Minggu, 25 Oktober 2009

Sejarah Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda versi orisinal

Pertama
Kami poetera dan poeteri
Indonesia, mengakoe
bertoempah darah jang
satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri
Indonesia, mengakoe
berbangsa jang satoe,
bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri
Indonesia,
mendjoendjoeng bahasa
persatoean, bahasa
Indonesia.
Sumpah Pemuda versi Ejaan
Yang Disempurnakan:
Pertama
Kami putra dan putri
Indonesia, mengaku
bertumpah darah yang
satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri
Indonesia, mengaku
berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri
Indonesia, menjunjung
tinggi bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.
Kongres Pemuda II
Gagasan penyelenggaraan
Kongres Pemuda Kedua
berasal dari Perhimpunan
Pelajar Pelajar Indonesia
(PPPI), sebuah organisasi
pemuda yang beranggota
pelajar dari seluruh Indonesia.
Atas inisiatif PPPI, kongres
dilaksanakan di tiga gedung
yang berbeda dan dibagi
dalam tiga kali rapat.
Rapat pertama, Sabtu, 27
Oktober 1928, di Gedung
Katholieke Jongenlingen Bond
(KJB), Waterlooplein
(sekarang Lapangan Banteng).
Dalam sambutannya, ketua
PPI Sugondo Djojopuspito
berharap kongres ini dapat
memperkuat semangat
persatuan dalam sanubari
para pemuda. Acara
dilanjutkan dengan uraian
Moehammad Yamin tentang
arti dan hubungan persatuan
dengan pemuda. Menurutnya,
ada lima faktor yang bisa
memperkuat persatuan
Indonesia yaitu sejarah,
bahasa, hukum adat,
pendidikan, dan kemauan
Rapat kedua, Minggu, 28
Oktober 1928, di Gedung Oost-
Java Bioscoop, membahas
masalah pendidikan. Kedua
pembicara, Poernomowoelan
dan Sarmidi Mangoensarkoro,
berpendapat bahwa anak
harus mendapat pendidikan
kebangsaan, harus pula ada
keseimbangan antara
pendidikan di sekolah dan di
rumah. Anak juga harus
dididik secara demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung
Indonesische Clubgebouw di
Jalan Kramat Raya 106,
Sunario menjelaskan
pentingnya nasionalisme dan
demokrasi selain gerakan
kepanduan. Sedangkan
Ramelan mengemukakan,
gerakan kepanduan tidak bisa
dipisahkan dari pergerakan
nasional. Gerakan kepanduan
sejak dini mendidik anak-anak
disiplin dan mandiri, hal-hal
yang dibutuhkan dalam
perjuangan.
Sebelum kongres ditutup
diperdengarkan lagu
"Indonesia Raya" karya Wage
Rudolf Supratman yang
dimainkan dengan biola saja
tanpa syair, atas saran
Sugondo kepada Supratman.
Lagu tersebut disambut
dengan sangat meriah oleh
peserta kongres. Kongres
ditutup dengan
mengumumkan rumusan hasil
kongres. Oleh para pemuda
yang hadir, rumusan itu
diucapkan sebagai Sumpah
Setia.
Peserta
Para peserta Kongres Pemuda
II ini berasal dari berbagai
wakil organisasi pemuda yang
ada pada waktu itu, seperti
Jong Java, Jong Ambon, Jong
Celebes, Jong Batak, Jong
Sumatranen Bond, Jong
Islamieten Bond, PPPI, Pemuda
Kaum Betawi, dll. Di antara
mereka hadir pula beberapa
orang pemuda Tionghoa
sebagai pengamat, yaitu Oey
Kay Siang, John Lauw Tjoan
Hok dan Tjio Djien Kwie serta
Kwee Thiam Hong sebagai
seorang wakil dari Jong
Sumatranen Bond. Diprakarsai
oleh AR Baswedan pemuda
keturunan arab di Indonesia
mengadakan kongres di
Semarang dan
mengumandangkan Sumpah
pemuda keturunan arab
Gedung
! Artikel utama untuk
kategori ini adalah Museum
Sumpah Pemuda.
Bangunan di Jalan Kramat
Raya 106, tempat
dibacakannya Sumpah
Pemuda, adalah sebuah
rumah pondokan untuk
pelajar dan mahasiswa milik
Sie Kok Liong [3].
Gedung Kramat 106 sempat
dipugar Pemda DKI Jakarta 3
April-20 Mei 1973 dan
diresmikan Gubernur DKI
Jakarta, Ali Sadikin, pada 20
Mei 1973 sebagai Gedung
Sumpah Pemuda. Gedung ini
kembali diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada 20 Mei
1974. Dalam perjalanan
sejarah, Gedung Sumpah
Pemuda pernah dikelola
Pemda DKI Jakarta, dan saat
ini dikelola Kementrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar