolah yang mereka dapat
mengikuti perkembangan dan
kemajuan nasional
 Berdasarkan kekhususan
Sasaran Pelajar
1) Peseta didik yang dapat
digolongkan terlantar, seperti
anak yatim piatu
2) Peserta didik yang karena
berbagai sebab sosial, tidak
dapat mengikuti program
pendidikan persekolahan
 Berdasarkan Pranata
Dalam pendidikan luar
sekolah memiliki pranata yang
bermacam-macam seperti:
pendidikan keluarga,
pendidikan perluasan
wawasan dasa dan pendidikan
keterampilan
 Berdasarkan Sistem
Pengajaran
Sistem Pengajaran dalam
proses penyelenggaraan dan
pelaksanaan program
pendidikan luar sekolah
meliputi:
1) Kelompok, organisasi dan
lembaga
2) Mekenisme sosial budaya
seperti perlombaan dan
pertandingan
3) Kesenian tradisioanal,
seperti wayang, ludruk,
ataupun teknologi modern
seperti televisi, radio, film,
dan sebagaimana
4) Prasarana dan sarana
seperti balai desa, masjid,
gereja, sekolah dan alat-alat
pelengkapan kerja.
 Berdasarkan Segi
Pelembangan Program
Pelembagaan program yang
dimaksud keseluruhan proses
pengintegrasian anhtara
program pendidikan luar
sekolah dan perkembangan
masyarakat
1) Program antara sektoral
dan swadaya masyarakat
seperti PKK, PKN, dan
P2WKSS.
2) Kordinasi perencanaan dasa
atau pelaksana program
pembangunan
3) Tenaga pengarahan di
tingkat pusat, propinsi,
kabupaten, kecamatan dan
desa
2.5 Wadah Kegiatan
Pendidikan Luar Sekolah
1 Kursus
Kursus tetap memenuhi unsur
belajar-mengajar seperti
warga belajar, sumber
belajar, program belajar,
tempat belajar dan pasilitas.
Sistem pengajaran dapat
berupa ceramah, diskusi,
latihan, praktek dan
penugasan. Dan pada akhirnya
kursus ada evaluasi untuk
menentukan keberhasilan
dalam Bentuk STTB
2 Kelompok Belajar
Kelompok belajar adalah
lembaga kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu
tergantung pada kebutuhan
warga belajar. Program
belajar dapat berupa paket-
paket belajar dan dapat
disusun bersama antara
sumber belajar dan warga
belajar
3 Pusat Pemagangan
Pusat pemagangan adalah
suatu lembaga kegiatan
belajar mengajar yang
merupakan pusat kegiatan
kerja atau bengkel sehingga
peserta didik dapat belajar
dan bekerja
Dalam hal ini ada 2 macam
a) Apprenti peship
b) Internaship
4 Pusat Kegiatan Belajar
PKB terdapat di dalam
masyarakat lyas seperti
pesantren, perpustakaan,
gedung kesenian, took, rumah
ibadat, kebun percobaan dan
lain-lain lembega-lembaga
tersebut para peserta dapat
memperoleh proses belajar-
mengajar sesuai yang mereka
inginkan
5 Keluarga
Keluarga adalah lembaga
pertama dan utama yang
dialami oleh seseorang
dimana proses belajar yang
terjadi tidak berstruktur dan
pelaksanaannya tidak terikat
oleh waktu. Program ini
meliputi: nilai-nilai sosial-
budaya, sosial politik, agama,
idielogi, dan pertahanan
keamanan.
6 Belajar Sendiri
Di pihak lain setiap individu
dapat belajar sendiri di
manapun dan kapanpun
melalui buku-buku bacaan
ilmiah, modul, buku paket
belajar dan sebagainya
7 Kegiatan-kegiatan Lain
Kegiatan ini dapat meliputi
penyuluhan, seminar, dakwah,
lokakarya, diskusi panel dan
sebgainya
BAB III
KONTRIBUSI
3.1 Kajian Secara Teoritis
Kajian secara teoritis pada
makalah yang berjudul “
Pendidikan Luar Sekolah” ini
yaitu. Fundamental Education
artinya Pendidikan Dasar yang
dilancarkan sendiri oleh
UNESCO, terutama menolong
masyarakat untuk mencapai
kemajuan sosial-ekonomi,
agar dengan demikian mereka
dapat menduduki tempat yang
lanyak dalam dunia modern.
Pendidikan ini jelas ditujukan
kepada masyarakat dan
daerah yang terbelakang agar
masyarakat dan daerah ini
dapat menyamai dengan
masyarakat sekitarnya yang
telah maju
3.2 Kajian Secara Praktis
Kajian secara praktis pada
makalah ini yaitu wahana
untuk meleksanakan program-
program belajar dalam usaha
menciptakan suasana
menunjang perkembangan
peserta didik dalam kaitanya
dengan perluasan wawasan
peningkatan keterampilan dan
kesejahteraan keluarga.
Adapun bentuk-bentuknya
yaitu:
a. Kursus
b. Kelompok Belajar
c. Pusat Pemagangan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pendidikan luar sekolah
disebut juga suatu sistem
pendidikan yang didalamnya
terdapat keumpalan
komponen (unsur-unsur) yang
saling berhungan dan
diorganisir untuk mencapai
tujuan. Jadi dengan pendidikan
luar sekolah telah terkandung
semua unsur yang disyaratkan
oleh suatu sistem seperti anak
didik, pendidik, waktu, materi
dan tujuan
Dengan sistem pendidikan luar
sekolah berarti adanya suatu
pola tertentu untuk
melakukan pekerjaan / fungsi
yakni mendidik, pekerjaan /
fungsi mana berbeda dengan
perjaklanan / fungsi sistem
pendidikan formal. Misalnya,
sekolah tidak lagi bertugas
utama memberikan pelajaran
yang berupa faktor-faktor dan
pengetahuan hafalan kepada
murid dan sekolah tidak lagi
merupakan sistem tertutup.
Artinya sekolah hendaknya
selalu memberi kesempatan
pada anak setiap saat untuk
memperoleh pendidikan,
sehingga: sekolah harus
merupakan sistem yang
terbuka bagi anak-anak
4.2 Saran
Sebagai suatu proses yang
dinamis, pendidikan akan
senantiasa berkembang dari
waktu ke waktu sesuai dengan
perkembangan yang terjadi di
lingkungan umumnya. Salah
satu ciri dari perkembangan
pendidikan adalah adanya
perubahan-perubahan dalam
berbagai komponen sistem
pendidikan seperti kurikulum
strategi belajar-mengajar, alat
bantu mengajar, sara dan
prasarana, sumber-sumber
dan sebagainya.
Perkembangan ini sudah tentu
akan mempengaruhi
kehidupan para siswa baik
dalam bidang akademik, sosial
maupun pribadi
Oleh karena itu para siswa
diharapkan mampu
menyesuaikan diri dengan
setiap perkembangan
pendidikan yang terjadi untuk
mencapai sukses yang berarti
dalam keseluruhan proses
belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Joesoef, Prof Drs. Soeleiman.
1992. Konsep Dasar
Pendidikan Luar Sekolah. Bumi
Aksara. Jakarta

Senin, 20 Juli 2009

MAKALAH ILMU PENDIDIKANTENTANG PENGARUHKETERLIBATAN ORANG TUATERHADAP MINAT MEMBACAANAK DITINJAU DARIPENDEKATAN STRESLINGKUNGAN

BAB I
PENDAHULUAN
Tiap bulan September
diperingati sebagai Bulan
Gemar Membaca dan Hari
Kunjung Perpustakaan.
Melalui peingatan itu
diharapkan masyarakat
menjadi gemar membaca,
khususnya anak-anak Sekolah
Dasar (SD); sebab membaca
adalah kunci untuk
keberhasilan belajar siswa di
sekolah. Kemampuan
membaca dan minat membaca
yang tinggi adalah modal
dasar untuk keberhasilan
anak dalam berbagai mata
pelajaran.
Sejak tahun 1995 sampai
sekarang, media massa selalu
memuat berita mengenai
minat membaca masyarakat,
terutama minat membaca
anak-anak SD. Misal harian
Suara Merdeka menulis tajuk
rencana dengan judul
Kegemaran Membaca Belum
Seperti Yang Diharapkan
(Suara Merdeka, 1995).
Kompas memuat artikel
Rumah Baca, Upaya
Menumbuhkan Minat Baca
(Kompas, 1995) dan Pikiran
Rakyat (2000) melalui tulisan
Wakidi yang berjudul Minat
Membaca Anak Sekolah Dasar
juga ikut prihatin dengan
minat membaca anak SD yang
rendah. Media elektronik
seperti televisi juga ikut
menayangkan iklan layanan
masyarakat untuk
meningkatkan minat
membaca.
Tulisan di surat kabar dan
tayangan iklan layanan
masyarakat di televisi pada
intinya menyuarakan
kepihatinan terhadap minat
membaca anak-anak yang
masih rendah. Padahal
masalah minat membaca
merupakan persoalan yang
penting dalam dunia
pendidikan. Anak-anak SD
yang memiliki minat membaca
tinggi akan berprestasi tinggi
di sekolah, sebaliknya anak-
anak SD yang memiliki minat
membaca rendah, akan
rendah pula prestasi
belajarnya (Wigfield dan
Guthrie, 1997).
Hampir tiap tahun orang tua
diingatkan untuk
menanamkan dan
menumbuhkan minat
membaca anak melalui media
massa, namun keluhan bahwa
minat membaca anak tetap
rendah masih selalu
terdengar. Nampaknya belum
ditemukan cara yang efektif
untuk melibatkan orang tua
dalam menolong
meningkatkan minat
membaca. Belum banyak
diteliti mengenai faktor-faktor
yang menentukan bagaimana
cara melibatkan orang tua
untuk meningkatkan minat
membaca anak. Pemahaman
terhadap faktor-faktor
tersebut dapat digunakan
untuk mengembangkan
intervensi yang efektif untuk
meningkatkan keterlibatan
orang tua dalam
menumbuhkan minat
membaca anak di keluarga
masing-masing.
Kesulitan untuk melibatkan
orang tua menjadi makin
bertambah pada keluarga
dengan sosial ekonomi
rendah. Krisis ekonomi,
bencana alam dan kerusuhan
di beberapa daerah di
Indonesia menambah jumlah
keluarga miskin sehingga
mereka tersisih dari
kehidupan kota dan tinggal di
kantong-kantong kemiskinan.
Mereka sering mengalami
pertengkaran dalam masalah
keuangan keluarga sehingga
mengalami stres tiap hari.
Stres ini mkin bertambah
tinggi oleh stres kerja, tinggal
di daerah kumuh, panas,
bising dan sesak, persoalan
kegagalan pendidikan anak
dan laju kelahiran anak yang
sulit dikendalikan. Tumpukan
stres ini menyita dan
membuang energi orang tua
untuk hal yang negatif dan
perhatian mereka tidak
terpusat untuk terlibat
menolong anak dalam
membaca sehingga minat
membaca anak tidak tumbuh
dan berkembang.
Berdasarkan permasalahan
tersebut, maka secara
berurutan akan dibahas
mengenai minat membaca
anak, pendekatan stres
lingkungan dan yang terakhir
pengaruh keterlibatan orang
tua terhadap minat membaca
anak ditinjau dari pendekatan
stres lingkungan.
BAB II
MINAT MEMBACA
A. Minat Membaca Anak
Aktivitas membaca akan
dilakukan oleh anak atau
tidak sangat ditentukan oleh
minat anak terhadap aktivitas
tersebut. Di sini nampak
bahwa minat merupakan
motivator yang kuat untuk
melakukan suatu aktivitas.
Secara umum minat dapat
diartikan sebagai suatu
kecenderungan yang
menyebabkan seseorang
berusaha untuk mencari
ataupun mencoba aktivitas-
aktivitas dalam bidang
tertentu. Minat juga diartikan
sebagai sikap positif anak
terhadap aspek-aspek
lingkungan. Ada juga yang
mengartikan minat sebagai
kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan
menikmati suatu aktivitas
disertai dengan rasa senang.
Meichati (1972) mengartikan
minat adalah perhatian yang
kuat, intensif dan menguasai
individu secara mendalam
untuk tekun melalukan suatu
aktivitas.
Aspek minat terdiri dari aspek
kognitif dan aspek afektif.
Aspek kognitif berupa konsep
positif terhadap suatu obyek
dan berpusat pada manfaat
dari obyek tersebut. Aspek
afektif nampak dalam rasa
suka atau tidak senang dan
kepuasan pribadi terhadap
obyek tersebut.
Membaca adalah proses untuk
memperoleh pengertian dari
kombinasi beberapa huruf dan
kata. Juel (1988) mengartikan
bahwa membaca adalah
proses untuk mengenal kata
dan memadukan arti kata
dalam kalimat dan struktur
bacaan. Hasil akhir dari
proses membaca adalah
seseorang mampu membuat
intisari dari bacaan.
Secara operasional Lilawati
(1988) mengartikan minat
membaca anak adalah suatu
perhatian yang kuat dan
mendalam disertai dengan
perasaan senang terhadap
kegiatan membaca sehingga
mengarahkan anak untuk
membaca dengan
kemauannya sendiri. Aspek
minat membaca meliputi
kesenangan membaca,
kesadaran akan manfaat
membaca, frekuensi membaca
dan jumlah buku bacaan yang
pernah dibaca oleh anak.
Sinambela (1993) mengartikan
minat membaca adalah sikap
positif dan adanya rasa
keterikatan dalam diri anak
terhadap aktivitas membaca
dan tertarik terhadap buku
bacaan. Aspek minat
membaca meliputi
kesenangan membaca,
frekuensi membaca dan
kesadaran akan manfaat
membaca.
Berdasar pendapat-pendapat
di atas maka dapat
disimpulkan bahwa minat
membaca adalah kekuatan
yang mendorong anak untuk
memperhatikan, merasa
tertarik dan senang terhadap
aktivitas membaca sehingga
mereka mau melakukan
aktivitas membaca dengan
kemauan sendiri. Aspek minat
membaca meliputi
kesenangan membaca,
frekuensi membaca dan
kesadaran akan manfaat
membaca.
Minat membaca perlu
ditanamkan dan ditumbuhkan
sejak anak masih kecil sebab
minat membaca pada anak
tidak akan terbentuk dengan
sendirinya, tetapi sangat
dipengaruhi oleh stimulasi
yang diperoleh dari
lingkungan anak. Keluarga
merupakan lingkungan paling
awal dan dominan dalam
menanamkan, menumbuhkan
dan membina minat membaca
anak. Orang tua perlu
menanamkan kesadaran akan
pentingnya membaca dalam
kehidupan anak, setelah itu
baru guru di sekolah, teman
sebaya dan masyarakat.
Mulyani (1978) berpendapat
bahwa tingkat perkembangan
seseorang yang paling
menguntungkan untuk
pengembangan minat
membaca adalah pada masa
peka, yaitu sekitar usia 5 s/d 6
tahun. Kemudian minat
membaca ini akan
berkembang sampai dengan
masa remaja.
Minat membaca pertama kali
harus ditanamkan melalui
pendidikan dan kebiasaan
keluarga pada masa peka
tersebut. Anak usia 5 s/d 6
tahun senang sekali
mendengarkan cerita. Mula-
mula mereka tertarik bukan
pada isi ceritanya, tetapi pada
kenikmatan yang diperoleh
dalam kedekatannya dengan
orang tua. Ketika duduk
bersama atau duduk di
pangkuan orang tua, anak
merasakan adanya kasih
sayang dan kelembutan.
Suasana yang menyenangkan
dan didukung oleh buku cerita
yang penuh gambar-gambar
indah akan membuat anak
menjadi tertarik dan senang
menikmati cerita dari buku.
Melalui proses imitasi, anak
akan suka menirukan aktivitas
membacakan cerita yang
dilakukan oleh orang tuanya.
Peniruan ini akan semakin
diulang bila anak juga sering
melihat orang tua melakukan
aktivitas membaca. Anak akan
meniru gaya dan tingkah laku
orang tua dalam membaca.
Kemudian setelah anak
mampu membaca sendiri,
maka ia akan senang sekali
mempraktekkan kemampuan
membacanya dengan
membaca sendiri buku-buku
yang tersedia di rumah.
Kemauan untuk membaca
buku atas inisiatif diri sendiri
ini adalah awal tumbuhnya
minat membaca anak.
Perkembangan selanjutnya
dari minat membaca ini
dipengaruhi oleh beberapa
faktor.
Ada dua kelompok besar
faktor yang mempengaruhi
minat membaca anak, yaitu
faktor personal dan faktor
institusional (Purves dan
Beach, dalam Harris dan
Sipay, 1980). Faktor personal
adalah faktor-faktor yang ada
dalam diri anak, yaitu meliputi
usia, jenis kelamin, inteligensi,
kemampuan membaca, sikap
dan kebutuhan psikologis.
Sedangkan faktor institusional
adalah faktor-faktor di luar
diri anak, yaitu meliputi
ketersediaan jumlah buku-
buku bacaan dan jenis-jenis
bukunya, status sosial
ekonomi orang tua dan latar
belakang etnis, kemudian
pengaruh orang tua, guru dan
teman sebaya anak.
Ada perbedaan minat anak
terhadap buku bila ditinjau
dari usia kronologis anak.
Ediasari (Ayahbunda, 1983)
berpendapat bahwa pada usia
antara dua sampai dengan
enam tahun anak-anak
menyukai buku bacaan yang
didominasi oleh gambar-
gambar yang nyata. Pada usia
tujuh tahun anak menyukai
buku yang didominasi oleh
gambar-gambar dengan
bentuk tulisan besar-besar
dan kata-kata yang sederhana
dan mudah dibaca. Biasanya
pada usia ini anak sudah
memiliki kemampuan
membaca permulaan dan
mereka mulai aktif untuk
membaca kata. Pada usia 8 s/
d 9 tahun, anak-anak
menyukai buku bacaan
dengan komposisi ganbar dan
tulisan yang seimbang.
Mereka biasanya sudah lancar
membaca, walaupun
pemahaman mereka masih
terbatas pada kalimat singkat
dan sederhana bentuknya.
Kemudian pada usia 10 s/d 12
tahun anak lebih menyukai
buku dengan komposisi tulisan
lebih banyak daripada
gambar. Pada usia ini
kemampuan berpikir abstrak
dalam diri anak mulai
berkembang sehingga mereka
dapat menemukan intisari dari
buku bacaan dan mampu
menceritakan isinya kepada
orang lain.
Munandar (1986) menemukan
ada perbedaan minat anak
terhadap isi cerita ditinjau dari
perkembangan usia kronologis
anak. Pada usia 3 s/d 8 tahun
anak menyukai buku cerita
yang berisi mengenai binatang
dan orang–orang di sekitar
anak. Pada masa ini anak
bersikap egosentrik sehingga
mereka menyukai isi cerita
yang berpusat pada kehidupan
di seputar dirinya. Mereka
juga menyukai cerita khayal
dan dongeng. Pada usia 8 – 12
tahun anak menyukai isi cerita
yang lebih realistik.
Munandar juga menemukan
ada perbedaan umum antara
minat membaca anak laki-laki
dan perempuan dalam sifat
dan tema cerita, walaupun
perbedaan ini tidak bersifat
pilah sama sekali; artinya
anak-anak perempuan juga
menikmati bacaan anak-anak
laki-laki dan sebaliknya. Pada
umumnya anak-anak
perempuan menyukai buku
cerita dengan tema kehidupan
keluarga dan sekolah. Anak-
anak laki-laki lebih menyukai
buku cerita mengenai
pertualangan, kisah
perjalanan yang seram dan
penuh ketegangan, cerita
kepahlawanan dan cerita
humor.
Faktor institusional memiliki
pengaruh yang kuat terhadap
perkembangan minat
membaca anak. Keluarga
dengan status sosial ekonomi
tinggi, mampu menggunakan
tingkat pendidikannya yang
tinggi untuk memperoleh
informasi mengenai buku-buku
yang perlu untuk
perkembangan kognitif dan
afektif anak. Didukung oleh
penghasilan mereka yang
cukup tinggi, maka orang tua
dapat menyediakan buku-buku
bacaan untuk anak dengan
jenis yang beragam. Slavin
(1998) menemukan ada
perbedaan aktivitas orang tua
dalam membimbing anak
antara keluarga dengan status
sosial ekonomi tinggi dengan
status sosial ekonomi rendah.
Orang tua dengan status
sosial ekonomi tinggi memiliki
harapan tinggi terhadap
keberhasilan anak di sekolah
dan mereka sering memberi
penghargaan terhadap
pengembangan intelektual
anak. Mereka juga mampu
menjadi model yang bagus
dalam berbicara dan aktivitas
membaca. Orang tua sering
membaca bersama anak,
memberika pujian kepada
anak saat anak membaca
buku atas inisiatif sendiri,
membawa anak ke toko buku
dan mengunjungi
perpustakaan dan mereka
menjadi model bagi anak
dengan lebih sering
memanfaatkan waktu luang
untuk membaca.
Orang tua dengan status
sosial ekonomi rendah sering
memberi contoh negatif
dalam berbicara, terutama
saat mereka bertengkar
karena keterbatasan
keuangan keluarga. Mereka
juga jarang memuji anak
ketika anak membaca, bahkan
orang tua memiliki
pengharapan rendah terhadap
keberhasilan sekolah anak
sehingga mereka tidak
mau terlibat untuk membantu
pekerjaan rumah anak atau
tugas sekolah yang lain.
Akibat selanjutnya anak
menjadi tidak berprestasi di
sekolah dan hal ini menambah
tekanan keluarga ketika
orang tua dipanggil ke
sekolah untuk
mempertanggungjawabkan
kegagalan pendidikan anak.
Nampak bahwa keluarga
dengan status sosial ekonomi
rendah mengalami stres yang
tinggi.
B. Pendekatan Stres
Lingkungan
Pendekatan stres lingkungan
sering digunakan secara luas
dalam psikologi lingkungan.
Stresor seperti kebisingan,
kepadatan penduduk dan
kesesakan, tekanan kerja,
bencana alam, polusi dll
adalah lingkungan aversif
yang mengancam
kesejahteraan manusia.
Sebagai variabel mediator,
stres didefiniskan sebagai
reaksi terhadap lingkungan
aversif (Bell dkk, 1996). Reaksi
tersebut meliputi komponen
emosi, perilaku dan fisiologis.
Komponen fisiologis sering
dinamakan stres sistemik,
sedangkan komponen emosi
dan tingkah laku dinamakan
stres psikologis. Karena stres
sistemik dan stres psikologis
adalah saling berkaitan dan
tidak terjadi sendiri-sendiri,
maka psikolog lingkungan
biasanya memadukan
keduanya dalam satu teori
yang dinamakan model stres
lingkungan. Dalam model ini,
stresor menunjuk kepada
komponen lingkungan
sedangkan response stres
menunjukkan reaksi yang
disebabkan oleh komponen
lingkungan.
Ada tiga karakteristik utama
stresor, yaitu peristiwa
kataklismik (cataclysmic
events), stres personal
(personal stressors) dan
stresor latar belakang
(background stressors).
Kejadian atau peristiwa
kataklismik memiliki beberapa
karakteistik dasar, yaitu
biasanya terjadi secara tiba-
tiba dengan sedikit tanda-
tanda atau bahkan tidak ada
tanda-tanda akan terjadi suatu
peristiwa. Pengaruhnya sangat
kuat sehingga muncul
response universal dan
melibatkan sejumlah besar
orang. Kekuatan kataklismik
yang mendadak menimbulkan
rasa bingung pada korban,
biasanya membutuhkan usaha
sangat besar untuk
melakukan koping secara
efektif. Koping stres yang
efektif berupa afiliasi satu
sama lain dengan cara
berbagi pendapat dan rasa.
Bila koping tidak berhasil
maka akan muncul
ketidakberdayaan dan sikap
pasif. Contoh peristiwa
kataklismik adalah bencana
alam, perang, kebocoran
nuklir, kebakaran hebat dll.
Stresor personal meliputi
kesakitan, kematian suami
atau istri atau anak yang
disayangi, pemutusan
hubungan kerja dll yang
biasanya dialami oleh
seseorang dan membawa
pengaruh yang buruk. Strategi
koping yang efektif untuk
stresor personal biasanya
adalah dukungan sosial.
Background stressors
dibedakan menjadi dua, yaitu
daily hassles yang sering
dinamakan juga stresor mikro,
bersifat stabil dan
intensitasnya rendah; misalnya
adalah kehilangan barang,
terlambat kerja, tekanan
karena pekerjaan rumah
tangga dan hal-hal lain yang
bersifat rutin; dan ambient
stressors atau stresor kronis
yang bersifat global, misalnya
polusi air dan udara,
kebisingan, kepadatan dan
kesesakan tempat hunian,
kemacetan lalulintas dll yang
bersifat masalah masyarakat
pada umumnya.
Smet (1994) menemukan ada
beberapa stresor dalam
keluarga, yaitu perselisihan
dalam masalah keuangan,
perasaan saling acuh tak
acuh, perbedaan yang tajam
dalam menentukan tujuan,
kebisingan karena suara
radio, televisi atau tape yang
dinyalakan dengan suara
keras sekali, keluarga yang
tinggal di lingkungan yang
terlalu sesak, dan kehadiran
adik baru. Stresor lain dalam
keluarga adalah kehilangan
anak yang disayangi akibat
bencana alam, kesakitan atau
kecelakaan, kematian suami
atau istri.
Burr dan Klein (1994)
menemukan ada enam stresor
dalam stres keluarga, yaitu
perekonomian keluarga
menjadi bangkrut, anak
mengalami cacat fisik atau
mental sehingga harus di
rawat di rumah sakit, remaja
yang sulit dididik sehingga
harus dibawa ke psikiater,
anak yang mengalami
penyempitan otot,
ketidaksuburan pasangan
suami dan istri, perubahan
peran dalam rumah tangga.
Karakteristik response stres
meliputi response fisiologis,
strategi koping dan adaptasi.
Response fisiologis bersifat
otomatis dan menurut Selye
(dalam Bell dkk, 1996) ada
tiga tahap sindrome adaptasi
umum yaitu tahap reaksi
alarm, tahap resistensi dan
tahap kelelahan. Reaksi alarm
terhadap stresor bersifat
proses otomatis, misal detak
jantung meningkat,
pengeluaran adrenalin,
keringat dingin dll. Tahap
resistensi juga dimulai dengan
proses otomatis untuk
menghadapi stresor, misal
pada udara yang panas,
secara otomatis tubuh
mengeluarkan keringat. Bila
mekanisme keseimbangan
tidak tercapai, maka akan
terjadi tahap ketiga, yaitu
tahap kelelahan yang
mengakibatkan beberapa
penyakit seperti tukak
lambung, pembengkakan
adrenal dan gagal ginjal.
Strategi koping adalah
perpaduan antara fungsi dari
faktor individu dan situasional,
meliputi melarikan diri dari
stresor, serangan fisik atau
verbal, dan kompromi. Pada
dasarnya ada dua kategori
strategi koping, yaitu aksi
langsung atau berfokuskan
pada masalah, misal mencari
informasi, melarikan diri /
menghindari stresor, mencoba
memindahkan atau
menghentikan stresor; dan
paliatif atau berfokuskan
emosi, misal menggunakan
mekanisme pertahanan diri
seperti penyangkalan,
rasionalisasi, reaksi formasi
dll, penggunaan obat-obatan,
relaksasi dll. Adaptasi terjadi
ketika stimulus aversif muncul
berulang kali dan response
stres terhadap stresor menjadi
makin lemah
dan bertambah lemah. Proses
berikutnya setelah adaptasi
adalah terjadi aftereffects,
yaitu akibat jangka panjang
setelah stresor berhenti.
C. Pengaruh Keterlibatan
Orang Tua terhadap Minat
Membaca Anak Ditinjau dari
Pendekatan Stres Lingkungan
Dalam keluarga yang miskin,
penghasilan suami dan atau
istri yang rendah sering
menjadi pemicu pertengkaran
dalam keluarga. Akibat lebih
lanjut dari pertengkaran
adalah suami dan istri menjadi
saling tidak peduli. Orang tua
dengan tingkat pendidikan
yang rendah ternyata sulit
untuk mengendalikan
kelahiran anak, sehingga
jumlah kelahiran anak
menjadi bertambah (Semaoen,
Hani, Kiptiyah, 2000).
Kehadiran anak atau adik
baru bagi anak yang lebih tua
menimbulkan stres bagi ibu
dan ayah. Ibu akan merasakan
stres selama kehamilan,
apalagi bila anak yang
dikandung adalah anak yang
ketiga atau keempat dimana
muncul rasa bersalah tidak
mentaati program Keluarga
Berencana, dan pasca
melahirkan. Stres pada ayah
berkaitan dengan rasa kuatir
akan berubahnya interaksi
antara suami dan istri dan
timbul kekuatiran akan
tambahan beaya hidup.
Biasanya keluarga miskin ini
tinggal di kantong-kantong
kemiskinan dengan luas
rumah yang sangat terbatas,
kumuh, panas, bising dan
sesak. Tinggal di lingkungan
yang terlalu sesak dapat
menimbulkan stres dan akibat
selanjutnya orang menjadi
kurang suka menolong orang
lain (Bell dkk, 1996).
Keluarga yang tinggal di
daerah slums, biasanya tetap
memiliki gambaran kualitas
rumah yang ideal. Mereka
biasanya masih mendambakan
rumah berkualitas dengan ciri-
ciri adanya kontinuitas, yaitu
rasa memiliki rumah secara
permanen; ada privasi, ada
tempat untuk
mengekspresikan diri,
identitas personal yaitu
berkaitan dengan simbol diri
mereka dan keinginan untuk
menunjukkan rumah kepada
orang lain; relasi sosial,
kehangatan dan tempat untuk
berteduh dan berlindung
(Smith, 1994). Ketiadaan ruang
untuk ekspresi diri, yaitu
untuk mengembangkan
intelektual dan kepribadian
anak; maupun kehangatan
yang ditandai dengan adanya
suasana persahabatan dan
dukungan untuk berprestasi,
menghalangi orang tua untuk
menolong anak dalam
aktivitas membaca maupun
aktivitas belajar yang lain.
Perselisihan dalam keluarga,
perasaan saling tidak peduli,
kesesakan karena
keterbatasan luas rumah dan
terlalu banyak anak,
kebisingan, kurang ruang
untuk ekspresi diri dan
kehangatan merupakan
stresor yang kuat dalam
keluarga miskin. Stresor
ini masih ditambah dengan
adanya interaksi orang tua
dengan fihak lain di luar
lingkungan rumah, yaitu
tekanan kerja di tempat kerja.
Ada konflik antara tuntutan
kerja dengan tuntutan
keluarga. Keluarga menuntut
penghasilan yang lebih tinggi
untuk menutup beaya
kehidupan sehari-hari,
sedangkan di tempat kerja
orang tua juga dituntut untuk
lebih profesional dalam
bekerja namun tidak mampu
karena keterbatasan tingkat
pendidikan dan kekurangan
ketrampilan kerja.
Stresor yang lain adalah
pengalaman stres anak-anak
di sekolah. Orang tua jarang
terlibat untuk membantu anak
dalam mengerjakan pekerjaan
rumah maupun aktivitas
belajar anak yang lain
menyebabkan anak tidak
mampu mengerjakan
pekerjaan rumah.
Ketidakbiasaan membuat
pekerjaan rumah menjadikan
anak tidak terlatih sehingga
anak sering gagal dan
ditertawakan bila harus
mengerjakan tugas di depan
kelas. Dua hal ini menjadikan
anak juga mengalami stres.
Orang tua juga akan
bertambah stres ketika
dipanggil oleh pihak sekolah
guna
mempertanggungjawabkan
kegagalan pendidikan anak.
Stres dalam keluarga
berinteraksi dengan stres dari
luar lingkungan rumah
menimbulkan stres tingkat
tinggi dalam diri orang tua.
Hal ini menyita waktu orang
tua dan membuang energi dan
perhatian mereka sehingga
secara psikologis mereka
tidak mampu untuk terlibat
menolong anak dalam
aktivitas membaca.
Ketidakterlibatan orang tua
dalam aktivitas membaca
mengakibatkan minat
membaca anak tetap rendah
(Grolnick dkk, 1997).
Penelitian Grolnick dkk ini
berbeda dengan hasil
penemuan Morrow dan Young
(1997) yang menemukan
bahwa kegiatan membaca
bersama antara anak dan
orang tuanya berpengaruh
terhadap sikap dan minat
membaca anak. Melalui
program membaca bersama
antara orang tua dan anak,
anak-anak menjadi suka
mengisi waktu luangnya
dengan aktivitas membaca,
mereka suka membaca
bersama orang dewasa yang
lain, suka membaca majalah
dan buku-buku yang ada di
rumah dan di perpustakaan
sekolah. Kondisi sosial
ekonomi keluarga dalam
penelitian Morrow dan Young
juga tergolong rendah, namun
mereka merasa mendapat
dukungan sosial melalui
program membaca keluarga.
Buku-buku dan perlengkapan
membaca merupakan
dukungan instrumental untuk
mendidik anak, program
pelatihan untuk orang tua
agar terlibat secara efektif
dalam program membaca
keluarga merupakan
dukungan informatif yang
sangat berguna bagi orang tua
untuk memberikan dukungan
penghargaan dan emosi
kepada anak saat mereka
membaca bersama.
BAB III
PENUTUP
Pendekatan stres lingkungan
dapat digunakan untuk
menolong memprediksikan
bermacam-macam akibat
yang ditimbulkan oleh
kerusakan lingkungan fisik,
sosial maupun psikologis.
Namun perlu dicermati bahwa
pendekatan stres lingkungan
secara tunggal sering
menimbulkan kekaburan
dalam mengidentifikasi
stresor. Model stres
lingkungan juga sering sulit
secara pasti memprediksikan
strategi koping yang akan
digunakan oleh keluarga
untuk menghadapi stresor,
sebab antara satu keluarga
dengan keluarga lain mungkin
berbeda walaupun tinggal
dalam lingkungan dan kondisi
sosial ekonomi sama.
Ketergantungan pada konteks
keluarga dan adanya
perbedaan individual masih
merupakan suatu tantangan
psikologi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ayahbunda, Jakarta,
September No. 18, 1983
Bell, P.A., Greene, T.C.,
Fisher, J.D., and Baum, A.
1996. Enviromental
Psychology. Fourth Edition.
Orlando : Harcourt Brace
College Publishers.
Burr, W.C., and Klein, S.R.
1994. Reexamining Family
Stress : New Theory and
Research. California : Sage
Publishers, Inc.
Grolnick, W.S., Benjet, C.,
Kurowski, C.O., and
Apostoleris, N.H. 1997.
Predictors of Parent
Involvement in Children’s
Schooling. Journal of
Educational Psychology. 89 ( 3)
, 538 – 548.
Harris, A., and Sipay, E. 1980.
How To Increase Reading
Ability.. New York : Longman,
Inc.
Juel, C. 1988. Learning to Read
and Write : A Longitudinal
Study of 54 Children from First
through Fourth Grade. Journal
of Educational Psychology, 80
(4), 437 – 447.
Kompas, Jakarta, 22 Januari
1995
Lilawati, 1988. Hubungan
Antara Tingkat Pendidikan
Orang Tua, Stimulasi
Membaca dari Orang Tua dan
Inteligensi dengan Minat
Membaca Pada Anak Kelas V
Sekolah Dasar. Skripsi.
Yogyakarta : Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah
Mada.
Meichati, S. 1978. Motivasi
Pembaca. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada.
Morrow, L..M., and Young, J.
1997. A Family Literacy
Program Connecting School
and home : Effects on
Attitude, Motivation and
Literacy Achievement. Journal
of Educational Psychology, 89
( 4), 736 - 742.
11
Mulyani, A.N. 1981.
Pembinaan Minat Baca dan
Promosi Perpustakaan. Berita
Perpustakaan Sekolah, I, 24 –
29.
Munandar, S.C.U. 1986.
Memupuk Minat Untuk
Membaca. Jakarta : IKAPI.
Pikiran Rakyat, Bandung, 15
Juli 2000
Semaoen, I., Hani, E.S. dan
Kiptiyah, S.M. 2000. Strategi
Orang tua Di Perdesaan
Miskin dalam Upaya
Peningkatan Kualitas Anak.
Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, 12 ( 1 )
, 10 – 17.
Sinambela, N.L. 1993.
Hubungan Minat Membaca
dengan Kreativitas Pada
Siswa-siswi Kelas II SMP
Negeri 5 Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta : Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah
Mada.
Slavin, R. 1998. Educational
Psychology : Theory and
Practice. Fourth Edition.
Boston : Allyn and Bacon.
Smeth, B. 1994. Psikologi
Kesehatan. Jakarta : PT :
Gramedia
Smith, S.G. 1994. The Essential
Qualities of Home. Journal of
Enviromental Psychology, 14,
31 – 46.
Suara Merdeka, Semarang, 15
September 1995.
Wigfield, A., and Guthrie, J.T.
1997. Relations of Children’s
Motivation for Reading to the
Amount and Breadth of Their
Reading. Journal of
Educational Psychology, 89
( 3 ), 420 – 432.